Generasi Millenial dan Masa Depan Perbankan

Konten dari Pengguna
2 Oktober 2017 22:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari wck tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Generasi Millenial dan Masa Depan Perbankan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Istilah digital banking dalam dunia perbankan menjadi diskursus yang ramai diperbincangkan dalam beberapa tahun terakhir. Wacana ini semakin relevan untuk menelaah masa depan perbankan. Tak dapat dipungkiri, hampir semua bank berambisi dan berlomba menuju bank digital. Hal ini dipicu oleh perubahan perilaku konsumen yang banyak didominasi generasi millenial, yang dekat dengan aspek kemudahan dan kecepatan.
ADVERTISEMENT
Generasi millenial adalah mereka yang lahir antara awal 1980-an dan akhir 1990-an serta memiliki citra dan persepsi sebagai penggila teknologi. Mereka adalah penentu perubahan lanskap perbankan dewasa ini. Misalnya, di Amerika Serikat, millenial mewakili 26% dari total populasi penduduk dan 34% dari mereka bekerja di sektor-sektor strategis. Perilaku dan preferensi mereka terhadap suatu hal sangatlah menentukan, terutama jika membicarakan masa depan perbankan dan digital banking itu sendiri.
Menjawab kebutuhan dan perubahan karakter nasabah, bank mengembangkan banyak platform dan yang paling utama adalah pengembangan pada mobile banking. Hampir semua bank menjadikan mobile banking sebagai fitur utama untuk menarik nasabah. Melalui mobile banking, nasabah memiliki keleluasaan untuk mengelola dananya dengan mudah.
ADVERTISEMENT
Kebutuhan mendesak dunia perbankan untuk terus berinovasi dari sisi pengembangan teknologi beririsan dengan berkembanganya aktor lain di luar sektor perbankan yang mulai membuat industri perbankan gusar. Merebaknya perusahaan-perusahaan e-finansial dengan daya tarik kecepatan, kenyamanan, dan biaya yang rendah menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen.
Menurut laporan Business Insider, dalam artikel The Future of Banking: Growth of Innovative Banking Fintech Services, 40% bank yang berbasis di negara-negara Amerika Utara mengalokasikan lebih dari 25% investasi IT untuk transformasi digital. Salah satunya adalah dengan menjalin kerja sama dengan pihak ketiga, atau perusahaan e-finansial.
Pada segmen pembayaran, Paypal telah lama mendominasi pembayaran digital di Amerika Serikat. Sementara itu, Apple Pay dan Android Pay mengembangkan sistem pembayaran dengan jaminan luasnya jaringan operasi yang mereka punyai. Selebihnya, Alipay dan Wechat menjadi pemain utama di China.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya dari sisi pembayaran, sektor perbankan juga harus mewaspadai perusahaan yang bergerak pada jasa pengiriman uang (remittance) yang dilakukan oleh industri non-perbankan, seperti TransferWise, perusahaan e-finansial yang berbasis di London yang memiliki valuasi lebih dari $ 1 Milyar, serta masih ada Remitly, WorldRemit, dan Azimo.
Temuan di atas belum cukup untuk menggambarkan ketatnya kompetisi pada industri jasa keuangan. Bank konvensional yang memusatkan aktivitas perbankan pada cabang fisik dalam beberapa tahun kedepan harus menghadapi ancaman dari mobile-only bank, misalnya di Amerika Serikat terdapat Simple, perusahaan jasa keuangan yang menawarkan kemudahaan penyimpanan dana dan memiliki fitur monitoring pengelolaan dana bagi nasabahnya, didirikan pada tahun 2009 oleh Josh Reich dan Shamir Karkal, sedangkan perusahaan sejenis seperti Monzo, Atom, Tandem, dan Starling telah beroperasi di Inggris. Perlahan perusahaan-perusahaan tersebut akan terus tumbuh dan berkembang, walaupun cakupan jasa dan layanan yang ditawarkan oleh mereka masih bersifat terbatas.
ADVERTISEMENT
Monzo, misalnya, perusahaan jasa keuangan yang dikembangkan pada awal 2015 di London mendapatkan pendanaan awal sebesar $ 6,14 Juta dari Passion Capital – Perusahaan Venture Capital asal London. Kemudian, pada Februari 2016, mereka mendapatkan pendanaan lanjutan sebesar $ 1,23 Juta secara crowdfunding melalui Crowdcube. Bahkan, untuk mendapatkan dana sebesar itu, mereka hanya membutuhkan waktu 96 detik, yang diyakini sebagai kampanye crowdfunding tercepat sepanjang sejarah.
Pada tahun yang sama, Monzo mendapatkan izin dari regulator jasa keuangan di Inggris, sehingga kedepannya mereka bukan hanya dapat menawarkan pre-paid debit card, tapi juga menawarkan produk lainnya seperti overdrafts (line of credits) dan pengiriman dana.
Dalam perkembangannya, menurut laporan Delloite UK, industri e-finansial memfokuskan pengembangannya pada beberapa sektor, pertama, consumer and SME Lending, atau menjadi pusat penyaluran dana (peer-to-peer lending) seperti Funding Circle, RateSetter, dan Zopa. Kedua, wealth management berbasis digital seperti Moneybox dan Nutmeg. Ketiga, cross-border payments, atau penyedia jasa pembayaran seperti TransferWise, CurrencyFair, Revolut, dan Azimo. Keempat, payment acquisition untuk melayani kebutuhan belanja seperti Square dan iZettle. Kelima, distributed ledger technologies seperti Ripple dan BitPay.
ADVERTISEMENT
Ekosistem teknologi keuangan di Indonesia juga menunjukan perkembangan serupa, misalnya terdapat total 102 perusahaan yang terdaftar dalam Asosiasi Fintech Indonesia. Asosiasi ini mewadahi perusahaan dan institusi pada sektor jasa keuangan yang menggunakan kemajuan teknologi dalam menjalankan usahanya. Selain itu, mereka juga secara aktif bermitra dengan OJK, BI, dan seluruh lembaga pemerintahan lainnya dalam mengembangkan kebijakan e-finansial di Indonesia.
Menjawab tantangan dan ancaman tersebut, inovasi teknologi digital tidak lagi dianggap sebagai sistem pendukung, tetapi sudah menjadi sudah keharusan. Apalagi inovasi teknologi keuangan ini akan terus memperkuat layanan perbankan di masa depan.
Pertanyaan bagi pelaku perbankan, sudah seberapa siapkah Anda untuk berkompetisi?