Konten Media Partner

12.500 Anak di Brebes Menderita Stunting

3 Oktober 2019 19:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
dr. Rudi Pangarsaning Utami
zoom-in-whitePerbesar
dr. Rudi Pangarsaning Utami
ADVERTISEMENT
BREBES - Meski setiap tahun mengalami penurunan, jumlah anak penderita stunting di Kabupaten Brebes masih terbilang tinggi. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, sebanyak 12.500 anak mengalami stunting atau tinggi badan pendek dan sangat pendek.
ADVERTISEMENT
Stunting, jumlah di Brebes masih tinggi. Ya, meski setiap tahun angkanya turun, tetapi masih tergolong tinggi. Bahkan, kita masuk 10 besar tingkat nasional untuk kasus stunting ini, dan menjadi fokus penanganan pemerintah pusat,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinkes Brebes, Rudi Pangarsaning Utami, saat dialog interaktif Moci Bareng Karo Uwane di kantor setempat, Kamis (3/10).
Menurut Utami, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, angka stunting di Kabupaten Brebes mengalami penurunan cukup signifikan. Dari jumlah awal mencapai 30.000 atau 32,7 persen dari jumlah balita yang ada, yakni sekitar 125.000.
“Kalau sekarang, kita posisinya di 11,47 persen dari jumlah balita yang ada atau sekitar 12.500 anak. Untuk itu, kami terus gencarkan upaya penanggulangannya,” ungkapnya.
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutterstock
Sementara ini, masyarakat hanya mengetahui faktor penyebab stunting, lantaran kurangnya asupan gizi. Padahal, banyak faktor selain itu. Menurut Utami, faktor utama yang lebih penting adalah pola asuh anak saat berada dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun.
ADVERTISEMENT
"Ketika di dalam kandungan, apakah ibu hamil selalu memeriksaan rutin kehamilannya. Kemudian, setelah lahir apakah bayi mendapat air susu ibu (ASI) ekslusif atau tidak. Itu yang perlu diperhatikan," jelasnya.
Selain pola asuh, faktor lingkungan, kata Utami juga memengaruhi timbulnya stunting, di mana faktor ini berpengaruh 27 persen dalam menekan angka stunting. "Misalnya, kondisi sanitasi yang buruk, pola hidup tidak sehat, dan kebiasaan buang air besar sembarangan. Kebiasaan itu harus segera diperbaiki sehingga dapat menekan angka stunting," katanya.
Menurutnya, dampak stunting sangat berbahaya pada 10-20 tahun ke depan masa pertumbuhan anak tersebut. "Pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan akan terganggu. Kemudian, bisa juga mengalami gangguan metabolisme," bebernya.
Sebagai langkah pencegahan dini munculnya stunting, masyarakat bisa melakukan deteksi dini. Salah satunya, saat bayi perempuan baru lahir dengan tinggi badan kurang dari 47 sentimeter dan kurang dari 48 sentimeter untuk bayi laki-laki. Itu perlu diwaspadai akan munculnya stunting. Untuk memastikan anak menderita stunting, baru bisa diketahui setelah anak berusia 2 tahun dan harus diperiksa lebih lanjut oleh dokter spesialis.
ADVERTISEMENT
Ia menuturkan, pemerintah pun serius dalam mengatasi stunting di Brebes, salah satunya adalah dengan adanya Gerakan Brebes Kawal Wong Meteng. Mengawal ibu hamil hingga melahirkan. "Pengawalan juga dilakukan sampai bayi lahir hingga 1.000 hari kehidupan pertama atau selama 2 tahun,” pungkas dr. Tami. (*)
Reporter : Yunar Rahmawan
Editor : Muhammad Abduh