Konten Media Partner

Asal Usul Nama Panggung Kepanjen Kota Tegal

25 Februari 2022 18:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panggung Kepanjen Kota Tegal.
zoom-in-whitePerbesar
Panggung Kepanjen Kota Tegal.
ADVERTISEMENT
NAMA Panggung di wilayah Tegal ternyata tidak hanya memiliki satu nama saja. Nama itu dipakai juga untuk sebutan pedukuhan yang melingkupi wilayah Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal.
ADVERTISEMENT
Di sebelah timur perempatan Jl. Setiabudi Kota Tegal, kondang disebut “Panggung Depo”. Karena di kawasan itu ada bercokol tempat langsir kereta api yang biasa disebut Depo. Sementara di wilayah sebelah timur disebut wilayah “Panggung Baru”. Sebelum wilayah ini dihuni masyarakat, dulunya berupa tanah kosong yang banyak ditumbuhi ladang ilalang.
Boleh dibilang, situasi di situ suwung penuh semak belukar dan pemohonan. Sekitar tahun 1980-an satu dua bangunan berdiri sebagai tempat hunian. Lambat laun karena perkembangan zaman, Pemkot Tegal membangunlah perumahan yang diperuntukan bagi para guru SD yang belum memiliki tempat tinggal. Dari sinilah masyarakat sekita menyebut “Panggung Baru” hingga sekarang.
Dua sebutan “Panggung” di dua wilayah itu, ternyata jauh sebelumnya ada sebutan yang sama menggunakan nama “Panggung” yakni Pedukuhan “Panggung Kepanjen”. Wilayah ini terdapat di Jl. Kol Sudiarto Gg 7 Rt 08 Rw 04 Kel Panggung Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal. Lebih tepatnya berada di sebelah timur SMA Negeri 4 Kota Tegal. Dulunya, sekolahan ini bernama SPG kependekan dari Sekolah Pendidikan Guru, dibuka pada tahun 1961.
ADVERTISEMENT
Sebutan wilayah atau pedukuhan “Panggung Kepanjen” ini muncul diperkirakan pada zaman Pemerintahan Tegal dijabat oleh Bupati Martoloyo.
Menurut Endhy Kepanjen, penduduk asli di wilayah Panggung Kepanjen ini menuturkan, munculnya sebutan “Panggung Kepanjen” tidak lepas dari keberadaan sosok Mbah Panji. Tidak tahu dari mana sosok Mbah Panji ini berada di wilayah ini. Tapi yang jelas saja Mbah Panji ini sudah bermungkim puluhan tahun di wilayah itu.
“Menurut cerita yang saya dengar dari mbah saya dan para sesepuh di sini, Mbah Panji ini berasal dari wilayah selatan. Ia berkelana ke utara dan sampailah di wilayah ini dan bermukim berpuluh tahun. Konon kabarnya semasa Mbah Panji bermukim di wilayah ini mengajarkan seni beladiri dan ilmu kesaktian pada masyarakat sekitar dan Tegal pada umumnya,” ujar Endhy.
ADVERTISEMENT
Diajarkannya penduduk mendalami ilmu bela diri dan kesaktian yang oleh orang Tegal kondangnya disebut “ilmu sigeg” itu senyampang pada zaman itu situasi negara dalam cengkeraman kolonial Hindia Belanda. Dengan kepandaian itu, sewaktu mereka diminta bela negara mereka siap untuk menghadapi penjajah.
“Pemanfaatan ilmu beladiri dan Ilmu Sigeg atau yang lebih kondangnya disebut Ilmu Tenaga Dalam sebagai modal bila sewaktu-waktu negara membutuhkannya, masyarakat setempat siap ke medan laga berjuang melawan penjajah sampai titik darah penghabisan,” tandas Endhy Kepanjen yang mengaku bahwa nenek moyangnya pernah berjuang saat wilayah Tegal dimasuki tentara Sekutu dan pasukan penjajah Hindia Belanda pada klas ke II setelah Indonesia merdeka.
“Konon kabarnya, orang-orang pilihan didikan Mbah Panji maju ke gelanggang pertempur melawan penjajah. Dari cerita para sesepun di Pedukuhan Panggung Kepanjen ini, pertempuran melawan Sekutu dan Belanda pada saat itu merupakan pertempuran yang mengerikan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Tidak diketahui apakah Mbah Panji termasuk salah korban dari pertempuan itu, yang jelasnya saja nama wilayah ini kemudian mendapat sebutan “Panggung Kepanjen”. Nama Panggung sendiri diambil karena daerah itu termasuk dalam wilayah Kelurahan Panggung. Sedang sebutan “Kepanjen” diambil dari nama “Panji”. Sementara tembung “Kepa” merupakan sebutan dari tembung “Kepala”. Dari gabungan tiga kata itu disatukan menjadi nama “Panggung Kepanjen”.
“Nama Panji diambil mengingat karena jasa-jasa pada masyarakat setempat cukup besar sewaktu masih hidup di wilayah Kepanjen!” pungkas Endhy Kepanjen saat diwawancarai di salah satu Warung Sate Embe ditemani Atmo Tan Sidik. (*)
----------
Lanang Setiawan, Novélis asal Tegal, penerima Hadiah Sastera “Rancagé 2011”.