Bendung Notog dan Bendung Kembang di Brebes Selatan Rusak Parah

Konten Media Partner
10 Januari 2019 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bendung Notog dan Bendung Kembang di Brebes Selatan Rusak Parah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BREBES - Enam bendung irigasi di wilayah Kabupaten Brebes bagian selatan tidak berfungsi maksimal lantaran rusak ringan hingga berat, sehingga mengganggu pasokan air pertanian 2.203 hektare sawah. Padahal Brebes selatan merupakan daerah penghasil padi yang menjadi sumber pangan utama bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Rata-rata kerusakan infrastruktur pertanian pada badan bendung, lantaran kondisi tua atau rusak akibat terjangan banjir. Kondisi ini mengakibatkan pasokan air ke sawah terganggu. Paling parah, kerusakan terjadi di bendung Kembang dan bendung Notog. Bahkan, bendung Kembang sudah rusak sejak tahun 2013 silam. Kemudian bendung Notog, rusak akibat terjangan banjir awal tahun 2018 lalu.
"Karena terjangan banjir, badan bendung habis tergerus debit air," ucap sesepuh warga Desa Kalinusu Bumiayu, Ahmad, Kamis 10 Januari 2019.
Bendung-bendung itu tersebar di aliran sungai yang berhulu di Gunung Slamet. Yaitu Bendung Jeruk di Desa Plompong, Bendung Kembang di Desa Benda (Kecamatan Sirampog). Bendung Bulakan di Desa Penggarutan, Bendung Laban di Desa Dukuhturi, Bendung Congkar di Desa Laren dan Bendung Notog di Desa Kalisumur (Kecamatan Bumiayu).
ADVERTISEMENT
Bendung Kembang mengairi 571 hektare sawah di Desa Benda dan beberapa wilayah di Bumiayu dan Tonjong. Untuk mengalirkan air ke saluran irigasi, warga membuat saluran darurat dari beronjong batu. Kerusakan parah yang terjadi di Bendung Notog yang mengairi 450 hektare sawah di wilayah sungai keruh Desa Kalinusu, Kecamatan Bumiayu.
"Kerusakan bendung menyebabkan suplai air irigasi tidak maksimal. Kami berharap ada penanganan," ucap Kades Kalinusu Khaeroni.
Hingga kini, kata dia, tak ada perbaikan dari pihak pemerintah. Terlebih saat ini sudah mulai memasuki musim hujan. "Sebagian besar petani disini nggak berani tanam padi karena takut gagal panen," imbuhnya.
Bahkan, kata dia, pihak desa juga telah melayangkan surat ke Gubernur Jawa Tengah agar bendung irigasi yang rusak ini segera diperbaiki. "Karena air sebagai sumber utama irigasi pertanian, makanya perbaikan bendung bisa segera diperbaiki. Karena kalau dibisrkan terus lahan pertanian petani milik masyarakatvdisini terganggu," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Kades Benda, Naghib Shodiq mengatakan, kerusakan Bendung Kembang sudah lama diusulkan Pemkab Brebes dan Pemprov Jateng. Diakuinya, perbaikan bendung butuh dana besar.
"Butuh dana sekitar Rp 3 miliar untuk membangun kembali bendung tersebut. Oleh karena itu, kami berharap Pemprov bisa membantu," katanya.
BELUM ADA REALISASI
Sementara itu, Kasi Rehabilitasi Infrastruktur Sumber Daya Air Dinas Pengairan Pengelolaan Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Brebes, Hadi Siswoyo telah membuat laporan dan berupaya mengusulkan ke pemerintah provinsi atau yangvmemiliki kewenangan dalam perbaikan dua bendung yang rusak tersebut.
"Kami dari pemerintah Kabupaten Brebes, harapannya adalah supaya pemerintah provinsi Jawa Tengah melalui Pusdataru bisa segera membangun memperbaiki bendung tersebut. Sehingga agar sawah-sawah di sekitar bendung bisa teraliri air untuk irigasi," ucap Hadi Siswoyo.
ADVERTISEMENT
Ia berharap, bendung Notog yang selama ini menjadi pemasok air irigasi sekitar 450 hektare lahan pertanian bisa kembali berfungsi maksimal. "Selain membangun kembali bendung yang rusak parah, juga diharapkan segera merealisasikan jaringan bagi masyarakat. Tapi sampai saat ini kami belum mengetahui kapan direncanakan akan diperbaikinya," jelasnya.
Kendati demikian, langkah antisipasi yang dilakukan saat ini dengan mengidentifikasi jumlah tanggul sungai yang kondisinya kritis. "Seperti di sungai di wilayah Cimanuk - Cisanggarung di wilayah losari yang kemarin jebol. Di sana ada 8 titik tanggul sekunder yang jebol. Tapi sudah dilakukan penanganan darurat dengan membuat tanggul darurat," beber dia.
Upaya lainnya, dengan dilakukan normalisasi di sungai - sungai dapat mengurangi daripada air yang meluap. "Karena dengan upaya dinormalisasikan saluran-saluran maupun sungai-sungai membuat daya tampung sungai semakin banyak. Sehingga harapan kami adalah bisa mengurangi air yang air banjir yang ada di sungai-sungai," pungkasnya. (*)
ADVERTISEMENT
Reporter : Fajar Eko Nugroho
Editor : Muhammad Abduh