Konten Media Partner

Dari Modal Rp 2 Juta, Pemuda Tegal ini Akhirnya Punya Paguyuban Oemah Jamur

29 Januari 2021 20:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sukron memantau pembuatan baglog jamur tiram.
zoom-in-whitePerbesar
Sukron memantau pembuatan baglog jamur tiram.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SEORANG pemuda lulusan S1 Sarjana Pendidikan nekat keluar dari pekerjaannya di Jakarta. Ia pulang kampung ke Tegal dan menekuni budidaya jamur tiram di kampung halaman dan bercita-cita membuka lapangan kerja untuk warga sekitar.
ADVERTISEMENT
Pemuda itu adalah Moh. Sukron Makmun (37), warga Desa Jatiwangi RT02/02 Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal. Ia kini fokus menjadi petani jamur tiram.
“Baru tiga tahun berjalan, menjadi petani jamur tiram. Sebelumnya, saya bekerja di salah satu provider sarana komunikasi (BTS) sebagai Site Acquisition, pengurusan administrasi pembangunan tower di ibu kota Jakarta," tutur Sukron pada panturapost, Jumat ( 29/1/2021).
Pada awalnya, ia pulang kampung namun masih bingung mau membuka lapangan pekerjaan apa yang bisa bermanfaat buat masyarakat sekitar. Tapi akhirnya muncul ide berbudidaya jamur tiram. Dengan modal Rp 2 juta, ia mencoba budidaya 1000 bibit/baglog.
“Dari situlah kami terus mengembangkan diri. Terus belajar membuat media tanam/baglog,” ujarnya.
Setelah berjalan satu tahun, Sukron mengajak lingkungan sekitar untuk bermitra. Warga sekitar beli baglog/media tanam dan hasil panennya, ia tampung. “Akhirnya merembet ke desa tetangga dan sampai saat ini sudah ada 22 petani yang bergabung, " ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ia pun membuat sebuah wadah dengan nama Oemah Jamur dan dijadikan paguyuban petani jamur di Kecamatan Pagerbarang. Oemah Jamur kini sudah merekrut tenaga kerja. Di bagian produksi 5 orang ,di kedai Oemah Jamur 3 orang, dan serta ibu-ibu sekitar Oemah Jamur ada 7 ibu-ibu untuk membuat sate jamur mentah.
“Sate jamur mentah itu akan diambil oleh para pedagang sate jamur di sekitar Tegal,” tutur dia.
Sukron bersama ibu-ibu yang bekerja membuat sate jamur mentah.
Cita-cita membuka lapangan pekerjaan pun tercapai, walapun belum banyak. Kini mulai banyak petani jamur yang bermitra dengan Oemah Jamur.
“Jamur yang kami tampung dari petani itu, sebagian dijual ke bakul di pasar. Sebagian lagi , kami jadikan olahan seperti Sate Jamur, Nugget Jamur, Kerupuk Jamur, Jamur Crispy dengan nama brand ‘Kemlitak’ serta olahan lainnya," beber dia.
ADVERTISEMENT
Dia menuturkan, budidaya jamur ini bisa dijadikan penghasilan tetap atau hanya sampingan. Tergantung kapasitas atau jumlah baglognya. Ia sendiri, dari modal sekitar Rp 2 juta kini sudah produksi 20 ribu – 25 ribu baglog/bulan dengan omset Rp 40 juta sampai Rp 50 juta dengan produksi bibit jamur dan varian jamur yang diolah.
“Sejatinya jamur di wilayah Tegal dan Brebes masih kekurangan stok,” ungkap dia.
Di masa pandemi ini yang hampir satu tahun ini, produksi jamur tiram terus terjaga. Ada sebagian kecil yang tidak bekerja karena dampak pandemi pun memilih menjadi petani jamur. Karena, bertani/budidaya jamur tidak terlalu repot. Hanya perawatan siram secara rutin satu kali setiap hari dan panen setiap hari.
ADVERTISEMENT
"Budidaya jamur sebenarnya tidak terlalu sulit. Hanya menjaga kelembaban tempat/kumbung. Kalau untuk hama, biasanya hanya ada ulet. Itu bisa diatasi dengan rajin membersihkan baglognya," kata dia. (*)