Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten Media Partner
Desa Sangkanjaya, Kabupaten Tegal Berpotensi Besar Jadi Penghasil Jagung
26 Maret 2021 17:10 WIB
ADVERTISEMENT
Desa Sangkanjaya, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal memiliki potensi besar sebagai wilayah penghasil jagung. Di desa ini ada ratusan petani yang terus mengembangkan pertanian jagung.
ADVERTISEMENT
Desa yang tidak mempunyai akses untuk kendaraan roda empat dan memiliki hanya 350 keluarga ini telah membuktikan sebagai desa yang berpotensi pengasil jagung. Ada sekitar 50 hektar lahan milik masyarakat dan 123 hektare lahan perhutani yang ditanami jagung.
"Kalau dilihat dari luas wilayahnya, Desa Sangkanjaya terbilang kecil. Untuk menuju akses desa pun hanya bisa dilalui dengan roda dua. Tapi, kini masyarakat desa mulai menjadi petani jagung beberapa tahun ini. Terbukti setiap kali panen jagung bisa sampai 500 ton dan bahkan lebih," tutur Sekretaris Desa Sangkanjaya, Abdul Mubarok pada PanturaPost, Jumat (26/3/2021).
Dengan berkembangnya pertanian jagung, kata Mubarok, perekonomian masyarakat di desa ini terus berkembang. Dulunya kebanyakan warga desa ini hanya sampai lulusan SMP. Kini sudah banyak masyarakat yang menjadi sarjana.
ADVERTISEMENT
"Itu karena hasil perkembangan pertanian. Dan ke depanya, pemerintah desa melalu BUMDes akan mengembangkan pertanian jagung. Agar para petani jagung terus bekembang. Untuk BUMDesnya sedang proses dengan program pertanian jagung," ungkapnya.
Salah satu petani jagung Desa Sangkanjaya Abdul Rohim, 57 tahun, mengaku sudah bertani sejak masih muda. Dulu, kata dia, petani jagung masih jarang. Kebanyakan menanam padi.
"Lima tahun belakangan ini petani jagung mulai banyak, yang tadinya cuman garap sawah sendiri, kini lahan perhutani sudah bisa digarap dengan tanam jagung. Dengan begitu, masyarakat mulai bergairah tanam jagung."
Menjadi petani jagung di Desa Sangkanjaya yang notabenya desa dengan wilayah pegunungan ini tidak semudah yang dibanyangkan. Kendala dalam bertani jagung pasti selalu ada. Di desa ini musuh petani jagung babi hutan, yang sering merusak tanaman jagung dengan jumlah banyak.
ADVERTISEMENT
"Musuh petani itu babi hutan. Jadi petani itu di saat sedang tanam dan mau panen suka jaga sawah tiap malam. Agar babi hutanya tidak merusak tanaman jagung," katanya.
Sementara itu, Ketua Gapoktan Desa Sangkanjaya Muhamad Fakih, 38 tahun, mengatakan jumlah petani jagung yang ada di Desa Sangkanjaya sekitar 160 orang. Semuanya menggarap jagung dari lahan sawah sendiri dan lahan perhutani.
Dalam sekali panen petani itu bisa sampai 4 ton untuk satu orang petani, bahkan ada yang lebih sampai puluhan ton. "Kalau di jumlah total semua petani yang ada itu dalam satu panen bisa menghasilkan 600 ton jagung dari 160 petani," ungkap dia.
Hasil panen itu biasanya dijual dengan harga Rp 3.500 per kilogram. Kalau ditotal untuk 600 ton, penjualannya bisa sampai Rp 2 miliar. Sedangkan dalam satu tahun petani jagung bisa panen sebanyak dua kali.
ADVERTISEMENT
"Maka dari itu potensi besar desa ini menjadi penghasil jagung. Kita lihat saja, kini masyarakat yang merantau juga sudah mulai melirik pertanian jagung. Seperti saya 25 tahun merantau di Sumatera Barat, kini fokus jadi pateni jagung," katanya.
Dari berkembangnya petani jagung ini, para petani berharap agar ke depanya jalur menuju lahan jagung bisa dilalui dengan kendaraan roda dua atau empat. Agar distribusi hasil panen jagung bisa lebih lancar.
"Kendala petani di sini itu, jalur yang masih tanah untuk menjuju lahan jagung, hama babi, dan saat pengeringan jagung agak susah saat musim hujan. Makanya, kami berharap jika ada BUMDes, nantinya bisa punya alat pengering jagung. Agar petani tidak kebingungan saat mengeringkan jagungnya saat panen," pungkasnya. (*)
ADVERTISEMENT