Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Dahulu Kumuh, Waduk Penjalin Brebes Kini Jadi Wisata Instagramable
14 Februari 2018 13:52 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Waduk Penjalin di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Brebes. (Foto: Reza Abineri)
ADVERTISEMENT
BREBES - Di awal 2016, Objek Wisata Waduk Penjalin, masih banyak ditemui sampah berserakan di berbagai sudut. Kebanyakan merupakan sampah rumah tangga. Sehingga menjadi hal yang lazim dijumpai, kerap ada orang yang membuang sampah sembarangan.
Padahal, tempat wisata yang terletak di Desa Widuaji, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes ini keberadaannya menjadi vital bagi kehidupan warga setempat. Ada ratusan KK yang bergantung pada air di bendung buatan era kolonial ini, untuk kehidupan. Bahkan, airnya menjadi tumpuan area persawahan sampai ke Kabupaten Brebes wilayah utara.
Sampai suatu waktu, beberapa warga sekitar yang berinisiatif untuk membersihkan waduk yang memiliki luas 1,25 kilometer per segi itu. Tepatnya akhir 2016. Caranya yakni dengan menutur atau mengambil sampah satu per satu, yang mereka namakan Aksi Nutur Runtah Mambrah (Aksi Ambil Sampah Berserakan).
ADVERTISEMENT
"Tepatnya sekitar November sampai Desember 2016. Awalnya dapat masukan dari Pak Ali Rokhman yang juga seorang dosen setelah melihat konsep wisata di luar negeri," kata salah satu relawan, Rahmat Waluyo Sukoco.
Konsep wisata luar negeri yang disebut adalah Hash House Harrier. Konsepnya sebenarnya lari lintas alam mirip seperti outbound. Dengan beregu atau berkelompok ketika menjelajahinya.
Waduk Penjalin di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Brebes. (Foto: Muhammad Irsyam Faiz)
"Namanya juga relawan, bekerja atas dasar kesadaran dan keikhlasan. Alhamdulillahnya, saat pertama banyak warga yang mengikuti,"katanya.
Beberapa relawan yang ikut sebut saja Diaspora Winduaji, Compas, Sanggar Suket, BNew Patuguran, dan pegawai PSDA. Antusias warga, kata dia, terlihat dengan setiap pedukuhan di Winduaji memiliki wakilnya. Padahal saat itu, teman-teman relawan hanya menginformasikan dari mulut ke mulut saja.
ADVERTISEMENT
Aksi itu pun akhirnya sukses. Namun, hal itu tidak menghentikan bagi relawan untuk membenahi. Dengan terinspirasi dari Jembatan Pelangi di Kabupaten Purbalingga, konsep itu lalu diadopsi ke tangga naik tengah menuju Waduk Penjalin.
"Ide itu muncul seiring dengan tren tempat wisata alam yang memiliki spot berswafoto penuh warna. Tangga itu juga bisa menjadi ikon bagi Waduk Penjalin," imbuhnya.
Tangga pelangi di Waduk Penjalin di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Brebes. (Foto: Reza Abineri)
Tangga pelangi kemudian diresmikan pada Januari 2017. Meski usianya genap setahun, tangga tersebut sudah menjadi primadona bagi pengunjung untuk berswafoto. Rahmat bilang, rasanya belum sampai Waduk Penjalin kalau belum berfoto di sana.
Gerakan membenahi objek wisata ini kemudian menjadi Gerakan Mempercantik Waduk Penjalin (GMWP). Sasarannya adalah membangun Taman Jamur yang berada di sudut selatan waduk.
ADVERTISEMENT
Rahmat bercerita, Taman Jamur yang cantik sekarang awalnya tempat yang kumuh, becek, kotor dan bau oleh sampah. Beberapa hewan pengerat kerap dijumpai. Dan kondisi itu terjadi selama tujuh tahun.
"Taman Jamur yang menarik sekarang, awalnya adalah tempat pembuangan sampah oleh warga. Bau menyengat dan tak sedap sudah biasa bahkan bisa sampai ke pemukiman warga," ujar dia.
Waduk Penjalin di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Brebes. (Foto: Muhammad Irsyam Faiz)
Tapi, kini Taman Jamur 'disulap' tempat yang memiliki saung atau tempat kecil yang biasa di tengah sawah. Ditambah dengan spot selfie dengan waduk sebagai latar di belakangnya. "Jadi konsepnya kita membuat wisata yang instagramable," imbuhnya.
Untuk menjaga waduk yang sudah terlihat bersih, Rahmat bersama teman-temannya pun menggagas adanya paket wisata dengan mengambil sampah. Pengunjung nantinya merogoh kocek sembari mengambil sampah yang ada di waduk.
ADVERTISEMENT
"Untuk mengambil sampah kita tidak tentukan berapa banyaknya, namun lebih kepada kesadaran akan menjaga alam tetap bersih. Selain juga adanya iuran sampah dari warga sekitar," tandasnya.
Penulis: Reza Abineri
Editor: Muhammad Irsyam Faiz