Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Foto: Tradisi Tedak Siten, Anak Mandi Kembang Tujuh Rupa hingga Masuk Kurungan
18 Maret 2018 20:07 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Tedak Siten atau dalam bahasa Jawanya mudun lemah yang jika diartikan merupakan sebuah prosesi adat tradisi Jawa, dimana seorang anak sudah mulai turun ke lantai untuk merangkak hingga bisa berjalan. Beragam sajian juga turut melengkapi tradisi tersebut. Diantaranya, kopi pahit, dan bubur merah putih.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini terus dilestarikan sebagai bentuk syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan. Apalagi saat bayi mereka sudah bisa turun ke lantai untuk belajar berjalan.
Seperti apa prosesinya?
Prosesi pertama, bayi menginjak sesaji berupa bubur tujuh rupa. Ini bermakna sebuah penghormatan kepada bumi dimana seorang anak sudah turun ke tanah.
Si anak juga dimandikan dengan air kembang tujuh rupa, supaya anak tumbuh dan memesona.
Kemudian, dengan dipandu oleh orang tuanya, Wildan menjalani ritual naik tangga yang terbuat dari tujuh batang tebu. Rangkaian ini dimaksudkan agar anak mempunyai tekad yang kuat dalam menapaki kehidupan.
Anak lalu dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang sudah lengkap dengan benda seperti cermin, permainan alat medis, dan yang lainnya.
Tak hanya itu, pasangan ini juga memeriahkan acara Tedak Siten dengan bagi-bagi doorprize menggunakan bola undian bernomor yang bisa ditukar dengan bermacam bingkisan. Ini langsung membuat warga saling berebut, apa lagi ditambah uang receh dan beras kuning yang disebar penyelenggara.
ADVERTISEMENT
Foto: Syaifullah
Editor: Muhammad Irsyam Faiz