Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Jersey tersebut nantinya akan digunakan selama masa persiapan dan pada laga uji coba sebelum memasuki kompetisi Liga 2 2021. Untuk jersey home, seperti biasa didominasi warna merah dengan motif-motif abstrak dan tulisan Persekat 1962 sebagai gambar latar. Sedangkan untuk jersey away menampilkan kombinasi warna hitam merah dengan motif daun yang selama ini menjadi ciri khas WWJD Sport.
“Untuk jersey home memiliki konsep ‘abstract to the star’ yang mengedepankan bentuk sederhana, warna yang mengalir, dan kombinasi garis yang menggambarkan sejarah panjang Persekat dan cita-cita meraih bintang kejayaan,” tutur Yonathan A.M selaku owner WWJD Sport, Rabu (14/4/2021).
Sedangkan untuk jersey away, lanjut Yonathan, daun yang menjadi motif utama merupakan daun teh yang menunjukkan salah produk khas Tegal sekaligus kultur masyarakat yang terkenal dengan budaya “moci.”
ADVERTISEMENT
Rilisan tersebut dibarengi dengan dibukanya penjualan jersey secara online, yang ditawarkan dalam 2 versi, original dan supporter version.
Sementara itu, CEO PT Persekat Ki Gede Sebayu, Haron Bagas mengatakan, Persekat merupakan tim baru di Liga 2 serta harus melakukan persiapan sedini mungkin. Ini merupakan cara Persekat agar klub ini tetap eksis. Kebutuhan operasional tim, termasuk gaji pemain membutuhkan dana yang tidak sedikit. “Jika tidak ada langkah-langkah yang strategis, maka manajemen akan mengalami kesulitan,” ujarnya.
Di tempat terpisah, anggota Skaterz yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang martabak, Rusmanto menyatakan, Skaterz kelompok suporter Persekat siap mendukung dengan membeli jersey pramusim resmi yang dirilis.
“Di era sepak bola modern yang mengarah pada pembangunan industri sepak bola ini, segala hal positif yang mengarah pada upaya menjaga kelangsungan hidup klub perlu kita dukung. Kita tidak perlu terkungkung pada pemikiran tradisional yang melarang untuk membeli jersey karena alasan kultur dan sebagainya. Kita juga perlu mengawasi beredarnya produk tidak resmi,” cetusnya. (*)
ADVERTISEMENT