news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Rohyati, Pedagang Cilok yang Antarkan Anaknya Raih Gelar Sarjana

Konten Media Partner
20 Januari 2020 17:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kisah Rohyati, Pedagang Cilok yang Antarkan Anaknya Raih Gelar Sarjana
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
SEORANG ibu memegang sepeda berisi dagangan cilok berfoto dengan anak gadisnya yang mengenakan pakaian wisuda. Dialah Rohyati, warga Desa Blubuk, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, bersama Wahyu Rizky Lestari yang telah menuntaskan kuliah di Universitas Negeri Semarang Fakultas Hukum dan meraih gelar Sarjana Hukum.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulillah pada bulan Agustus tahun 2019, Rizky dapat lulus kuliah dengan IPK 3.77,” ujar Rohyati kepada panturapost, Senin (20/1).
Tentu saja ia gembira dan bangga. Bagaimana tidak, wanita kelahiran tahun 1968 itu, selama ini berjuang demi menuntaskan pendidikan empat buah hatinya. Apalagi dia dan suaminya, Wahyudin, sekolah dasar pun tak tamat. Sebagai orang tua, tidak ingin anak-anaknya mengalami nasib yang sama.
Buruh tani itu bertekad untuk terus berjuang agar buah hatinya dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Demi masa depan yang lebih baik. Rizky, si sulung sudah meraih gelar Sarjana Hukum. Adik Rizky, Wahyu, masih duduk di bangku SMK. Sementara si kembar, Aldi dan Aldo baru SMP.
Dengan keterbatasan ekonomi, Rohyati yang juga menjadi keluarga penerima manfaat PKH dari tahun 2012, membantu perekonomian keluarga dengan berdagang cilok keliling. Setiap hari, ia mengayuh sepeda sampai berkilo-kilo untuk menjajakan cilok.
ADVERTISEMENT
"Sebelum berangkat keliling jualan, ibu menyiapkan makanan buat keluarga,” ujarnya.
Setelah itu, baru ia keliling jualan cilok ke desa. Kadang mampir di sekolah-sekolah dasar. Sepeda butut setia menemaninya menjajakan barang dagangan keliling kampung. Berangkat jualan pukul 07.00 dan baru pulang siang pukul 14.00 WIB.
“Di situ mahalnya sepeda ini. Setia. Meski kadang suka ban kempes dan rusak,” ujarnya seraya tersenyum.
Pada tahun 2015, Rohyati menceritakan, anak sulungnya menamatkan SMK dan mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi melalui jalur Beasiswa Bidik Misi. Dan, kurang lebih 4 tahun, Rizky bisa selesai kuliah.
Dia sangat bersyukur karena tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan seperti putrinya. Terlebih karena prestasi anak putrinya, hingga terus mendapatkan beasiswa Bidik Misi. “Ngga ada biaya pendidikan. Malah mendapatkan uang saku sebesar Rp 650 ribu setiap bulan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Rizky menjadi potret salah satu anak penerima KPM PKH yang berprestasi. Dengan berbekal doa yang tak pernah putus, niat yang kuat, dan usaha yang keras, kondisi ekonomi keluarga yang serba terbatas, serta latar belakang pendidikan orangtua yang rendah tidak menghalangi cita-citanya untuk mengenyam pendidikan yang tinggi.
"Walaupun saya enggak sekolah tinggi, tapi sama pendamping PKH Risa Ulfianti selalu diajarkan materi Pengasuhan dan pendidikan anak, sehingga itu bisa saya terapkan pada anak,” ungkap Rohyati.
Harapan Rohyati, ketiga anaknya pun nanti dapat mengikuti jejak kakaknya dapat bersekolah hingga ke perguruan tinggi. Sehingga masa depan anaknya dapat lebih baik dibanding orangtuanya yang hanya menjadi seorang pedagang cilok keliling. (*)