Konten Media Partner

Menapak Tilas 'Kerja Paksa' Zaman Penjajahan Belanda di Brebes

28 Juli 2019 8:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kaligua Culture Festival digelar di area pabrik di Kebun Teh Kaligua, Brebes. (Foto: Reza Abineri)
zoom-in-whitePerbesar
Kaligua Culture Festival digelar di area pabrik di Kebun Teh Kaligua, Brebes. (Foto: Reza Abineri)
ADVERTISEMENT
BREBES - Kaligua Culture Festival (KCF) di Desa Pandansari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, digelar untuk pertama kalinya. Acara dibuka pada Sabtu (27/7) dengan kirab dan tapak tilas. Ratusan orang dilibatkan dalam kegiatan yang bertujuan untuk mengenang sejarah alat uap atau ketel di pabrik pengolahan teh terbesar di Brebes itu. 
ADVERTISEMENT
Peserta yang didominasi warga Desa Pandansari tersebut secara beriringan membawa replika ketel uap berukuran raksasa. Warga juga membawa gunungan hasil bumi. Prosesi diawali dengan mementaskan Tari Ronggeng di Lapangan Kaligua. Sesaji dan gunungan lantas diarak menuju ke lokasi pabrik. Saat itu, langit di Desa Pandansari mulai senja. 
Penggagas dan Penanggung jawab KCF, Dimas Indianto, mengatakan kegiatan tersebut bertujuan untuk mengingat sejarah di era kerja paksa zaman Belanda, yang mana banyak pengorbanan untuk memindahkan alat ketel uap seberat 120 kilogram itu.
"Mengingat kembali pengorbanan warga membawa pemberian dari Belanda, alat ketel uap saat era Van De Joeng, yang diturunkan di Paguyangan," ujar Dimas.
Ia bercerita, alat yang berat dengan ukuran besar 'hadiah' dari Belanda itu dibawa ke Kaligua dengan cara dipikul. Namun Belanda sebagai tuan tak peduli dengan kondisi tersebut.
ADVERTISEMENT
"Alat sebesar itu berjalan sambil dipikul dengan menempuh 12 kilometer jauhnya. Medan yang banyak menanjak. Namun warga harus patuh, guna mengikuti perintah Belanda waktu itu," ucapnya.
Replika ketel raksasa yang diarak warga di Kaligua Culture Festival. (Foto: Reza Abineri)
Dulu, puluhan pekerjanya berasal dari masyarakat di tiga desa, yakni Desa Kretek, Ragatunjung, dan Desa Pandansari. Untuk memikul satu alat dibutuhkan waktu hampir satu bulan. Karena butuh waktu lama, warga pun hanya bisa beristirahat di jalanan. Oleh Belanda, warga yang bekerja secara paksa itu diberi suguhan Tari Ronggeng sebagai penyemangat.
"Untuk menghibur masyarakat yang lelah, menyelenggarakan Ronggeng untuk para pekerja. Butuh waktu 20 hari untuk satu alat dengan digotong bergantian," terang Dimas.
Sebagai informasi, pabrik itu didirikan pada 1880 oleh perusahaan Cultur Onderneming dari Belanda dan dikelola langsung oleh Van De Joeng (baca: Van Dj Hong--red). Lahan yang sebelumnya kebun teh itu memiliki luas 600 hektare yang berada di ketinggian antara 1.500-2.050 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan suhu sekitar 20 derajat celsius.
Pentas seni di Kaligua Culture Festival. (Foto: Reza Abineri)
Potensi Wisata
ADVERTISEMENT
Bupati Brebes, Idza Priyanti, berharap kegiatan tersebut dapat melestarikan dan mengembangkan potensi daerah. Ia melihat potensi KCF dapat menjadi salah satu momen memajukan sektor pariwisata.
"Semoga dapat menjadi event tahunan. Dapat memajukan pariwisata agar perekonomian masyarakat berkembang," kata Idza.
KCF diselenggarakan untuk mengenang kisah pahir dari sebuah periode sejarah. Tema acara ini adalah 'Berbudaya, Bersama, Berkarya, dan Bergembira'. Masyarakat diimbau untuk sadar dan selalu mengingat sejarah kelam tersebut.
"Kita jangan melupakan sejarah, meskipun itu pahit. Apalagi sejarah tersebut memiliki nilai arif dan kreatif. Menjaga agar budaya kita tidak pudar," ujar Idza.
Reporter: Reza Abineri
Editor: Irsyam Faiz