Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Mengingat Kembali Sejarah Jalur Pantura yang Jadi Andalan saat Mudik
5 Juni 2018 14:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Jalur Pantura Kota Tegal. (Foto: Muhammad Irsyam Faiz/Panturapost.id)
BREBES - Meski pemerintah sudah membangun jalan tol yang hingga kini sudah sampai Kabupaten Batang, namun Jalur Pantura sepertinya tak akan sepi pemudik. Berbagai macam geliat warga juga tampak di sepanjang jalur ini.
ADVERTISEMENT
Jalur ini dibangun sepanjang 1.000 kilometer mulai dari Anyer hingga Panarukan, pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Jalan tersebut dikenal dengan nama Groote Postweg atau orang dulu sebut jalan Daendels. Karena pembangunannya dirintis oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda ke-36 yakni Herman William Daendels.
Sejarawan Brebes, Wijanarto, menjelaskan jalur ini juga disebut Jalan Pos (Groote Postweg) karena dikhususkan sebagai transportasi sarana pos bagi informasi yang menghubungkan wilayah wilayah pesisir Jawa. "Jalan Daendels juga sekaligus persiapan untuk menghadapi Inggris," jelas Wijan kepada Panturapost.id.
Dia melanjutkan, Jalur Pantura dibangun pada Mei 1808 hingga Juli 1809 dengan panjang 1.000 Km. "Khusus untuk Brebes, jalan Daendels membentang dari Losari hingga Kaligangsa," tutur Wijan.
Proses pembangunan jalur yang kini menjadi tranportasi utama di pulau Jawa ini terbilang sangat matang dalam konsepnya. "Saat itu Daendels mengumpulkan 38 Bupati se-Jawa pada Juli 1808, dia memerintahkan untuk membangun wilayah jalan Daendels yang melewati wilayahnya dan tenaga kerjanya dari penduduk setempat melalui sistem kerja wajib," papar Wijan.
ADVERTISEMENT
Di Kabupaten Brebes sendiri, mega proyek tersebut berada pada masa pemerintahan Bupati Aria Singasari Panatayuda I. "Jalan ini melewati tiga sungai besar di Brebes, yakni Sungai Cisanggarung, Pemali dan Kaligangsa yang merupakan perbatasan Kota Tegal," jelas Wijan.
Dari Jembatan Sungai Pemali, Jalan Daendels melintas ke timur menuju alun-alun Brebes dan pasar induk hingga Stasiun Brebes sampai ke perbatasan Tegal.
Jalur Pantura Kota Tegal. (Foto: Muhammad Irsyam Faiz/Panturapost.id)
Wijan mengatakan, dahulu belum ada Jalan A. Yani Brebes, karena dari Pasar Induk, Jalur Pantura dalam kota Brebes membelok ke kanan langsung menuju ke Jalan Gajahmada. "Kalau Jalan A. Yani itu orang sering sebut jalan trobosan yang tembus lurus ke timur dari pasar induk hingga pertigaan Azizah atau Gedung DPRD," papar Wijan.
ADVERTISEMENT
Menurut Wijan, jalur yang sekarang menjadi jalan nasional itu sangat membantu dan memudahkan mobilisasi sosial. "Dengan adanya jalur ini, wilayah pedalaman dapat terhubungkan," katanya.
Tak banyak data yang tertinggal dari proses pembangunannya. Termasuk berapa jumlah pekerja yang dikerahkan wajib untuk membuka ruas di Brebes. "Tidak ada data berapa jumlah tenaga kerja yang membangunJjalan Daendels. Yang jelas Bupati saat itu menyiapkan pendanaannya," tuturnya.
Dengan begitu, Wijan kembali menerangkan, anggaran pembuatan jalan Pos Daendels itu dibebankan pada masing-masing Kepala Daerah yang dilintasi. Dimulai dari Cirebon - Semarang hingga ke Surabaya.
Reporter: Yunar Rahmawan
Editor: Muhammad Irsyam Faiz