Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
ADVERTISEMENT
BAGI masyarakat Indonesia, hujan merupakan agenda tahun memberikan dampak kesuburan bagi seluruh alam semesta. Tanpa hujan sawah mengalami puso dan ladang kekeringan. Kehidupan manusia mendadak blingsatan dan hutan-hutan kering kerontang dan acap kali terbakar lantaran tidak mampu menahan geramnya terik matahari.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, hujan pun berdampak bagi orang-orang yang akan atau sedang mengadakan sebuah agenda hajatan di luar ruangan atau ketika ingin berpergian.
Oleh karena itu, apabila hujan yang terjadi secara terus-menerus membuat sebagian masyarakat berpikir untuk mengusir hujan.
Bagaimana orang Jawa punya alternatif menangkal hujan barang sejenak?
Ada dua cara mengenai dua mitos yang dipercaya masyarakat Jawa dengan melempar celana dalam ke atas genting.
Cara pertama ini sering kali kita lihat pada masyarakat di dusun-dusun. Ternyata ampuh juga untuk sejenak mengusir hujan.
Cara kedua, yaitu dengan upaya mendirikan sapu lidi ditambah lombok merah yang ditancapkan pada satu lidi di sapu.
Cara ini ternyata juga cukup ampuh. Peristiwa ini disaksikan saat di wilayah Rt 04/Rw III Kelurahan Slerok, Kota Tegal hendak menggelar acara Peringatan HUT RI Ke-77 baru lalu, cuaca langit diselubungi mendung tebal. Ketika itu panitia agak khawatir akan turun hujan.
ADVERTISEMENT
Sala satu dari anggota hiburan organ tunggal memberi saran kepada panitia penyelenggara agar mendirikan sapu lidi dengan satu di antara lidi ditancapkan lombok merah. Sesudah persyaratan itu dipenuhi, gagang sapu lidi pun ditancapkan ke bumi.
"Alhamdulillah, kersane Gusti Allah acara pun berlangsung aman tanpa diguyur hujan," Suwarno yang kadang kala melakukan hal itu seperti yang dilakoni pada peringatan perayaan HUT ke-77 RI lalu.
Yang jadi pertanyaan mengapa mitos sapu lidi mampu sejenak mengusir hujan?
"Tidak tahu apa sebabnya, Mas. Itu hanya warisan nenek moyang kita," kata dia. (*)
--------
Lanang Setiawan, kolumnis dan novelis penerima Hadiah Sastra "Rancage" 2011.