Napi Lapas Slawi Mampu Produksi Sarung Goyor Hingga Tembus Pasar Ekspor

Konten Media Partner
21 Februari 2021 21:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para Napi saat memproduksi sarung goyor di Aula Lapas Slawi.
zoom-in-whitePerbesar
Para Napi saat memproduksi sarung goyor di Aula Lapas Slawi.
ADVERTISEMENT
SEMANGAT para warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Slawi, Kelas II B untuk produktif dan kreatif patut diacungi jempol. Buktinya, mereka mampu memproduksi sarung goyor dan bahkan menembus pasar ekspor.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya sudah keluar nanti, saya ingin mengembangkan bakat saya. Bisa membuka usaha dengan bekal modal yang saya dapat dari Lapas ini," kata Andang, salah seorang Napi Lapas Slawi di tengah kesibukannya menenun.
Andang yang merupakan salah satu napi kasus Narkoba ini mengaku bisa membuat kain Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) ini berkat mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak Lapas. Bahkan dengan kemampuan menenun kain ini, ia pun menjadi lebih percaya diri jika sudah bebas nanti.
"Awalnya sih memang sulit ya. Kadang tenunnya kurang kencang, benangnya acak-acakan. Tapi sekarang sih sudah bisa, sudah rapi hasilnya. Dan saya juga tidak bingung lagi, jika nanti sudah keluar," ungkapnya.
Inilah sarung goyor produksi warga binaan Lapas Slawi.
Sementara itu, Kepala Lapas Kelas IIB Slawi, Mardi Santoso mengatakan, kegiatan menenun tersebut merupakan bentuk pembinaan terhadap warga Lapas. Dengan keahlian menenun kain sarung yang dimiliki, diharapkan nantinya para Napi ini akan lebih mandiri setelah selesai menjalani hukuman. Sehingga, mereka tidak kembali terjerumus dalam tindak kejahatan.
ADVERTISEMENT
"Dipilihnya kain sarung goyor, karena merupakan kain sarung khas Tegal. Sehingga sekaligus untuk melestarikannya," ucap dia.
Proses menenun ini dilakukan di Aula Lapas. Para Napi yang sudah bisa menenun karena sebelumnya mengikuti pelatihan selama dua bulan yang diselenggarakan pihak Lapas. Kini, para Napi sudah terampil dan dalam dua hari, satu Napi mampu membuat satu lembar kain sarung goyor. Meski belajar menenun secara singkat, kain hasil tenunan para Napi tergolong bagus dan dapat diterima pasar.
"Hasilnya sangat bagus dan rapi. Bahkan, sarung goyor dari kain tenun karya Napi ini sudah menembus pasar ekspor, yakni di Timur Tengah," ujarnya.
Menurut dia, dalam pemasarannya, pihak Lapas bekerjasama dengan sebuah perusahaan produksi sarung di Tegal yang siap menampung kain tenun hasil karya para Napi. Dari penjualan kain, para Napi mendapatkan premi atau upah setiap minggu, dihitung dari banyaknya kain tenun yang dihasilkannya.
ADVERTISEMENT
"Bahan -bahan juga dari pabrik, di sini hanya untuk proses tenunnya. Untuk pembinaan warga Lapas sendiri tidak hanya menenun, tapi ada juga pertanian salah satunya menanan jahe. Dan kita juga rencananya akan membuka bengkel juga," pungkasnya. (*)