Konten Media Partner

Pandemi COVID-19, Omzet Penjualan Telur Asin di Brebes Turun hingga 90 Persen

27 Mei 2020 18:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi sentra oleh oleh-khas Brebes yang berada di Jalan pantura Desa Pebatan Kecamatan Wanasari, Brebes, Rabu (27/5/2020). (Foto: Fajar Eko)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi sentra oleh oleh-khas Brebes yang berada di Jalan pantura Desa Pebatan Kecamatan Wanasari, Brebes, Rabu (27/5/2020). (Foto: Fajar Eko)
ADVERTISEMENT
BREBES - Pandemi COVID-19, dampaknya benar-benar dirasakan oleh semua kalangan. Tak terkecuali para pelaku UMKM di Brebes yang menyediakan oleh-oleh khas Brebes.
ADVERTISEMENT
Seprti perajin telur asin di Kabupaten Brebes. Masa pandemi COVID-19 telah menyebabkan turunnya omzet penjualan hingga 90 persen.
Bagi perajin telur asin di Brebes, hari raya adalah momentum untuk menambah produksi hingga berlipat-lipat. Mereka sengaja menggandakan produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat saat arus mudik dan balik lebaran.
Namun harapan meraup laba banyak saat moment lebaran ini harus kandas. Saat ini, pembeli telur asin menurun tajam karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan larangan mudik oleh pemerintah.
Kondisi sentra oleh oleh-khas Brebes yang berada di Jalan pantura Desa Pebatan Kecamatan Wanasari, Brebes, Rabu (27/5/2020). (Foto: Fajar Eko)
Pelaku usaha yang juga pengrajin telur asin YES di Desa Pebatan Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes, Dani (41) mengaku, sejak terjadi pandemi, dirinya sudah tidak memproduksi telur asin dalam jumlah banyak. Telur asin yang diproduksi hanya untuk menyediakan kebutuhan warga sekitar.
ADVERTISEMENT
Menurut Dani, kalau kondisi mudik balik lebaran saat seperti ini, biasanya dia bisa menjual sekitar 20 ribu telur asin setiap hari, untuk memenuhi permintaan pelanggan dan pemudik. Namun, sekarang hanya laku antara 1.000 sampai 2.000 butir.
Turunkan Harga
Hal serupa dialami, perajin telur asin Tip Top di Kelurahan Gandasuli, Didit (46). Di tengah pandemi seperti saat ini, omzet penjualannya menurun hingga 90 persen.
Biasanya dalam sehari di luar suasana mudik, Didit mampu menjual 4 ribu butir. Sedangkan dalam suasana mudik dan balik lebaran, bisa tembus 15 ribu butir per hari.
"Suasana pandemi menyebabkan omzet turun. Awal puasa, biasanya produksi 4 ribu butir telur asin untuk memenuhi kebutuhan warga. Karena jumlah pembeli turun, tidak habis sampai pekan kedua puasa. Terpaksa telur diobral Rp 1500 per butir dari harga normal Rp 3.300," kata didit.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kabid UMKM, Dinas Koperasi Usaha Menengah dan Perdagangan (Dinkopumdag) Brebes Nani Nuryati mengatakan, perajin telur asin adalah salah satu sektor usaha yang paling terdampak pandemi ini.
Kebijakan PSBB dan larangan mudik, telah menyebabkan jumlah pembeli turun. Dampak lain yang ditimbulkan adalah banyak perajin yang merumahkan pekerjanya.
Seperti biasa, kata Nani, setiap menjelang hari raya banyak yang mencari tenaga kerja untuk membuat telur asin. Namun sekarang mereka dirumahkan.
Untuk meringankan beban bagi warga yang terdampak, Pemkab telah menyalurkan bantuan berupa sembako.
"Semua sektor usaha kena dampaknya, termasuk perajin telur asin. Bahkan tidak sedikit yang terpaksa tutup atau gulung tikar," pungkasnya. (*)