Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Telaga Ranjeng, Tempat Wisata Indah yang Kini Tinggal Kenangan
27 Maret 2018 14:03 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Pohon raksasa di Telaga Ranjeng Brebes Tumbang. (Foto: Reza Abineri)
ADVERTISEMENT
BREBES - Pemandangan objek wisata Telaga Ranjeng kini terlihat memprihatinkan. Tempat wisata yang berlokasi di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes ini, mengalami perubahan setelah pohon raksasa yang selalu menjadi ciri khas telah tumbang.
Pantauan Panturapost.id Kamis pekan lalu, pohon itu hanya tergeletak di sisi timur. Padahal pohon karet raksasa terlihat dari kondisi tubuh yang masih cukup kokoh. Pohon itu sendiri biasanya sebagai tempat untuk berswafoto bagi para pengunjung.
Menurut Penjaga Telaga Ranjeng, Jamal, tumbangnya pohon diduga disebabkan karena faktor usia. Dia menyebut, usia pohon raksasa diperkirakan sudah mencapai 250 tahun. Hal itu juga dibuktikan juga dengan besarnya batang pohon yang sudah membesar.
"Penyebabnya juga bisa karena faktor alam, usia. Dia (pohon) malah sedang musim semi, daunnya juga masih banyak," ujarnya. Tumbangnya pohon, kata dia, terjadi pada pertengahan 2017. Saat tumbang, kondisi cuaca cerah.
Telaga Ranjeng Brebes. (Foto: Muhammad Irsyam Faiz)
ADVERTISEMENT
Dia menuturkan, tinggi pohon diperkirakan mencapai 40 meter dengan diameter sekitar 20 meter. Dengan tinggi dan besarnya pohon, kata dia tidak diimbangi dengan akar pohon yang berjenis serabut. Akibatnya, akar pohon pun tidak kuat menahan lagi beban pohon.
Kemudian, perubahan di obwis Telaga Ranjeng juga terjadi pada debit airnya. Jamal mengungkapkan, saat ini debit air Telaga Ranjeng mengalami penyusutan hingga mundur beberapa meter dari pintu masuk. Padahal sebelumnya air telaga biasanya berjarak satu sampai dua meter saja.
Kondisi tersebut kata Jamal, disebabkan karena telah memasuki iklim kemarau. Meski demikian, kata dia penyusutan terjadi dalam waktu cepat, yakni sekitar 1,5 bulan saja.
Hal itu sempat menyebabkan penyusutan debit air cukup parah pada telaga. Akibatnya, daya tampung air di tanah menjadi berkurang.
ADVERTISEMENT
Reporter: Reza Abineri
Editor: Muhammad Irsyam Faiz
Live Update