Penjualan Sarung Laris Saat Ramadan, Corak Nusantara Paling Diminati

Konten Media Partner
30 Mei 2018 18:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjualan Sarung Laris Saat Ramadan, Corak Nusantara Paling Diminati
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Produksi sarung di Tegal. (Foto: Fajar Eko Nugroho/Panturapost.id)
BREBES - Memasuki pertengahan bulan ramadan dan jelang Hari Raya Idulfitri 1439 H, menjadi berkah bagi pengusaha sarung tenun di Kota Tegal, Jawa Tengah. Mereka kebanjiran pesanan dari berbagai penuru tanah air hingga ke luar negeri. Pesanan meningkat hingga lima kali lipat dari hari biasanya.
ADVERTISEMENT
Para perajin tenun pun ketiban rezeki lebih karea pengusaha menambah jam kerja (lembur) hingga dini hari. "Permintaan dari beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi. Apalagi juga permintaan dari negara-negara di timur tengah dan asia tenggara juga banyak," ucap pengusaha sarung tenun Pohon Korma, Jamaludin Ali AlKatiri, Selasa (29/5).
Jamaludian yang sudah menggeluti perajin sarung hampir 36 tahun itu memproduksi 3 jenis sarung. Yakni sarung tenun ikat yang terbuat dari alat tenun bukan mesin (ATBM). Perpaduan sarung printing dan tenun serta sarung full printing yang dibuat pabrikan mesin.
Ia membeberkan sarung buatanya dikirim ke berbagai kota di indonesia, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogya, dan Surabaya. Sementara untuk luar jawa ke Aceh, Sumatera Utara, Palembang, Samarinda hingga Papua.
ADVERTISEMENT
Kemudian pengiriman ekspor ada beberapa negara tujuan, seperti Malaysia, Jepang, Thailand, Myanmar, Vietnam, Oman, Maroko, Dubai, dan Uni Emirat Arab. Jamal menyebut, negara paling banyak memasan sarung tenun jenis kotak-kotal yakni, Myanmar dan sejumlah negara di timur tengah. "Karena Myanmar sarung sudah menjadi kebutuhan, tapi jenisnya yang kotak-kotak," katanya.
Penjualan Sarung Laris Saat Ramadan, Corak Nusantara Paling Diminati (1)
zoom-in-whitePerbesar
Produksi sarung di Tegal. (Foto: Fajar Eko Nugroho/Panturapost.id)
Beragam corak budaya dan tradisi lokal masing-masing daerah juga telah dibuatnya. Salah satunya adalah corak nusantara. "Kenapa corak nusantara, karena saya membuat dan memadukan apa yang menjadi khas daerah masing - masing ke dalam gambar di sarung. Misal khas Toraja, Aceh, bali hingga beberapa daerah di Kalimantan," ungkapnya.
Sarung khas Aceh, kata dia, menggunakan ornamen pintu khas Aceh dalam corak sarung. Demikian juga corak Toraja dan Jawa yang menggunakan ornamen bangunan Joglo ciri khas Jawa Tengah. "Saat ini tren sarung yakni, budaya lokal yang diaplikasikan ke sarung," katanya.
ADVERTISEMENT
Untuk membeli satu buah sarung, harganya pun cukup murah dan tak terlalu merogoh kocek dalam. Harga berkisar antara Rp 40 ribu hingga Rp 75 ribu.
"Jadi sarung nusantara sejuta corak ini menjadi primadona sarung masa kini. Selain desain multi etnik, gambarnya juga dibuat dengan cara ditenun dan melalui sketsa di komputer," ungkapnya.
Sedangkan sarung tenun ikat yang dibuat dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) atau manual dijual lebih mahal. Mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu.
"Kita produksi bermitra dengan 80 pabrik binaan. Jadi kita bisa produksi 40 ribu potong tapi untuk jenis palekat bisa seratus ribu picis," ungkapnya.
Reporter: Fajar Eko Nugroho
Editor: Muhammad Irsyam Faiz
ADVERTISEMENT