Perjuangan 2 Tokoh Brebes saat Agresi Militer Belanda I

Konten Media Partner
18 Agustus 2018 17:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kiai Haji Syatori (Foto: Dok. Pemkab Brebes)
BREBES - Meski Indonesia sudah memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, namun Belanda masih saja ingin menguasai. Terutama daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam. Peristiwa ini kita kenal dengan nama Agresi Militer Belanda I yang dilaksanakan dari 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947. Banyak daerah yang mencegah kedatangan Belanda kembali. Termasuk di Kabupaten Brebes.
ADVERTISEMENT
Belanda rupanya berkeinginan mendirikan pemerintahan Netherlands Indies Civil Administration (NICA) setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II. Dibantu Sekutu, Belanda berkeinginan menguasai Indonesia yang telah dimerdekakan oleh Soekarno Hatta.
27 Juli 1947, Belanda mengingkari perjanjian Linggarjati dan mengerahkan kekuatan militer utk menguasai wilayah strategis. Salah satunya Jawa Sumatera Kalimantan dan Sulawesi.
Saat terjadi revolusi pada 1945, di Kabupaten Brebes muncul dua nama tokoh yang dikhawatirkan oleh pihak Belanda. Sebab, mereka tidak mau pro dengan penjajah, bahkan melawan dan menghalangi kedatangan penjajah itu kembali ke Indonesia. Keduanya adalah KH. Syatori dan Mr. Mas Binadji Tjokroamidjojo.
Sejarawan Brebes, Wijanarto menjelaskan, Syatori merupakan Bupati Brebes ke 17 yang dipilih oleh rakyat dari 1945 hingga Agresi Militer Belanda I di tahun 1947. Bupati Syatori menggerakkan kekuatan rakyat untuk menolak dan menghalangi kedatangan Belanda.
ADVERTISEMENT
"Syatori mengerahkan kekuatan bersama rakyat menolak kehadiran kembali Belanda. Salah satunya ialah menghalangi laju pergerakan militer Belanda dengan memerintahkan peledakan jembatan Pemali," jelas Wijan.
Meski sudah dicegah dengan kekuatan rakyat, namun akhirnya Belanda berhasil masuk ke Brebes. Saat itu, Belanda membentuk Regeering Commisioners Binnelands Bestuur (Recomba) dengan tujuan untuk memulihkan pemerintahan pribumi.
Syatori saat itu ditawari oleh Belanda untuk tetap menjadi Bupati. Tawaran tersebut ditolak dan Syatori lebih memilih memindahkan pusat pemerintahan ke daerah Wangandalem. Inilah yang membuat NICA geram dan dan berupaya mencari Syatori.
Namun dalam perlawanannya, Syatori diketahui tertangkap oleh patroli Belanda di Desa Krasak, Kecamatan Brebes. "Beliau di eksekusi hingga mayatnya ditemukan di Songgom pada tahun 1947," tutur Wijan.
ADVERTISEMENT
Sebagai Bupati Brebes versi RECOMBA, Belanda mengangkat Raden Awal, pria kelahiran Pekalongan 22 Maret 1898. Dia merupakan lulusan OSVIA (STPDN zaman Belanda). Raden Awal terakhir menjabat sebagai sekretaris I Kabupaten Brebes.
Sama halnya dengan Syatori, nama Binadji disebut juga sebagai tokoh yang tidak pro dengan Belanda. Binadji terakhir menjabat sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Brebes. Ia dilantik sebagai Ketua KNID tanggal 6 Januari 1946. Pria kelahiran Genting Ambarawa 7 Juni 1907 merupakan priyayi terpelajar yang dieksekusi Belanda karena sikap dan komitmennya terhadap nasionalisme Indonesia. Semasa peristiwa Tiga Daerah, Binadji menjabat Kepala Kejaksaan Brebes.
"Sama seperti Syatori, Binadji menolak kerja sama dengan Belanda. Akhirnya pada tanggal 27 Juli 1947, Binadji mengungsikan keluarganya di Desa Wangandalem," jelas Wijanarto.
ADVERTISEMENT
Saat dalam pengungsian, Binadji ingin sekali melihat situasi Brebes. Belanda yang mendengar niat tersebut, akhirnya menangkap Binadji dan akhirnya dieksekusi di tepi sungai Pemali.
Dalam gejolak Agresi Militer Belanda I tersebut, pemerintahan sementara digantikan oleh Bupati Agus Miftah. "Agus Miftah menggantikan posisi Syatori dan pusat pemerintahan dipindah ke Desa Ciputih, Kecamatan Salem sampai pengakuan kedaulatan pada tahun 1949," pungkas Wijan.
Untuk mengabadikan dua pahlawan tersebut, Syatori dan Binadji menjadi nama jalan yang berada di sekitar tepian sungai Pemali. Syatori menjadi nama jalan di Kampung Kauman, sekitar masjid Agung Brebes. Sementara Binadji menjadi nama jalan yang berada di Kelurahan Pasarbatang Kecamatan Brebes.
Reporter: Yunar Rahmawan
Editor: Muhammad Irsyam Faiz
ADVERTISEMENT