Perjuangan Tukang Ojek Kayu di Tegal, Tembus Hutan hingga Medan Terjal

Konten Media Partner
14 Juli 2019 20:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ojek kayu bernama Indra. Foto: Pantura Post
zoom-in-whitePerbesar
Ojek kayu bernama Indra. Foto: Pantura Post
ADVERTISEMENT
TEGAL - Biasanya, ojek kerjanya mengangkut manusia, mengantarnya dari satu tempat ke tempat lain. Namun, tahukah kalian bahwa ada ojek khusus pengangkut kayu gelondongan?
ADVERTISEMENT
Pemandangan seperti ini dapat kalian temukan di Kabupaten Tegal. Jelas, para tukang ojek harus harus benar-benar bermental baja, karena rute yang harus tembus adalah jalan-jalan yang berada di hutan. Bukan hanya aspal, tapi juga medan tanah liat hingga bebatuan. Tidak hanya jalan datar, tetapi juga tanjakan dan turunan.
Pantura Post berkesempatan berbincang dengan salah satu tukang ojek kayu, Indra (40). Saat ditemui, ia sedang menunggu antrean menyeberang lewat jembatan gantung di perbatasan antara Desa Sanganjaya dan Desa Danawarih di Kecamatan Balapulang. Sambil menunggu jembatan gantung kosong, Indra sudi menjawab beberapa pertanyaan seputar profesi yang sudah tiga tahun digelutinya itu.
Ide transportasi jasa ojek kayu ini, kata Indra, muncul ketika masyarakat setempat melihat para pekerja pengangkut kayu kesulitan saat hendak memindahkan kayu. Terutama, ketika mereka harus melalui jalur terjal yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan besar beroda empat.
ADVERTISEMENT
Menurut Indra, beberapa orang lantas memiliki ide untuk membuat alat transportasi yang bisa mengangkut kayu gelondongan dengan menjangkau lokasi-lokasi yang sulit. Akhirnya, sepeda motor milik warga dipilih menjadi sarana yang paling memungkinkan untuk dijadikan sebagai alat tersebut.
"Ya akhirnya keluarlah ide seperti ini, membuat ojek kayu untuk mengakut kayu gelondongan," kata Indra.
Dia mengatakan, untuk bisa beroperasi, sepeda motor yang digunakan bukanlah sepeda motor standar keluaran pabrik, melainkan harus dimodifikasi terlebih dahulu agar kuat mengangkut kayu gelondongan yang diameternya beragam.
Apa saja yang dimodifikasi? Biasanya, ban dan gir motorlah yang harus dimodifikasi. Selain itu, di badan motor juga disematkan dua palang besi sebagai tempat membawa kayu.
Perjuangan berat Indra. Foto: Pantura Post
Awalnya, Indra mengaku tidak berani jadi ojek kayu. Namun, desakan kebutuhan ekonomi dan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga membuat Indra merasa harus memberanikan diri.
ADVERTISEMENT
"Mulai dari situlah awal saya minat jadi driver tukang ojek palang ini,” ujar Indra.
Pada masa-masa awal karier sebagai tukang ojek kayu, Indra mengaku kerap gugup bahkan pernah jatuh. Baginya, mengatur keseimbangan motor sambil membawa tumpukan kayu besar yang ditumpuk sangat sulit. Jadi, jalannya harus pelan-pelan.
“Waktu masih awal, suka jatuh tapi kalau dicoba dan terus mencoba, lama-lama lancar,“ ungkap Indra.
Salah satu medan yang menantang baginya adalah jembatan gantung. “Jembatan gantung di Danawarih 'kan sempit cukup untuk satu motor. Jadi harus ngantri kosong dulu,” ujarnya.
Ongkos yang dipatok dirinya dan rekan-rekannya sesama ojek pengangkut kayu beragam, tergantuk jarak yang ditempuh. Jarak 1 kilometer dihargai Rp 60.000, sedangkan jika lebih dari 1 kilometer bisa mencapai Rp 80.000. Tapi kalau lebih jauh lagi jaraknya, satu tarikannya bisa sampai Rp 100.000.
ADVERTISEMENT
"Yah sesuai jarak tempuhnya. Kalau medan, namanya ojek kayu, pasti medannya terjal dan menantang,” ujarnya.
Hingga sekarang, ojek kayu masih dipercaya oleh para tukang kayu untuk mengangkut hasil pekerjaan mereka. Sebab, tidak ada kendaraan roda empat yang sanggup menembus hutan. Bagi Indra, profesi ini merupakan berkah tersendiri.
“Alhamdulilah, untuk pendapatan bisa mencukupi biaya rumah tangga. Semakin banyak kayu atau jarak pengakutan jauh, semakin besar pendapatannya,” tuturnya. (*)
Reporter : Bentar
Editor : Muhammad Abduh