Pernah Berjaya, Sentra Produksi Kerupuk Mi di Tegal Ini Mulai Meredup

Konten Media Partner
6 Agustus 2022 19:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu produk unggulan di Desa Harjosari Lor, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal adalah home industri kerupuk mi. (Foto: Lanang)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu produk unggulan di Desa Harjosari Lor, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal adalah home industri kerupuk mi. (Foto: Lanang)
ADVERTISEMENT
SALAH satu produk unggulan di Desa Harjosari Lor, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal adalah home industri kerupuk mi.
ADVERTISEMENT
Home industri kerupuk mi di desa ini sudah cukup terkenal. Para perajin kerupuk mi di sini terhitung cukup banyak.
Menurut Taryo, salah satu pengrajin kerupuk mi, warga setempat yang bersandar penghidupan pada home industri kerupuk mi kuning, lebih dari 100 juragan.
"Pengrajin kerupuk mi di Harjosari Lor seratus lebih ada. Mereka tersebar di rumah-rumah penduduk, baik yang ada di pinggir jalan maupun yang berada di dalam kampung," kata Taryo yang menekuni usaha kerupuk mi sudah bertahun-tahun.
Ditambahkan, harga 1 Kg kerupuk mi dibandrol Rp 15 ribu. Satu hari ia bisa berproduksi kurang lebih setengah kuintal. Hasil kerupuk mi nantinya dijual ke bakul-bakul baik yang ada di sekitar desanya, maupun dijual ke bakul-bakul yang ada luar kota Tegal.
ADVERTISEMENT
"Selain sasaran penjualan pada para bakul, kerupuk mi desa kami disetor ke Bandung," katanya.
Sementara itu, Sutrisno, mantan pengrajin kerupuk mi menuturkan, pada zaman ia masih kecil, pengrajin usaha mi kuning di Desa Harjosari Lor hampir merebak di setiap rumah penduduk. Sekarang sudah surut karena banyak pengrajin alih profesi.
"Pengrajin kerupuk mi itu butuh tempat untuk menjemur. Dulu hampir setiap rumah. Sekarang banyak beralih usaha tahu kuning," kata Sutrisno (55) yang kini menjadi pedagang mi ayam di tepian jalan desanya.
Ia berhenti sebagai pengrajin kerupuk mi karena lelah. Menurutnya, menjadi juragan kerupuk mi itu hampir tidak ada waktu istirahat.
"Sejak proses pengolahan, mencetak, menjemur sampai kerupuk mi kering dari jemuran, malam hari harus membungkus dan mengikat. Aktivitas seperti ini melelahkan sekali. Akhirnya kurang lebih sepuluh tahun, saya memutuskan berhenti dan beralih menjadi penjual mi ayam," ceritanya.
ADVERTISEMENT
Menjawab pertanyaan, orang pertama yang memulai usaha sebagai pengrajin kerupuk mi di Desa Harjosari Lor, adalah Pak Wage.
"Beliau adalah juragan kerupuk mi yang kaya dan pelopor pengrajin kerupuk mi di desa kami."
Dari Pak Wage, warga Desa Harjosari Lor satu-satunya basis home industri kerupuk mi di Kabupaten Tegal sejak tahun 1950-an. (Lanang Setiawan)