Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Puluhan Wali Murid Datangi SDIT di Tegal, Protes Katering Basi
9 Agustus 2019 19:54 WIB
ADVERTISEMENT
TEGAL - Puluhan wali murid kelas 1 hingga kelas 6 menggeruduk Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Furqon, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Jumat pagi (9/8/19). Mereka memprotes pihak sekolah lantaran memberikan lauk hingga nasi basi untuk katering sekolah anak-anak mereka.
ADVERTISEMENT
Total, ada sekitar 30 wali murid yang membubuhkan tanda tangan mereka di atas spanduk petisi berisi protes terhadap pelayanan katering sekolah.
"Kita lakukan sebagai bentuk protes karena Kamis (8/8/19) anak-anak kami makan katering lauk lele yang basi," kata salah satu wali murid, Yani (35).
Yani menuturkan, alasan mereka menganggap makanan katering itu basi lantaran tercium bau tidak enak yang cukup menyengat ketika katering dibuka. Meski begitu, bentuk lauknya tidak terlihat berjamur atau rusak.
Ia juga memprotes kebijakan sekolah yang mewajibkan seluruh anak didik memakan katering saat di sekolah. Imbasnya, anak-anak dilarang membawa makanan dari rumah. Padahal, kualitas katering belum baik.
"Sekarang seluruh siswa diwajibkan memakan katering dari sekolah. Padahal kan kualitasnya belum baik. Sekolah seperti kaku," kata Yani.
ADVERTISEMENT
Diketahui, pengelolaan katering di SDIT Al Furqon dipisah menjadi dua, yakni kelas 1 hingga 3 dan kelas 4 hingga 6. Masing-masing dikirim oleh pembuat katering yang berbeda-beda. Namun, para wali murid menilai kualitasnya jauh berbeda.
Pada Kamis (8/8), hampir seluruh murid kelas 1 hingga 3 mendapatkan katering yang basi. Wali murid pun meminta kejelasan terkait persoalan katering basi kepada sekolah. Namun, kata Yani, justru jawaban sekolah seperti meremehkan.
"Kita sudah beberapa kali memberi masukan dan kritik. Mulai dari pelayanan dan lainnya. Namun mereka saklek (kaku). Seperti enggak mau dikritik," kata Iis (34), wali murid lainnya.
Iis mengungkapkan, sebenarnya persoalan katering merupakan puncaknya. Para wali murid, kata dia, sudah jengah dan emosi lantaran beberapa sarannya tidak ditanggapi.
ADVERTISEMENT
Apalagi SPP sebesar Rp 400 ribu termasuk katering, kurang transparan. Iis menilai katering sekolah yang diwajibkan seperti sebagai bisnis sekolah.
"Kualitas lauk kateringnya juga biasa. Tapi diwajibkan," ujar Iis.
Imbasnya sejak tahun ajaran yang sudah dimulai 2 minggu lalu, sudah ada 31 siswa yang pindah. Mereka memutuskan pindah lantaran ketidakpuasan dengan manajemen dari SDIT.
Dikonfirmasi setelah aksi, Kepala SDIT Al Furqon, Abu Hasan Sadili, mengaku meminta maaf atas kejadian tersebut. Kejadian tersebut, kata Abu, hanya kesalahpahaman saja.
"Kami terbuka dengan keinginan wali murid. Yang kemarin hanya miskomunikasi saja," kata Abu.
Abu mengklaim kualitas katering yang basi disebabkan karena persoalan resep makanan saja. "Kaya sop yang kecut, itu masalah resep saja yang tidak biasa kita kenal. Seperti resep tempe bacem. Jadi kecut itu bukan karena basi, tapi pada resepnya saja," katanya.
ADVERTISEMENT
Pihak sekolah pun siap untuk mengoreksi dalam pengelolaan dan penyajian kateringnya. Untuk itu ia bersedia mengeluarkan angket katering apakah wajib atau tidak bagi siswa. Sehingga sistem katering dihentikan sementara.
"Senin depan akan kita bagikan angketnya. Lebih banyak wali murid yang ikut, lebih cepat. Sehingga katering akan dihentikan sementara," ujar Hasan. (*)
Reporter: Reza Abineri
Editor: Muhammad Abduh