Saat Petani di Tegal Mulai Kesulitan Mencari Tukang Cangkul

Konten Media Partner
11 Desember 2021 18:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lahan pertanian di Tegal. (Foto: Bentar/PanturaPost)
zoom-in-whitePerbesar
Lahan pertanian di Tegal. (Foto: Bentar/PanturaPost)
ADVERTISEMENT
Para petani di Kabupaten Tegal mulai menanam padi secara serentak di lahan yang mereka miliki. Meski demikian, mereka kebingungan saat mencari tukang cangkul.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dialami Sahod (66), petani asal Desa Harjawinangun, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal. Dia mengaku sudah puluhan tahun menjadi petani.
Menurutnya, dulu saat mau mengelola sawah terbilang gampang. Pasalnya mencari jasa mencangkul sawah itu cukup mudah.
"Tapi beberapa tahun ini untuk mencari jasa mencangkul sawah sangat sulit. Pelaku jasa mencangkul yang dulu kini usianya sudah tua, untuk regenerasi jasa mencangkul sudah mulai langka, dampaknya petani kebingungan," tuturnya pada PanturaPost, Sabtu (11/12/2021).
Dengan mulai langkanya tukang cangkul membuat para petani harus kerja ekstra. Karena tidak hanya mengelola sawah saja, tapi harus mencangkul juga.
"Kalau ke depan regenerasi petani muda mulai langka bisa bahaya untuk sektor pertanian. Mungkin jasa mencangkul itu kelihatanya terbilang mudah. Akan tetapi, mencangkul di sawah itu harus mempunyai keahlian juga," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Saat mulai proses tanam susah cari jasa tukang cangkulnya, nanti kalau mau panen petani juga kebingungan cari orang buat panen," tambahnya.
Petani Tegal mencangkul di sawah. (Foto: Bentar/PanturaPost)
Sementara itu, salah satu tukang cangkul di Desa Harjawinangun Urip (45) mengaku sudah bertahun-tahun menjadi jasa mencangkul di sawah. Dia mengakui saat ini jarang ada yang mau menjadi tukang cangkul seperti dirinya.
Menurut dia, generasi penerus seperti anak muda lebih memilih kerja di luar kota atau pedagang. Maka dari itu sangat wajar para petani susah cari jasa mencangkul.
"Sebenarnya mencangkul sawah itu terbilang gampang-gampang susah. Kalau orang baru mencangkul sawah pasti hasil akan beda dan tidak maksimal," terangnya.
Karena kondisi itu, dia mengaku kerap kewalahan menerima permintaan untuk mencangkul. Kendati demikian, dia tetap bersyukur.
ADVERTISEMENT
"Kalau musim hujan kali ini saya setiap hari mencangkul hanya setiap Jumat libur. Untuk pembayarannya per setengah hari dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 hanya Rp 40.000, akan tetapi dapat makan dan rokok," katanya. (*)