Konten Media Partner

Sosok Seorang Porter Gunung Slamet, Irul: Utamakan Keselamatan Pendaki

10 Oktober 2021 14:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Airull Survival (33) asal wilayah Bumijawa Tegal menjadi porter Gunung Slamet. (foto istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Airull Survival (33) asal wilayah Bumijawa Tegal menjadi porter Gunung Slamet. (foto istimewa)
ADVERTISEMENT
SOSOK yang turut andil kesuksesan mendaki gunung adalah seorang porter. Para pendaki gunung sudah tidak asing dengannya. Porter ini biasanya merupakan penduduk sekitar kawasan pendakian. Mereka pun sudah mengenal kondisi jalur pendakian.
ADVERTISEMENT
Seorang porter punya keahlian dan pengalaman hingga bisa melayani tamu secara maksimal. Porter bertugas membawakan barang-barang para pendaki, seperti tenda, logistik, carrier dan peralatan lainnya. Selain membawakan peralatan para pendaki, porter juga bertugas sebagai 'koki' untuk menyiapkan makanan bagi pendaki.
Saat tim panturapost berkunjung di basecamp pendakian Gunung Slamet via Permadi Guci Kabupaten Tegal, salah satu porter berbagi cerita pengalamannya selama menjadi porter.
"Baru kemarin saya jadi porter pendaki dari Semarang. Tapi kali ini, pendakian tektok (pendakian naik turun tanpa nge-camp). Berangkat dari jam 01.00 malam turun 17.00 sore," tutur Airull Survival (33) asal wilayah Bumijawa pada panturapost, Minggu (10/10/2021)
Menurut Irul, sapaan akrabnya, porter itu memiliki tugas yang berbeda dengan guide. Kalau porter adalah orang-orang yang dibayar untuk membantu membawa barang-barang para pendaki pada saat melakukan aktivitas pendakian gunung. Seringkali porter juga bertugas untuk menyiapkan makanan pada saat pendakian.
ADVERTISEMENT
Sementara guide dalam pendakian biasanya bertugas mengarahkan, memberi informasi dan petunjuk selama perjalanan. "Tapi saat ini tugas porter dan guide disatukan agar para pendaki yang memboking jasanya bisa satu paket. Seperti saya ini, guide itu harus bisa menjadi porter," terangnya.
Menjadi porter itu, tambah Irul, menjaga dengan baik pendaki yang dibawanya. Mulai dari basecamp sampai puncak gunung dan sampai basecamp lagi. Tak hanya itu saja, porter juga harus mempunyai attitude baik, sabar, punya skill, bisa estimasi waktu, bisa masak, gerak cepat dan lainnya.
"Jadi porter di gunung itu tidak hanya kuat bawa barang-barang bawaan para pendaki saja. Menjaga pendaki dengan selamat dan baik sampai puncak dan turun lagi," tegasnya.
Irul mengaku sudah terbiasa dengan semua kondisi alam dan tuntutan dari pekerjaannya sebagai porter. Dia menceritakan susah dan duka saat bertugas menjaga para pendaki. Bahkan sampai naik turun jalur, demi keselamatan pendaki dan keyamanan.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah 15 tahun menjadi porter, susah duka banyak. Dari menuntun pendaki dari puncak sampai pos bawah, naik turun setiap pos untuk jemut pendaki dan banyak lainnya. Hal itu saya lakukan untuk keselamatan pendaki. Kebetulan juga, setiap tugas menjadi porter, perlengkapan P3K kami lengkapi dan saya juga bisa memijit bagi pendaki yang kakinya sakit dan lainnya. Yah satu paket atau porter plus," bebernya.
Duka jadi porter, kata dia, adalah ketika cuaca buruk hujan angin badai dan trek yang sulit menjadi tantangan tersendiri. Kondisi fisik kadang-kadang mendadak ngedrop. Sedangkan tugasnya masih belum selesai. Makanya kondisi fisik itu seorang guide atau porter harus benar-bener kuat dan terjaga dan juga harus punya skill yang lincah cepat dan tanggap ketika ada bahaya datang.
ADVERTISEMENT
“Sukanya jadi porter atau guide gunung itu ya seneng,” ujarnya.
Selain hoby tersalurkan, lanjut dia, juga dapat uang, dapat teman atau sahabat baru, keluarga baru, pengalaman baru yang selalu berbeda beda. Terkadang lucu, terkadang sedih, terkadang aneh.Macam-macam yang dihadapi ketika melayani tamu dari berbagai daerah baik lokal ataupun luar daerah.
"Keselamatan tamu dari berbagai ancaman alam atau mengutamakan keselamatan tamu adalah tugas besar dan utamaku. Dan kepuasan tamu adalah tujuanku. Kepuasan tamu adalah kebahagian sang porter," katanya.
“Soal tarif jasa porter, variatif. Dari 500 ribu-750 ribu, tergantung banyak barang yang dibawa,” imbuhnya.
Selama 15 tahun, Irul sudah menjadi porter di berbagai gunung. Di antaranya di Gunung Slamet, Gunung Semeru, Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Merbabu, Gunung Ceremai, Gunung Gede, Gunung Merapi dan berbagai jalur dan gunung Jawa Tengah lainnya.
ADVERTISEMENT
“Pekan depan akan menjadi porter ke Gunung Rinjani."
Bagi Irul, menjadi seorang porter adalah pekerjaan sampingan. Mata pencaharian sehari-hari adalah seorang petani. Di saat akhir pekan atau libur panjang, dirinya menyempatkan menjadi porter saat ada pendaki yang ingin memboking jasanya. (*)