Konten Media Partner

Ukuran Umbi Bawang Putih di Tuwel bisa Samai Bawang Putih Impor

1 Oktober 2019 21:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ukuran Umbi Bawang Putih di Tuwel bisa Samai Bawang Putih Impor
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
TEGAL - Dalam ujicoba tersebut, Balitsa Kementan RI memilih varietas lokal yakni bawang putih Tawangmangu dan Lumbu Hijau untuk ditanam di tanah dan lahan Desa Tuwel. Hasilnya, Balitsa dapat memproduksi bawang putih mencapai 35 ton per hektare untuk varietas Tawangmangu Baru dan 27 ton per hektar dari varietas Lumbu Hijau.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan panen bawang putih itu, Kepala Balitsa Kementan RI, Dr Ir Catur Hermanto mengungkapkan, untuk dataran tinggi seperti di Kabupaten Tegal itu memiliki potensi sangat bagus buat tanaman sayuran-sayuran. “Untuk dataran rendah itu bagus buat bawang putih, tapi buat sayuran juga bagus seperti cabe merah. Tapi untuk semua sayuran itu bagus di dataran tinggi,” ujar dia.
“Sebenarnya kita menguji perlakuan. Perlakukan itu adalah teknologi yang kita terapkan di sini. Kita coba dan bandingkan mana hasil yang bagus,” lanjut dia.
Upaya utamanya, kata dia, untuk meningkatkan produktivitas tapi kemungkinan bisa jadi bibit dengan pengelolaan yang ada. Karena targetnya meningkatkan dan produktipitas sampai di atas 20 toh perhektar.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya untuk bawang putih bukan di daerah Tuwel doang atau di Kabupaten Tegal. Produksi bawang putih di nasional sekarang kalau dijadikan untuk bibit/ benih semua itu belum cukup. Target kita atau program kita adalah menggunakan bawang putih lokal. Varietas lokal untuk produki nasional dan itu harus dimulai dari bibit/benih. Jadi target pemerintah sekarang itu seluruh hasil bawang putih nasional sedapat mungkin dijadikan benih/bibit untuk modal,” paparnya.
Untuk tingkat nasioal, menurut dia, membutuhkan benih/bibit bawang putih sebanyak 60 ribu ton, Asumsinya, setiap musim panen para petani bisa memanen 12-15 ton per hektarnya. “Tapi yang diutamakan itu adalah produktivitas dan kualitas. Kenapa kita pilih Tuwel. Daerah ini ekologinya bagus dan ini adalah penelitian untuk produktivitas dan kualitas. Bukan hanya Tuwel saja yang ekologinya bagus. Di daerah lain juga banyak kantong-kantong ekologi yang bagus. Hampir semua provinsi yang dataran tinggi mereka adalah hasil produksi kantong-kantong bawang putih,” ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Untuk produksi dan kualitas bawang putih di Tuwel ini bagus. Kualitasnya ada dua, yaitu ukuran umbi dan ukuran siungnya. “Kita sudah liat untuk ukuran umbinya bisa menyamai bawang putih impor. Untuk siungnya juga besar-besar. Kalau siungnya kecil kurang dinikmati oleh ibu-ibu. Bukanya ibu - ibu ngga suka yang kecil tapi kalau yang besar ngupasnya yang mudah," tutur dia.
Menurut Catur, hasil ujicoba ini diproyeksikan dapat melawan gempuran produk bawang putih impor, terutama dari China. Saat ini tidak dipungkiri bahwa Indonesia sedang diserbu bawang putih impor dari China.
Sementara itu salah satu petani bawang putih di Tuwel, Tasori (45) mengungkapkan perlakuan pada budidaya bawang putih ini. Tanah harus diberi delamit dan pupuk kadang serta harus dihancurkan dan dicampur selama 30 hari. Sesudah itu baru dibikin bedengan dan ditanami.
ADVERTISEMENT
“Untuk perawatan, tiap hari kita siramin. Untuk kendala cuma ulat. Jadi kita harus mengontrol terus perkembangnya. Kadang saya dan keluarga mengecek ulat malam-malam. Yah perawan dari awal bagus pasti hasilnya bagus," jelas dia.
Sementara itu Peneliti Utama Balitsa Kementan RI, Rofik Sinung Basuki mengatakan, hasil ujicoba dua varietas lokal di demplot Tegal, bawang putih yang dihasilkan umbi dan siungnya lebih besar. Sehingga hasilnya melebihi hasil panen dari Karanganyar dan Temanggung.
Rofik mencatat bahwa masa tanam bawang putih varietas Lumbu Hijau berkisar dari 115 - 120 hari. Sedangkan untuk masa tanam bawang putih varietas Tawangmangu Baru berkisar dari 120 - 140 hari.
"Lumbu Hijau memang lebih cepat. Sedangkan varietas Tawangmangu Baru lama, namun produktivitasnya lebih tinggi. Jika dua varietas ini dipadukan, tentu akan memberi titik terang bagi target Swasembada Bawang Putih tahun 2021 mendatang,” terang dia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil demplot pada kedua lokasi tersebut, Balitsa yakin untuk merekomendasikan Teknologi Budidaya Bawang Putih yang dihasilkannya kepada petani bawang putih di Indonesia - terutama di dataran tinggi >1050 m dpal dalam rangka mendukung program Kementan yaitu swasembada bawang putih.
Perlu diketahui, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) pada bulan Mei - Oktober 2019 membuat demplot teknologi budidaya bawang putih di desa Rembul kecamatan Bojong Kabupaten Tegal. Pada tgl 18 September telah dilakukan panenan pertama untuk varietas Lumbu Hijau didapatkan hasil produktivitas 27 ton/ha dalam bentuk brangkasan (basah dengan daun). Pada tanggal 1 oktober dilakukan panen kedua untuk varietas Tawangmangu Baru. (*)
Reporter : Bentar
Editor : Muhammad Abduh
ADVERTISEMENT