Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Coronavirus The Movie: Kehidupan Nyata (2020)
17 November 2020 19:45 WIB
Tulisan dari Parameshadila Zafirah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
New Normal bukan lagi Normal
ADVERTISEMENT
Sebuah kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dari kebiasaan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Kita hidup dalam kebiasaan new normal yang tidak lagi normal.
Kita tahu film seperti "Vamps" atau "The Flu" yang menceritakan tentang virus baru menyebar dengan cepat, karantina, dan orang-orang bekerja keras untuk menemukan vaksin. Kisah ini serupa bukan dengan apa yang kita alami sekarang? COVID-19 membawa kita ke dunia baru yang mungkin tidak pernah terlintas dipikiran kita bahwa kita akan hidup seperti di adegan film. Muncul beberapa pertanyaan dari hal tersebut, "Apa yang kita lakukan disini?" dan "Kapan ini akan berakhir?"
Banyak berita yang tersebar mengenai virus ini. Tetapi, pertanyaannya adalah, apakah berita yang disebar dapat dipercaya keasliannya? Dari TV sampai Media Sosial, ada saja berita COVID-19 yang keluar. Terkadang, kita merasa terlalu banyak terpapar dengan informasi COVID-19 yang masih tidak bisa dipastikan kebenarannya. Dikarenakan orang-orang tidak bertanggung yang mengambil kesempatan dalam kondisi ini dengan menyebarkan berita-berita palsu.
ADVERTISEMENT
Adakah yang bisa kita lakukan untuk menghentikan ini?
Kami melakukan penelitian untuk mengetahui kesadaran remaja Indonesia tentang berita terkait COVID-19 dan COVID-19 itu sendiri. Jawabannya mengejutkan dan membawa kami ke jawaban yang kami cari.
Banyak remaja menjadi tidak tertarik lagi mengikuti berita COVID-19, karena banyaknya informasi palsu yang tersebar luas dan beberapa banyak yang mempercayainya. Tetapi beberapa dari merekapun cenderung memeriksa kembali kebenaran berita tersebut, apakah itu palsu atau tidak, dan berusaha untuk tidak panik.
"Panik" adalah yang mereka katakan. Apakah "panik" adalah sesuatu yang media ingin sampaikan kepada kita? Apakah mereka ingin kita panik? Apakah mereka mencoba membuat kita waspada terhadap COVID-19 tetapi menyampaikannya dengan membuat kita panik?
ADVERTISEMENT
Jawaban lain yang paling mengejutkan kami adalah berdasarkan penelitian kami, 98,5% responden mengatakan bahwa mereka mengikuti protokol kesehatan selama pandemi ini. Tetapi, kenyataannya? Setelah new normal tidak semuanya mengikuti protokol kesehatan, termasuk di Jakarta sendiri. Masih banyak yang pergi ke tempat umum dan makan di luar tanpa melakukan Physical Distancing. Menempatkan diri dalam risiko saat pergi keluar juga membahayakan nyawa orang lain.
Bisa dibayangkan beberapa remaja di Indonesia jika tidak mengikuti protokol kesehatan? Apakah mereka tahu berapa banyak orang yang berisiko setiap harinya? Apakah mereka tahu peran apa yang mereka mainkan di dunia?
Kita tidak bisa terus-menerus mengingatkan orang lain untuk memakai masker. Karena seharusnya hal tersebut sudah menjadi kesadaran mereka.
ADVERTISEMENT
Kita semua pasti memiliki harapan yang sama, yaitu menyembuhkan dunia. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk merealisasikannya adalah dengan mengedukasi diri sendiri tentang COVID-19. Selain itu, ada cara yang mungkin bisa dilakukan, yaitu dengan mengubah kurikulum yang ada untuk menambahkan kelas diskusi yang membahas tentang COVID-19. Kelas diskusi ini dapat membawa perubahan positif bagi generasi baru. Di sinilah siswa dapat memahami COVID-19 tentang bagaimana penyebaran, pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan selama pandemi, dan menyebarkan informasi ke keluarga ataupun teman berdasarkan fakta. Pendidikan seperti ini juga berpotensi membawa dampak baik terhadap kasus COVID-19 di Indonesia.
Kita mungkin tidak menyadari pentingnya mengikuti protokol kesehatan untuk hidup kita dan konsekuensi jika tidak mengikutinya. Ayo, sebelum terlambat, mari ikuti dan terapkan protokol kesehatan agar kita dapat beraktivitas seperti dahulu kembali.
ADVERTISEMENT