Konten dari Pengguna

Pacaran: Antara Kekurangan Kasih Sayang dan Prioritas yang Salah

Ilma Parma Sakia Daulay
Mahasiswa Universitas Pamulang
26 Januari 2025 17:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilma Parma Sakia Daulay tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pacaran bagi anak muda sudah menjadi hal yang lumrah di zaman sekarang. Dalam lingkungan sosial maupun di media, hubungan ini sering kali dianggap sebagai simbol kedewasaan, cinta, atau bahkan kebahagiaan. Sayangnya, fenomena ini juga membawa banyak dilema, terutama ketika anak muda lebih mementingkan pasangan mereka daripada keluarga. Bahkan, muncul tren di mana anak perempuan lebih memilih menjalin hubungan dengan pria yang jauh lebih tua, atau biasa disebut "om-om."
ADVERTISEMENT
Fenomena ini bukan tanpa alasan. Ada kebutuhan mendalam yang belum terpenuhi dalam hidup anak-anak muda, terutama dalam hal kasih sayang dan perhatian. Banyak dari mereka yang merasa tidak cukup didengar atau diperhatikan di rumah, sehingga memilih untuk mencari sosok pengganti di luar keluarga. Pertanyaannya, mengapa fenomena ini terjadi, dan apa dampaknya bagi kehidupan mereka?
foto diambil dari unsplash.com
Latar Belakang
Keluarga adalah tempat pertama anak mendapatkan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman. Namun, dalam banyak kasus, peran keluarga tidak berjalan dengan baik. Ayah yang terlalu sibuk, ibu yang kurang peka, atau bahkan konflik internal dalam keluarga membuat anak merasa jauh dari orang tua. Akibatnya, mereka merasa kesepian dan tidak diprioritaskan.
Di sisi lain, pengaruh media sosial juga semakin memperburuk situasi. Media mempromosikan gaya hidup glamor dan hubungan asmara sebagai simbol kebahagiaan. Anak muda sering kali membandingkan kehidupan mereka dengan yang ditampilkan di media, hingga merasa bahwa memiliki pasangan adalah solusi untuk kekosongan mereka.
ADVERTISEMENT
Yang lebih mengkhawatirkan adalah fenomena anak perempuan yang menjalin hubungan dengan pria yang jauh lebih tua. Mereka melihat sosok "om-om" sebagai figur ayah pengganti, karena pria dewasa ini biasanya menawarkan perhatian, perlindungan, atau bahkan kemewahan. Padahal, hubungan semacam ini sering kali didasari ketimpangan kekuasaan yang dapat merugikan pihak yang lebih muda.
1. Anak Muda yang Lebih Mementingkan Pacar daripada Keluarga
Banyak anak muda yang beranggapan bahwa pacar adalah segalanya. Mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam bersama pasangan, sementara keluarga hanya mereka lihat saat makan malam, atau bahkan tidak sama sekali. Ketika ada konflik dengan pacar, mereka juga lebih memilih curhat ke teman atau media sosial ketimbang berbicara dengan keluarga.
ADVERTISEMENT
foto diambil dari unsplash.com
Fenomena ini biasanya berawal dari kurangnya komunikasi yang baik di dalam rumah. Anak merasa bahwa keluarganya tidak mendukung atau memahami mereka, sehingga mereka mencari pelarian. Ironisnya, mereka tidak sadar bahwa hubungan keluarga jauh lebih penting dan bersifat permanen dibandingkan hubungan asmara yang sering kali sementara.
2. Fenomena Anak Perempuan Memilih "Om-Om"
Fenomena ini tidak muncul begitu saja. Anak perempuan yang memilih pasangan lebih tua biasanya memiliki latar belakang keluarga yang kurang harmonis. Ketidakhadiran figur ayah, baik secara fisik maupun emosional, membuat mereka merasa kehilangan rasa aman. Pria dewasa yang menunjukkan perhatian, memberikan hadiah, atau mendengarkan mereka menjadi sosok yang sulit ditolak.
Namun, hubungan ini tidak selalu membawa kebaikan. Ketimpangan usia sering kali disertai ketimpangan dalam kekuasaan dan kontrol. Anak perempuan yang masih mencari jati diri rentan dimanipulasi, baik secara emosional maupun material.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini memiliki dampak yang luas, tidak hanya pada individu, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat. Anak muda yang terlalu fokus pada hubungan asmara cenderung mengabaikan pendidikan dan masa depan mereka. Selain itu, hubungan yang tidak sehat dapat menyebabkan stres, depresi, atau bahkan trauma emosional. Ketika anak lebih mementingkan pacar daripada keluarga, hubungan keluarga menjadi renggang. Orang tua sering kali merasa gagal dan kehilangan kepercayaan pada anak mereka. Ketika anak lebih mementingkan pacar daripada keluarga, hubungan keluarga menjadi renggang. Orang tua sering kali merasa gagal dan kehilangan kepercayaan pada anak mereka.
Orang tua harus lebih banyak meluangkan waktu bersama anak dan mendengarkan cerita mereka tanpa menghakimi. Ciptakan suasana keluarga yang nyaman, sehingga anak merasa aman dan dihargai di rumah.
ADVERTISEMENT
Jangan menjadikan pasangan sebagai pelarian dari masalah, tetapi fokuslah pada pengembangan diri.
Sekolah dan masyarakat perlu mengedukasi anak muda tentang pentingnya hubungan yang sehat dan batasan dalam berhubungan.
Media juga harus lebih bijak dalam menampilkan konten yang berhubungan dengan asmara, terutama bagi penonton muda.
Untuk mengatasi fenomena ini, peran semua pihak sangat dibutuhkan. Orang tua harus lebih terlibat dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun emosional. Pendidikan karakter di sekolah juga harus diperkuat, sehingga anak memiliki pemahaman yang baik tentang hubungan yang sehat.
Selain itu, anak muda perlu diberikan akses ke bimbingan konseling untuk membantu mereka mengatasi masalah pribadi dan belajar mencintai diri sendiri. Dengan begitu, mereka dapat membuat keputusan yang lebih bijak dalam hubungan.
ADVERTISEMENT
Fenomena pacaran anak muda zaman sekarang menunjukkan adanya kebutuhan mendalam akan perhatian dan kasih sayang. Sayangnya, kebutuhan ini sering kali tidak dipenuhi oleh keluarga, sehingga anak mencari pelarian di luar rumah. Untuk mengatasi masalah ini, keluarga harus menjadi tempat yang penuh cinta dan pengertian. Anak muda juga perlu belajar untuk lebih mencintai diri sendiri dan tidak menggantungkan kebahagiaan pada orang lain. Hanya dengan kerja sama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat, fenomena ini dapat diminimalisir.