Cerita Singkong dan Kambing

Parminto
Pensiunan karyawan PT. TELKOM. Pemerhati Sosial dan Keagamaan (Islam), tinggal di Bandung.
Konten dari Pengguna
3 Oktober 2023 7:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Parminto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi singkong Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi singkong Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan pasir. Memberatkan tetapi tidak bermanfaat.” —Ibnul Qoyyim.
ADVERTISEMENT
Demikianlah berbicara tentang ikhlas hampir selalu dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat spiritual, keagamaan atau ketuhanan. Sebab, orang yang ikhlas itu tidak menuntut balasan apa pun dari siapa pun atas perbuatan yang dia lakukan. Kalau toh ia berharap hanyalah balasan, pahala, ganjaran atau yang semacam itu dari Tuhan.
Ikhlas berarti bersih dan tulus hati. Oleh karenanya kepribadian ikhlas berdampak positif bagi yang mengawali maupun bagi orang lain dan lingkungannya. Bagi yang bersangkutan, dengan perasaan ikhlas bisa menjalani hidup dengan nyaman karena segala sesuatu tidak harus menjadi beban.
Kehadirannya di tengah masyarakat mudah diterima dan disambut baik. Semua orang welcome, tidak menaruh rasa curiga, ragu, khawatir apalagi takut. Justru masyarakat bisa memetik manfaat atas keberadaannya-- potensi dan kelebihan dari yang bersangkutan. Yang tentu saja akan diberikan dengan ikhlas.
ADVERTISEMENT
Kebersihan dan ketulusan hati orang yang ikhlas memancar dari penampilan, tutur kata dan tentu saja dari tindakannya. Sebagai contoh, masih ingat bukan cerita Si Rudi dengan sikat gigi, yang diceritakan di tulisan yang lain? Di samping peduli ada sifat ikhlas pada diri Rudi sehingga mengantar ia diterima menjadi karyawan di suatu perusahaan.
Ilustrasi karyawan bahagia. Foto: NDAB Creativity/Shutterstock.
Sebuah Perusahaan yang menempatkan attitude atau kepribadian pada posisi yang sangat penting dalam rekrutmen karyawan.
Akan tetapi disayangkan sebagian kalangan masih mengecilkan arti kepribadian atau budi pekerti ini. Tidak sedikit yang mati-matian mengejar prestasi akademik dan menomorsekiankan masalah pembinaan mental.
Ya, memang skill dan knowledge penting, tetapi attitude atau kepribadian tidak kurang pentingnya atau justru malah jauh lebih penting. Dan ikhlas adalah salah satu dari beberapa sifat kepribadian yang baik.
ADVERTISEMENT
Cerita yang hendak dituturkan berikut ini, semoga saja bisa membantu memahami arti ikhlas. Sekaligus juga bisa memotivasi kita untuk menumbuhkan dan memupuk sifat ikhlas pada diri masing-masing.
Kisah lama yang barangkali sudah pernah kita dapatkan. Cerita tentang singkong dan kambing saduran dari berbagai sumber.
Dahulu, di sebuah desa yang jauh dari suasana hiruk-pikuk kota, tinggal di sebuah pondok sederhana seorang guru yang sudah tua bersama istrinya. Sudah puluhan tahun Pak Guru mengajar di desa itu. Mereka bukan orang berada, untuk tidak mengatakan hidup dalam kekurangan atau miskin. Kekayaannya hanyalah pondok mungil itu, perabot sederhana plus seekor kambing yang dipeliharanya.
Tetapi, Pak Guru itu sangat baik hati, sehingga ia dihormati oleh para muridnya dan mereka yang dulu pernah menjadi muridnya. Juga oleh kebanyakan penduduk di desa itu.
Ilustrasi dosen Pria. Foto: Shutter Stock
Pada suatu kesempatan, datang seseorang yang dulu pernah menjadi muridnya. Ia hendak memberi hadiah amanat ayahnya, sebagai wujud penghormatan dan balas jasa kepada Sang Pendidik.
ADVERTISEMENT
Karena kondisi ekonomi keluarga tersebut tidak jauh beda dengan keadaan pak Guru, hadiah yang dibawa pun tidak bernilai mahal. Hanyalah tiga ikat singkong.
"Pak Guru, ini amanat dari ayah saya. Sebenarnya kami ingin memberikan yang lebih baik. Tetapi, apa daya, hanya inilah mampu kami. Semoga Pa Guru suka menerimanya."
Pria sederhana itu merasakan ketulusan hati sang murid. "Kok repot-repot Nak. Silakan duduk, sebentar saya ke belakang dulu ya," katanya.
Setelah menyuruh istrinya membuatkan minuman untuk tamunya dan berunding membicarakan tentang hadiah apa yang akan diberikan sebagai balasan untuk muridnya itu, ia kembali ke depan menemui tamunya.
Selang beberapa waktu, ketika tamunya hendak mohon diri, dimintanya untuk menunggu sebentar, kemudian ia ke belakang lagi. Sejenak di dalam, ia keluar sambil menuntun kambing kemudian menyerahkan tali ikatannya kepada muridnya, sambil berkata: "Sampaikan terima kasih saya kepada ayahmu. Dan ini, terima lah hadiah dari kami."
Ilustrasi berkumpul bersama teman-teman. Foto: Shutterstock
Tentu saja tamunya sangat kaget mendapat hadiah yang tidak disangka-sangka dari gurunya yang memang baik hati itu. Setelah mengucapkan terima kasih, kemudian ia pamit untuk pulang.
ADVERTISEMENT
Di perjalanan pulang ia bertemu temannya. Demi memenuhi keingintahuan temannya itu, kemudian diceritakan bagaimana ia berangkat membawa hadiah tiga ikat singkong, pulang menuntun seekor kambing.
Mendengar penuturan temannya, teman yang satu ini tergiur. Kemudian ia ceritakan hal itu kepada ayahnya. "Kalau kamu ke sana membawa kambing tentu akan dikasih sapi," begitu kata ayahnya, yang rupanya tergiur juga. Akhirnya, murid yang satu ini, mengikuti jejak temanya tadi, bergegas ke rumah pak Guru yang baik itu, sambil menuntun seekor kambing.
Betapa kagetnya Sang Guru, baru saja ia memberikan kambingnya untuk salah satu muridnya, kini muridnya yang lain memberinya hadiah seekor kambing. Ditemuinya istrinya di belakang, katanya: "Istriku, ini kita dapat kambing lagi dari muridku yang lain. Kita hanya punya tiga ikat singkong. Ya sudah, itu saja kita berikan sebagai hadiah."
ADVERTISEMENT
Lantas, ia keluar sambil membawa tiga ikat singkong. Sang murid menerima pemberian gurunya--yang hanya singkong, bukan sapi seperti yang dibayangkan--kaget dan kecewa. Tetapi, bagaimanapun dengan agak dipaksakan ia tetap tersenyum, kemudian mohon diri.
Pelajaran apa yang bisa dipetik dari kisah ini? Murid yang pertama berbuat dengan hati yang bersih dan tulus. Memberi hadiah kepada gurunya dilakukan hanya demi penghormatan dan balas jasa. Kalau toh ia berharap barangkali hanya pahala dari Tuhan. Dan, betul keikhlasannya telah dibalas segera dan berlipat.
Sedangkan murid yang kedua melakukan sesuatu sebab ada tendensinya, ada pamrihnya, ada udang di balik batu. Ia memberi hadiah kepada gurunya demi mendapat balasan yang lebih besar. Tetapi, akhirnya malah kecewa yang didapat.
ADVERTISEMENT
Akhir kata, guna bisa lebih menghayati kemudian mengamalkan nilai ikhlas dalam kehidupan sehari-hari, supaya bisa menjadi pribadi yang ikhlas, berikut ini dua kutipan nasihat bijak.
“Orang yang ikhlas tidak pernah kecewa dengan amal baik yang telah dia lakukan, karena yakin Allah Maha melihat dan akan membalasnya dengan adil.” – Abdullah Gymnastiar
“Berlaku baik kepada orang yang membencimu, bukanlah perilaku palsu, jika hatimu ikhlas menerima bahwa pembencimu adalah sahabatmu yang belum jadi.” – Mario Teguh