Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Sapa Pagi Bapak Presiden sebuah Gagasan
10 Desember 2024 17:00 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Parminto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Yang mendesak dilakukan kolektif oleh bangsa Indonesia antara lain adalah penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila.”
ADVERTISEMENT
Di masa lalu usaha ke arah ini sudah pernah dicoba. Di era Orde Baru (Orba), dengan apa yang dinamakan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Pedoman itu —berisi butir-butir nilai penjabaran dari kelima sila Pancasila— disosialisasikan kepada masyarakat melalui penataran-penataran.
Tetapi, hingga berakhir masa pemerintahan Orba—yang lebih dari tiga dasawarsa itu—-usaha tersebut belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Alih-alih sebagai media internalisasi nilai-nilai Pancasila, forum penataran itu menjadi sarana indoktrinasi politik Orba. Demikian setidaknya tuduhan para lawan politik, atau orang-orang yang tidak suka dengan pemerintahan Presiden Soeharto.
Jaman Orba berakhir digantikan oleh Era Reformasi. Di era ini segala sesuatu yang berbau Orba seperti “diharamkan”. Dianggap sebagai sesuatu yang menjijikkan dan harus dijauhi. Tidak terkecuali P4 seperti dicampakkan ke tong sampah begitu saja.
ADVERTISEMENT
Tetapi, apa yang kita saksikan dan rasakan setelah reformasi berjalan seperempat abad lebih, pengamalan nilai-nilai Pancasila tidak lebih baik dari era Orba—ini untuk tidak mengatakan lebih buruk. Kalau dahulu dampaknya terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat tidak seberapa. Sekarang, absennya pengamalan nilai-nilai luhur itu, utamanya oleh para elit, rakyat dibuat menderita karenanya. Pantaslah, meme sindiran berupa gambar Presiden Soeharto dengan senyum khasnya bersanding dengan narasi “Masih Enak Jamanku to?” sering kita jumpai di medsos.
Lantas sekarang apa yang bisa kita lakukan? Akan hal ini saya punya tip jitu bagaimana menyemai kembali nilai-nilai luhur itu sehingga tumbuh subur di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah yang saya bocorkan melalui tulisan ini.
Dimulai dari Bapak Presiden Prabowo. Seperti dikatakan oleh orang dekat beliau, Prof. Sufmi Dasco Ahmad, Pak Prabowo Subianto sudah selesai dengan dirinya sendiri sehingga siap untuk membaktikan diri bagi pembangunan dan masa depan bangsa Indonesia. Demikian dikutip dari laman rejabar.republika.co.id .
ADVERTISEMENT
Diantara buktinya adalah komitmen Pak Prabowo untuk memberantas korupsi, narkoba, judi online dan kejahatan yang lainnya. Beliau menyebutnya itu sebagai kejahatan berat yang mengancam masa depan bangsa. Silahkan tonton video ini yang menampilkan salah satu pernyataan beliau.
Sesuai pokok bahasan tulisan ini, tidak kalah bahayanya dengan kejahatan berat —yang mengancam masa depan bangsa Indonesia— adalah kemerosotan moral berat yang disebabkan oleh tergerusnya nilai-nilai moral Pancasila dalam kehidupan masyarakat. Masalah ini juga mendesak untuk dicarikan solusinya.
Jadi, kalau diibaratkan kehidupan bangsa Indonesia saat ini laksana ladang yang tertutup rumput liar dan membelukar. Biji-bijian tidak mau berkecambah kemudian tumbuh, yang sudah tumbuh pun tidak kunjung membesar karena adanya penghalang —rumput liar dan belukar.
ADVERTISEMENT
Solusinya adalah babat penghalangnya dan semai kembali serta rawat tanamannya. Seperti inilah yang harus dilakukan oleh pemimpin negeri ini, Bapak Presiden. Babat habis kejahatan dan semai kembali dan rawat nilai-nilai luhur bangsa.
Bahasa agamanya disebut nahi munkar dan amar ma'ruf. Mencegah atau memerangi kejahatan dan menyuruh atau mengajak kepada kebaikan. Harapan rakyat Indonesia Bapak Presiden yang menjadi panglima dalam menyelesaikan kedua masalah tersebut.
Rakyat pasti akan mendukung sepenuhnya. Dan agenda ini harus sukses. Karena kalau tidak, dua puluh tahun yang akan datang bukan Indonesia Emas yang dicapai melainkan Indonesia Cemas. Tentu saja kita tidak menghendaki yang terakhir ini. Ini hanya sekedar joke, penggugah semangat.
Mengenai menyemai kembali dan merawat nilai-nilai luhur bangsa, seperti tersebut di paragraf sebelumnya, dimulai dari Presiden. Dalam hal ini Bapak Prabowo mengajak dan memberi contoh —-beruntung masyarakat Indonesia cenderung bersifat paternalistik.
ADVERTISEMENT
Ajakan Bapak Presiden ini harus terus-menerus digelorakan. Disampaikan dalam setiap kesempatan. Dan dijadwalkan secara rutin, misalnya sepekan sekali atau sebulan sekali. Tetapi tidak kurang dari itu. Dibuat pidato dalam bentuk video maupun tayangan langsung.
Dengan kepiawaian komunikasi dan karakter beliau yang terus terang, dan apa adanya, jauh dari pura-pura, saya percaya rakyat akan menyambutnya dengan gembira. Tidak akan kalah dengan pidato Bung Karno di masa lalu yang disiarkan ke seluruh pelosok Tanah Air melalui siaran RRI. Selalu saja rakyat dengan antusias ingin mendengarkannya.
Sesuai dengan kebutuhan pada zamannya, pada saat itu Bung Karno menggelorakan semangat revolusi. Sedang saat ini yang diperlukan bangsa Indonesia adalah semangat kembali ke penghayatan dan pengamalan nilai-nilai moral Pancasila.
ADVERTISEMENT
Saya percaya Pak Prabowo tidak sulit untuk mengkomunikasikan hal ini kepada rakyatnya. Bahkan boleh jadi rakyat akan “terhipnotis” karenanya sehingga dengan sukarela akan menyambut baik ajakan beliau. Ajakan untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai moral Pancasila dalam semua aspek kehidupan masyarakat. Tidak ada kecuali.
Apabila ini dijadwalkan setiap Senin pagi maka rakyat yang antusias menunggu Sapa Pagi Bapak Presiden akan menyambutnya dengan mengucap: “Great! I Love Monday.”
Antapani, Desember 2024