Konten dari Pengguna

Pengendalian Penyakit Jamur Upas pada Tanaman Kopi di Desa Garahan, Jember

Laboratorium Patologi Hutan
Laboratorium Patologi Hutan merupakan salah satu laboratorium di Divisi Perlindungan Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University
27 November 2022 10:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Laboratorium Patologi Hutan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tim Pengabdian Dosen Pulang Kampung IPB University 2022 melakukan pengamatan dan evaluasi penyakit jamur upas di perkebunan kopi rakyat di desa Garahan, kecamatan Silo, kabupaten Jember, Jawa Timur. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat yang mengusung tema “Potensi Agroforestri dan Agensia Hayati untuk Meningkatkan Produktivitas Kopi Rakyat di desa Garahan Jember”.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini dihadiri oleh kelompok Tani Sangkuriang, yang diketuai oleh Hartono. Tim dosen pulang kampung melakukan evaluasi dan perhitungan intensitas serangan jamur upas pada tanaman kopi dengan didampingi ketua dan anggota kelompok tani.
Gejala jamur upas pada batang, cabang, ranting dan buah kopi. Foto: Dok. Pribadi/LR
Hasil pengamatan memperlihatkan adanya gejala penyakit jamur upas terlihat pada batang bagian atas yang terserang. Pada permukaan kulit batang yang terserang terdapat kerak berwarna merah jambu. Menurut Ketua Tim Dosen Pulang Kampung, Dr. Yunik Istikorini, SP, MP. hasil pengamatan tingkat serangan penyakit jamur upas pada tanaman kopi di desa Garahan tergolong ringan (kurang dari 25 %). Namun kewaspadaan terhadap hama dan penyakit ini sangat penting, sehingga tidak semakin parah dan terlambat untuk dikendalikan. Penyakit jamur upas (pink disease) disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor.
ADVERTISEMENT
Jamur ini termasuk jamur polifag, artinya mampu menyerang banyak tanaman. Tanaman inang dari jamur upas sangat banyak, yaitu lebih dari 140 tanaman inang, di antaranya adalah jati (Tectona grandis), karet (Hevea brasiliensis), nangka (Arthocarpus heterophyllus), jambu (Syzygium guajava), damar (Agathis loranthifolia), akasia (Acacia mangium), kopi (Coffea sp), kemiri sunan (Aleurites trisperma), teh dan kakao.
Penyebaran jamur upas pada tanaman kopi dapat melalui serangga, tiupan angin atau percikan air. Keadaan lembab dan kurang sinar matahari sangat membantu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemangkasan pohon pelindung untuk mengurangi kelembaban udara sehingga sinar matahari dapat masuk ke areal pertanaman kopi. Buah kopi yang menunjukkan gejala penyakit dapat dikumpulkan dan dibakar atau ditimbun di dalam tanah.
ADVERTISEMENT
Pengendalian lain yang direkomendasikan oleh Tim Dosen Pulang Kampung adalah pengendalian secara hayati. Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme antagonis (misalnya Trichoderma spp.) yang telah terbukti efektif mengendalikan jamur upas.
Pada kesempatan yang sama Tim Dosen Pulang Kampung IPB mengadakan pelatihan pembuatan pupuk hayati Trichoderma bersama kelompok tani di desa Garahan. Hartono menyambut baik pelatihan tentang pembuatan pupuk hayati ini, selain dapat meningkatkan ketahanan tanaman kopi terhadap hama dan penyakit, juga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kopi di kebun kopi rakyat. Selain itu, Hartono mengharapkan agar Tim Dosen Pulang Kampung IPB dapat terus melakukan pendampingan, sehingga petani dapat memproduksi pupuk hayati Trichoderma secara mandiri agar produktivitas kopi di desa Garahan meningkat kembali.
ADVERTISEMENT