Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Penyuluhan Agroforestri dan Agens Hayati Guna Tingkatkan Produktivitas Kopi
26 Juni 2022 14:28 WIB
Tulisan dari Laboratorium Patologi Hutan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Produktivitas tanaman kopi pada sebagian besar lahan budidaya di Desa Garahan menurun. Penurunan ini disebabkan antara lain karena degradasi lahan dan adanya hama penyakit tanaman kopi. Hal ini menjadi alasan utama Dosen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University memberikan penyuluhan tentang Potensi Agroforestri dan Agens Hayati untuk Meningkatkan Produktivitas Kopi Rakyat di Desa Garahan Kecamatan Silo Kabupaten Jember, 21/6. Penyuluhan ini dilakukan dalam rangka “Program Dosen Pulang Kampung LPPM IPB University Tahun 2022”. Tim dosen Pulang Kampung terdiri dari Dr. Yunik Istikorini, SP. MP., Dr. Muhammad Alam Firmansyah, S.Hut. M.Si, Lufthi Rusniarsyah, SP. M.Si, Ikhwan Shodiq Syifaudin, S.Hut, Idelia Latifah, S.Hut dan Tiska Aulia Azzahra. Penyuluhan ini diikuti oleh anggota Kelompok Tani Sangkuriang Garahan.
ADVERTISEMENT
Ketua Tim Dosen Pulang Kampung IPB, Dr. Yunik Istikorini menyampaikan tujuan penyuluhan ini adalah memberikan pengetahuan dan wawasan mitra mengenai hama dan penyakit utama tanaman kopi beserta cara pengendaliannya. Petani juga diarahkan untuk memahami tentang penerapan teknologi konservasi tanah dengan agroforestri.
Hasil monitoring yang dilakukan sebelum kegiatan berlangsung (14/5), ditemukan tanaman kopi yang terserang penyakit jamur upas (pink disease), penyakit akar dan hama penggerek buah di perkebunan kopi dengan tingkat serangan yang ringan. Namun demikian kewaspadaan terhadap hama dan penyakit ini sangat penting, sehingga tidak semakin parah dan terlambat untuk dikendalikan.
Bagian batang tanaman kopi yang terserang jamur upas berwarna pink. Serangan jamur upas tingkat lanjut menyebabkan buah kopi berwarna hitam dan tidak berbiji (kopong). Hal ini menyebabkan menurunnya produksi buah kopi. Serangan penyakit akar menyebabkan beberapa pohon kopi mati dan menyerang pohon sekitarnya. Ketua kelompok tani, Hartono juga menyampaikan dampak perubahan iklim yang terjadi pada tahun ini, menyebabkan kegagalan proses pembungaan pada tanaman kopi yang berakibat terjadinya penurunan produksi buah.
ADVERTISEMENT
“Penggerek buah kopi disebabkan oleh Hypothenemus hampei yang merupakan hama utama pada tanaman kopi dan dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup besar,” kata Lufthi Rusniarsyah, SP. M.Si. Serangan H. hampei pada buah muda menyebabkan gugur buah sementara itu serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah.
Dr. Yunik Istikorini, memberikan arahan mengenai upaya untuk menekan serangan hama dan penyakit tanaman kopi dengan memanfaatkan pengendali hayati lokal. Dengan demikian dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pestisida sintetik. Pengendalian yang bertumpu pada pestisida kimia sintetik secara berlebihan akan berdampak terhadap penurunan kualitas lahan.
Penerapan agroforestri bermanfaat dalam memperbaiki lahan yang terdegradasi dan peningkatan kualitas tanah. “Agroforestri pada tanaman kopi yang kompleks mampu menghasilkan kualitas lingkungan yang lebih baik, mendekati ekosistem hutan alam. Dengan demikian tanaman menjadi lebih sehat. Oleh karena itu perlu pengayaan tanaman kehutanan di area pertanaman kopi”, kata Dr. Muhammad Alam Firmansyah.
ADVERTISEMENT
Peserta penyuluhan sangat antusias dengan materi yang diberikan, karena dapat memperoleh arahan tentang cara meningkatkan produktivitas kopi melalui pemanfaatan pengendali hayati lokal dan pengayaan tanaman kehutanan pada sistem agroforestri kopi.