Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Awas Gerontokrasi di Pilpres 2024
27 Januari 2021 21:24 WIB
Tulisan dari Patricia Robin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Old Soldier never dies, but it is hard for old soldier to survive.
ADVERTISEMENT
Kalimat di atas mengingatkan bahwa kita tak layak menganut gerontokrasi, sebuah paham dimana pemimpin yang layak hanya diharapkan dari generasi tua. Regenerasi politik di Indonesia sudah harus terjadi pada Pemilu 2024. Sebab, tanpa adanya regenerasi maka bangsa ini akan kehilangan sosok pengganti.
Maka dari itu, para politisi senior diharapkan berbesar diri. Sudah sepantasnya mereka memikirkan bangsa dan bertindak layaknya seorang negarawan, tidak lagi nafsu berkuasa dan memberi ruang bagi para politisi muda untuk unjuk gigi.
Apabila gerontokrasi masih terjadi di Indonesia, bisa dipastikan bahwa transisi ke iklim demokratis di Indonesia akan mengalami kesulitan karena watak kaum tua yang koservatif dan anti perubahan.
Penting diingat juga bahwa pemilih pada 2024 adalah Generasi kelahiran 2000an. Mereka adalah Generasi Z.
ADVERTISEMENT
Ciri-cirinya adalah social media active. Mereka lebih mengenal influencer atau seorang tokoh dengan ratusan ribu atau jutaan followers.
Nama-nama seperti Sandiaga Uno, Erick Thohir, Ridwan Kamil, AHY, maupun Anies Baswedan tentu menjadi top of mind dari pada Generasi Z. Nama-nama tersebut bisa dikategorikan sebagai Selebriti Politisi. Seorang politisi dengan pesona selebritas serta punya fan-base yang kuat.
Tanpa bermaksud melupakan sosok berjasa, tapi nama-nama tersebut jelas lebih akrab di telinga Generasi Z ketimbang Ibu Megawati dan Pak JK.
Dilihat juga pemetaan terencana sejak awal pembentukan kabinet di 2019, Jokowi dengan sokongan dari partai pendukung sudah meramalkan para pemimpin muda sebagai menteri yang notabene merebut perhatian rakyat sehingga dianggap layak menjadi Capres di 2024. Jadi hati pemilih pun tanpa sadar lebih jatuh hati ke sosok-sosok muda ini.
ADVERTISEMENT
Pembina dan Penasihat
Meski demikian, kita tetap masih butuh para politisi senior. Mereka diharapkan tetap dapat berkontribusi menjadi advisor atau penasihat. Dalam hal ini, Megawati, Jusuf Kalla, SBY, Surya Paloh, ataupun Amien Rais, sebaiknya memberi nasihat-nasihat saja. Jangan sampai juga mereka menjadi the puppet master, atau jadi sosok yang mengendalikan pimpinan boneka, tentunya itu kurang elok.
Berbesar diri dan menurunkan egoisme dapat menjadi kunci demi menjalankan roda sistem politik yang sehat. Ilmu dan pengalaman panjang yang dimiliki jangan disimpan sendiri melainkan biarkan terwarisi pada para calon pemimpin muda.
________________________________________
Penulis adalah kandidat Doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Sahid Jakarta dan juga dosen aktif Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia.