Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Keterhubungan Budaya : Pengaruh Globalisasi dalam Karya Sastra Indonesia
28 Oktober 2024 9:03 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Patrycia Lanii tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Globalisasi mempengaruhi bahasa dalam sastra Indonesia. Banyak penulis kini menggunakan bahasa yang lebih dinamis dan modern, termasuk istilah asing dan slang. Pilihan kata yang lebih kontemporer ini mencerminkan kombinasi antara bahasa lokal dengan pengaruh global. Selain itu, banyak penulis Indonesia yang menggabungkan berbagai genre dalam karya mereka, menunjukkan bahwa globalisasi membuka lebih banyak peluang untuk eksplorasi genre.
ADVERTISEMENT
Pengaruh globalisasi dalam sastra Indonesia sangat signifikan, menghasilkan karya-karya yang tidak hanya relevan secara lokal tetapi juga memiliki daya tarik universal. Di lansir dari kompas.com dalam era globalisasi dan modernisasi yang semakin pesat, pengetahuan yang akurat tentang budaya menjadi penting untuk menjaga keaslian dan integritas budaya tersebut. Tema-tema seperti identitas, perdebatan antara modernitas dan tradisi, ketidakadilan sosial, serta isu lingkungan dihadirkan dengan gaya naratif yang semakin beragam dan eksperimental. Budaya lokal secara umum membantu masyarakat untuk menghindari penyelewengan atau pemaknaan yang salah terhadap budaya tersebut.Sastra Indonesia terus berkembang, mencerminkan dinamika masyarakat dalam konteks global.
Dua karya sastra yang menonjol dalam menggambarkan konflik antara nilai lokal dan pengaruh global adalah novel "Saman" karya Ayu Utami dan "Bumi Manusia" oleh Pramoedya Ananta Toer.
ADVERTISEMENT
Novel "Saman" Karya Ayu Utami
Dalam novel ini, konflik antara nilai lokal dan pengaruh global terlihat jelas melalui interaksi tokoh utama, Saman, dengan berbagai isu sosial, politik, dan budaya di Indonesia. Saman, seorang aktivis, melambangkan nilai-nilai tradisional yang mendalam, seperti keadilan sosial dan hak asasi manusia. Ia dan teman-temannya berjuang untuk mempertahankan nilai-nilai lokal dan melawan ketidakadilan yang seringkali disebabkan oleh struktur kekuasaan global.
Novel ini mencerminkan dampak arus informasi dan perubahan sosial akibat modernisasi. Saman menyaksikan generasi muda yang terpengaruh budaya pop dan nilai-nilai Barat mulai meninggalkan tradisi yang ada. Meski demikian, beberapa karakter dalam novel berupaya beradaptasi dengan nilai-nilai modern tanpa kehilangan identitas lokal, memanfaatkan teknologi dan media untuk menyebarkan pesan keadilan sosial.
ADVERTISEMENT
Novel "Bumi Manusia" oleh Pramoedya Ananta Toer
Di dalam "Bumi Manusia," konflik antara nilai lokal dan pengaruh global diilustrasikan melalui perjalanan hidup Minke, seorang pribumi yang berjuang untuk pendidikan dan hak-haknya di bawah penjajahan Belanda. Minke mewakili nilai-nilai budaya lokal dan aspirasi pribumi untuk memperoleh identitas dan hak yang setara. Ia berupaya memahami dan melestarikan warisan budayanya di tengah tekanan dari pengaruh kolonial.
Minke menunjukkan penolakan terhadap nilai-nilai penjajahan yang mencoba mendominasi kehidupannya dan masyarakatnya. Ia menentang diskriminasi rasial dan berjuang untuk hak-hak pribumi. Meski menolak dominasi kolonial, Minke juga beradaptasi dengan menyadari pentingnya pendidikan dan pengetahuan. Proses ini menggambarkan bagaimana pengetahuan baru dapat digunakan untuk memperjuangkan hak dan identitas tanpa mengorbankan nilai-nilai lokal.
ADVERTISEMENT
Baik dalam novel "Saman" maupun "Bumi Manusia," konflik antara nilai lokal dan pengaruh global jelas terlihat melalui perjuangan karakter-karakter utamanya. Tema penolakan dan adaptasi terhadap nilai-nilai modern menjadi pusat perhatian, menggambarkan bagaimana individu dan masyarakat berusaha menemukan keseimbangan antara mempertahankan identitas lokal dan menghadapi perubahan yang dibawa oleh dunia modern. Keduanya memberikan gambaran mendalam mengenai pentingnya nilai-nilai tradisional dalam konteks yang terus berkembang serta bagaimana perjuangan ini membentuk identitas dan keberlanjutan budaya Indonesia.
Dalam karya-karya sastra Indonesia seperti "Saman" dan "Bumi Manusia," kita melihat konflik yang mencolok antara nilai lokal dan pengaruh global. Karakter-karakter utama dalam kedua novel tersebut menggambarkan perjuangan individu dan masyarakat untuk mempertahankan identitas dan nilai-nilai tradisional di tengah arus modernisasi yang seringkali materialistis. Meskipun pengaruh global membawa tantangan, ada juga peluang untuk memperkaya budaya lokal melalui adaptasi yang cerdas.
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari masyarakat yang hidup di era globalisasi, kita diingatkan untuk tetap menghargai dan melestarikan nilai-nilai budaya lokal kita. Penting bagi kita untuk mengintegrasikan pengetahuan dan perspektif baru tanpa mengorbankan identitas budaya kita. Mari kita menjadikan sastra sebagai medium untuk mendalami dan merayakan keberagaman budaya kita, serta menjadikan karya-karya sastra sebagai cermin untuk memahami diri dan lingkungan kita. Dengan menghargai warisan budaya, kita tidak hanya melestarikan identitas kita tetapi juga berkontribusi pada pengayaan budaya global. Mari bersama-sama berkomitmen untuk menciptakan keseimbangan antara nilai-nilai lokal dan modern demi masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.