Konten dari Pengguna

Jakarta: Beban Itu akan Segera Hilang

Riad Nur Hikmah
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
10 Juli 2022 18:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riad Nur Hikmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemandangan Kota Jakarta (Sumber: Pexels.com/Tom Fisk)
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan Kota Jakarta (Sumber: Pexels.com/Tom Fisk)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jakarta, apa yang terlintas dalam benakmu ketika mendengar nama kota tersebut? Pusat ekonomi, gedung-gedung tinggi, tempat para orang terkenal tinggal, atau justru ketimpangan sosial, banjir, dan kemacetannya? Beragam warna baik terang dan gelap memang selalu menghiasi tempat yang berstatus sebagai Ibu Kota dari negara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Orang selalu beranggapan bahwa dengan tinggal di Jakarta maka kehidupan orang tersebut akan meningkat. Akan tetapi, pada kenyataannya Jakarta justru menjadi kota yang tidak cukup ramah bagi para perantau. Banyak dari mereka yang justru gagal baik dalam hal pekerjaan ataupun pemenuhan gaya hidupnya. Orang-orang terlalu berharap banyak dan menganggap enteng Kota Jakarta.
Namun, sekarang ketergantungan terhadap kota tersebut akan segera berkurang. Jakarta dapat menghela nafas panjang karena sebuah kota baru akan mengambil alih beban dari status Ibu Kota sebuah negara.
Munculnya Harapan
Pada 18 Januari 2022, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui rencana pemindahan dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru bagi Ibu Pertiwi dengan nama Nusantara. Terlepas dari berbagai kontroversinya, tetapi itu adalah sebuah alarm bahwa Jakarta akan dapat mengurangi beban yang selama ini ia pikul.
ADVERTISEMENT
Sejak menjadi Ibu Kota Negara Indonesia, Jakarta selalu terlihat murung karena memikul beban berat dan harapan masyarakat terhadap dirinya. Orang-orang berlari dan berlomba untuk pergi merantau ke kota tersebut dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik di Ibu Kota.
Pada Maret 2020 saja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mencatat sebanyak 7.421 jiwa penduduk yang datang bermigrasi ke kota ini. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua perantau berhasil menemukan mimpinya. Banyak dari mereka yang gagal, tetapi terlalu malu untuk pulang ke kampung halaman sehingga memutuskan untuk menetap dan berkeluarga di Jakarta.
Beban Jakarta
Jakarta telah disibukkan dengan berbagai permasalahan, mulai dari banjir, kemacetan, kemiskinan, kepadatan penduduk bahkan kriminal. Berbagai upaya terbaik telah dilakukan oleh tiap pemimpin dari kota tersebut, tetapi meskipun periode telah berganti, permasalahan Jakarta tetap ada dan tidak menghilang.
ADVERTISEMENT
Melansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat jumlah penduduk miskin pada September 2020 mencapai 496.840 orang. Jumlah yang banyak ditambah lagi dengan situasi Pandemi Covid-19 yang membuat angka tersebut naik dengan drastis dari tahun sebelumnya.
Selain itu, jumlah penduduk Jakarta sebanyak 10 juta lebih menjadikan kota metropolitan ini semakin sesak untuk ditinggali. Kepadatan ini melahirkan berbagai masalah lainnya, seperti banjir, dan kemacetan.
Walaupun Jakarta selalu berusaha untuk berbenah, tetapi kota ini sudah tidak sanggup menahan beban-beban tersebut lebih lama lagi.
Apa yang akan Terjadi dengan Jakarta?
Dengan hilangnya status Ibu Kota pada Jakarta justru akan membuat kota tersebut lebih mudah unntuk tersenyum. Pusat pemerintahan akan berpindah ke kota baru, ekspektasi para perantau akan sedikit berkurang, kepadatan penduduk dan kemacetan juga akan lebih terurai, akhirnya Jakarta punya waktu beristirahat lebih banyak.
ADVERTISEMENT
Kota baru akan mengambil semua beban itu, IKN akan memberikan kesempatan para perantau untuk memulai kehidupan di sana. Meskipun begitu, bukan berarti Jakarta akan berubah menjadi sebuah kota biasa yang tidak bernilai, Jakarta tetap akan menjadi pusat perekonomian Indonesia. Akan tetapi, kota tersebut akan lebih ramah karena ia tidak akan lagi menanggung semua beban itu sendirian.
(Riad Nur Hikmah/Politeknik Negeri Jakarta)