Menjadi Pembaca Cerdas di Era Digital

Peggy Kakisina
SEO Writer
Konten dari Pengguna
11 Februari 2021 12:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Peggy Kakisina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi membaca e-book. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi membaca e-book. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Membaca adalah jendela dunia.
Ungkapan di atas tidaklah asing di telinga kita. Orang tua dan guru ikut berperan menyuarakan dan merealisasikannya. Dan seiring berjalannya waktu, kita menyadari bahwa membaca memang memfasilitasi kita untuk menambah dan memperdalam wawasan.
ADVERTISEMENT
Di era global seperti saat ini, membaca seharusnya tidak lagi dijadikan sekadar hobi, melainkan kebiasaan yang perlu diterapkan dalam keseharian. Dengan revolusi industri yang digadang-gadang akan membawa perubahan besar terkait teknologi dan mempererat masyarakat dunia, tentu saja kita tidak ingin tergerus zaman dan teknologi yang semakin canggih dan menjadi masyarakat terbelakang. Bahkan, media telah beralih memanfaatkan teknologi guna beradaptasi dengan perubahan dan memperluas jangkauan.
Meskipun dipermudah dengan keberadaan media online, kita patut berhati-hati dengan informasi yang tersebar di sekitar. Tidak hanya dampak positif, sisi negatif selalu mengiringi suatu perubahan. Hal demikian juga terjadi dalam kegiatan membaca berbasis internet. Persebaran hoaks atau berita bohong yang merajalela menjadi musuh yang patut diperangi di era saat ini dan, mungkin saja, yang akan datang. Ketika kita lengah dalam memilih bacaan yang tepat, kita dapat terjerumus dalam lingkaran hoaks dan ikut serta dalam menyebarkannya.
ADVERTISEMENT
Strategi efektif untuk memerangi hoaks telah dikembangkan di berbagai negara maju di seluruh dunia, seperti Finlandia, Denmark, dan Belanda. Negara-negara Eropa tersebut melihat literasi sebagai alat dalam memerangi hoaks. Terbukti ampuh, ketiganya menduduki peringkat teratas negara-negara dengan tingkat literasi tertinggi di dunia berdasarkan European Policies Initiative tahun 2018.
Di Finlandia, contohnya, setiap orang bertanggung jawab dalam melawan informasi tak benar. Mereka belajar mengenali berita bohong, memahami mengapa berita tersebut viral, dan mengembangkan strategi untuk memeranginya. Sangat penting bagi mereka untuk berfikir kritis, mengecek ulang fakta yang disajikan, dan mengintrepetasi serta mengevaluasi informasi yang didapat. Sistem pendidikan juga ikut direformasi guna menekankan pentingnya berfikir kritis.
Selain itu, kita sendiri perlu menentukan kriteria dalam memilih bacaan yang tepat sehingga dapat menghindari hoaks dan melihat dunia tidak hanya dari sudut pandang kita sendiri, tapi juga orang lain.
ADVERTISEMENT

1. Pilih topik bacaan yang asing

Kita cenderung memilih bacaan dengan topik yang kita sukai. Meskipun dapat memiliki pengetahuan lebih mengenai topik tersebut, kita tidak seharusnya menutup diri pada topik bahasan lainnya. Bacaan dengan topik yang berbeda mampu menambah informasi yang mungkin saja belum pernah kita ketahui sebelumnya. Selain itu, kita dapat menambah variasi bacaan kita dengan memilih topik yang asing di telinga kita.

2. Pilih topik yang berbeda dengan pandangan kita

Ideologi dan budaya memengaruhi preferensi bacaan kita. Ketika kita menganut ideologi tertentu dan mempercayai suatu pandangan, kita cenderung memilih bacaan yang sejalan dengan pandangan tersebut. Dengan begitu, kita selalu menganggap benar pemikiran kita, yang mana merupakan hal yang salah. Membaca bacaan mengenai topik yang tidak kita setujui mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan membantu mengembangkan opini dan nilai yang kita junjung.
ADVERTISEMENT

3. Tidak selalu menyetujui tulisan penulis

Selain membaca topik yag berbeda, kita juga perlu menyaring informasi yang disajikan oleh penulis. Menyukai suatu bacaan bukan berarti menyetujui isi yang tertuang dalam bacaan tersebut. Kita boleh menikmati cara penulis membawakan informasi, memberi gambaran mengenai masalah tertentu, dan membahas isu tersebut. Namun, kita perlu berfikir kritis untuk menginterpretasikan, mengevaluasi, dan mengambil kesimpulan mengenai isi bacaan.
Terlepas dari usia dan latar belakang, membaca sepatutnya dijadikan gaya hidup. Dengan menjadi pembaca yang mampu berfikir kritis, kita dapat memilah bacaan dan menyaring informasi yang benar dan bermanfaat. Selain itu, kita juga dapat menghindari berita bohong dan ikut berperan aktif dalam melawannya.