Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Konflik India-Pakistan dalam Perspektif Geopolitik Pemuda: Mencari Jalan Damai
12 Mei 2025 10:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ravindra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Eskalasi konflik India-Pakistan bukan sekadar urusan dua negara bertetangga. Ini adalah pengingat bahwa Asia belum selesai berdamai dengan sejarahnya sendiri. Di tengah meningkatnya ketegangan, suara pemuda harus hadir bukan sebagai gema kebencian, tapi sebagai kekuatan moral yang berani mengatakan: masa depan tidak boleh lagi dibentuk oleh logika konflik.
ADVERTISEMENT
Oleh: Ravindra
Ketua Umum Indonesia-India Youth Forum (IIYF)
Ketegangan terbaru antara India dan Pakistan kembali mengusik kesadaran regional kita. Bukan hanya karena dua negara bertetangga ini memiliki kapasitas militer yang signifikan dan sejarah konflik yang panjang, melainkan juga karena eskalasi semacam ini selalu meninggalkan jejak luka sosial yang dalam, baik bagi warga sipil maupun bagi generasi muda yang menjadi korban diam-diam dari politik kekerasan yang tidak pernah mereka pilih.
Sebagai Ketua Umum Indonesia-India Youth Forum (IIYF), saya memandang bahwa konflik India-Pakistan bukan hanya isu bilateral antara dua negara berdaulat, tetapi juga cermin dari kegagalan kolektif kita sebagai komunitas Asia untuk menghadirkan tatanan yang lebih manusiawi. Di tengah era global yang ditandai oleh keterhubungan lintas batas, menghidupkan kembali retorika musuh bersama dan nasionalisme eksklusif hanyalah jalan buntu yang mengancam seluruh upaya kolaboratif regional.
ADVERTISEMENT
IIYF, sebagai wadah pemuda yang mempertemukan semangat Indonesia dan India, percaya bahwa tanggung jawab perdamaian tidak bisa lagi ditumpukan sepenuhnya pada aktor negara dan elite diplomasi formal. Pemuda harus mengambil peran sebagai aktor alternatif yang membangun diplomasi akar rumput—yang tidak hanya berbasis pada kesepakatan politik, tetapi juga pada pengakuan atas luka sejarah, pemahaman lintas budaya, dan tekad untuk memutus siklus permusuhan turun-temurun.
Eskalasi konflik seperti ini justru memperjelas pentingnya diplomasi pemuda lintas negara. Dalam dunia yang terus terpolarisasi, kita membutuhkan ruang-ruang baru di mana perbedaan tidak dikelola dengan kekerasan, tetapi dipelajari dengan dialog dan saling pengertian. Kami di IIYF menolak logika bahwa pemuda harus menjadi pasukan cadangan dari konflik-konflik lama. Sebaliknya, kami mendorong munculnya generasi baru yang berani bersuara, berpikir kritis, dan tidak tunduk pada politik ketakutan.
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki modal historis yang relevan dalam konteks ini. Sebagai bangsa yang pernah memimpin gerakan non-blok dan menjunjung tinggi prinsip koeksistensi damai, Indonesia seharusnya memainkan peran lebih aktif dalam menciptakan ruang intermediasi antara India dan Pakistan. Kami menyerukan agar Pemerintah Indonesia, melalui jalur diplomasi publik dan jaringan pemuda, turut memfasilitasi dialog transnasional yang inklusif dan berjangka panjang.
Lebih dari sekadar pernyataan moral, IIYF siap mengambil peran sebagai jembatan generasi. Kami membayangkan diplomasi yang tidak bersandar pada dominasi kekuasaan, tetapi pada kesetaraan dan keberanian untuk membangun masa depan bersama. Kami percaya bahwa masa depan Asia tidak harus diwarisi dari trauma masa lalu. Ia bisa dibangun ulang, mulai dari meja diskusi anak muda, dari panggung budaya bersama, dari jejaring solidaritas mahasiswa, dan dari narasi damai yang radikal tetapi berpijak pada realitas.
ADVERTISEMENT
Konflik tidak harus menjadi takdir. kami, generasi muda Asia, menolak untuk mewarisi dunia yang dipenuhi dendam, curiga, dan kekerasan. Kini saatnya kita menyusun narasi baru: narasi tentang Asia yang adil, damai, dan dipimpin oleh keberanian generasi muda untuk mengatakan cukup terhadap perang yang tak berkesudahan.