Narasi Kepemimpinan Bersama Najwa Shihab

Pemimpin Indonesia
Yayasan non profit yang bergerak dalam bidang pemberdayaan kepemimpinan yang menerapkan sikap inklusif, efektif, serta cinta Indonesia kedalam tiga prinsip utama dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Konten dari Pengguna
17 Agustus 2021 10:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pemimpin Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Saat Sesi Talkshow Webinar Spesial "Leading Change Without Authority" Berlangsung (16/08/2021)
zoom-in-whitePerbesar
Saat Sesi Talkshow Webinar Spesial "Leading Change Without Authority" Berlangsung (16/08/2021)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siapa yang belum mengenal Najwa Shihab, dengan berbagai pengalamannya di bidang media membuatnya dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan RI ia turut hadir dalam kegiatan Lead The Fest 2021 yang diselenggarakan oleh Pemimpin.id
ADVERTISEMENT
Nana, sapaan akrabnya, banyak berdialog dengan Dharmaji Suradika selaku CEO dari Pemimpin.id pada sesi webinar Senin (16/8/2021) sore dengan tema “Leading change without authority”. Seperti kita ketahui sudah hampir dua tahun pandemi Covid-19 menyebar di Indonesia dan dampak dari hal ini dirasakan oleh semua orang tanpa terkecuali. Banyak hal yang akhirnya berubah salah satunya yaitu gaya kepemimpinan dari pemimpin itu sendiri. Baik di organisasi, perusahaan, maupun pemerintahan.
Menurut Nana, pemaknaan dari pemimpin saat ini sudah cukup bergeser. Bahkan tak jarang influencer pun dianggap sebagai pemimpin. Padahal keduanya berbeda, terutama pada bagian tanggung jawab yang diemban. Seorang pemimpin harus paham mengenai tanggung jawabnya dan apa yang dilakukan, sehingga ketika followers mengikuti apa yang dilakukannya, dilakukan dia harus merasa bertanggung jawab
ADVERTISEMENT
Selain itu, lanjut Nana, menjadi seorang pemimpin juga harus mampu menggerakkan bukan hanya mendikte pengikutnya. “Menggerakkan di sini berarti mampu membawa nyawa, memberi nuansa, dan membuat orang lain tergerak”, tambahnya. Sehingga meskipun banyak followers tidak bisa menjadi tolak ukur dikatakan menjadi sebuah pemimpin, karena dibutuhkan kemampuan rekam jejak yang mendukung.
Pendiri dari Narasi itu juga menekankan bahwa “leadership with authority” itu dibutuhkan namun yang lebih penting adalah “leadership is action not position, leadership is earn not given”.
Nana juga menceritakan bagaimana pengalaman kepemimpinannya dan nilai yang diterapkan kelurganya. Pengalaman kepemimpinannya sudah dimulai sejak di bangku sekolah dasar saat menjadi ketua kelas hingga akhirnya bergabung dalam pertukaran pelajar yang menjadikan dirinya semakin terbuka dan berempati terhadap bangsanya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut juga didorong oleh nilai keluarganya yang tidak pernah diperlakukan tidak berharga dibanding laki-laki dan selalu terbuka utamanya untuk bidang pendidikan. Abi, sapaan Quraish Shihab, juga menekankan untuk semua anaknya harus cinta akan ilmu.
Pesan Nana untuk seluruh anak muda Indonesia, agar bisa fokus dan merapatkan barisan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Karena dengan luasnya negeri ini, masih banyak ketimpangan yang terjadi. Harapannya, kemampuan untuk saling berkolaboarasi dan menggabungkannya dengan teknologi akan menghasilkan dampak yang luar biasa. “Sehingga kemampuan untuk mengasah empati dan menjadi lifelong learner sangat dibutuhkan,” ujar Nana.
Pada sesi tanya jawab saat ditanya mengenai bagaimana cara berani untuk berbicara dan berpendapat, Nana tegas menjawab, “Be brave, but don’t be stupid. Banyaklah riset dan perkaya sumber bacaan terlebih dahulu sebelum berbicara agar kita percaya diri saat berbicara. Jangan mudah percaya bahwa yang dibaca di sosial media adalah sebuah fakta padahal itu hanya sebuah opini. Bedakan keduanya dan cobalah mulai berlatih dengan menuliskannya kemudian beranikan diri untuk menyampaikannya secara verbal,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT