Para Pekerja Seni Siap Memberi Kebahagiaan Lewat Karya di Lead The Fest 2021

Pemimpin Indonesia
Yayasan non profit yang bergerak dalam bidang pemberdayaan kepemimpinan yang menerapkan sikap inklusif, efektif, serta cinta Indonesia kedalam tiga prinsip utama dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Konten dari Pengguna
19 Agustus 2021 14:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pemimpin Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Saat Sesi Talkshow Berlangsung dengan Zensa Rahman sebagai Moderator (17/08/2021)
zoom-in-whitePerbesar
Saat Sesi Talkshow Berlangsung dengan Zensa Rahman sebagai Moderator (17/08/2021)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sektor ekonomi kreatif menjadi salah satu korban paling terdampak pandemi Covid-19, pandemi ini telah mempercepat dan memperkuat pergeseran yang sedang terjadi pada perilaku konsumen, yang menarik maju disrupsi digital dan menciptakan titik kritis industri yang seharusnya belum dicapai selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Digitalisasi, salah satu kekuatan utama yang membentuk semua industri, semakin gencar dengan adanya pembatasan jarak fisik dan pembatasan mobilitas. Akibatnya, dunia hiburan dan media pada tahun 2020 menjadi lebih jauh secara jangkauan, lebih virtual, lebih banyak dikonsumsi melalui streaming, lebih pribadi, dan setidaknya untuk saat ini banyak berpusat di rumah-rumah.
Mengangkat tema New Wave of Creative Industry in Indonesia, Lead The Fest 2021 mengundang Riri Riza (Film Director), Andi Rahmat (CEO Nusae), dan Tita Djumaryo (Founder dan Art Director Ganara) untuk berdiskusi mengenai perjuangann dari masing-masing bidang di tengah pandemi.
Ketika ditanya tantangan yang dihadapi ketika di era saat ini, Riri menyampaikan ada momentum untuk berhenti dan berpikir sejenak dan akhirnya menemukan kembali konsep-konsep baru yang bisa digali lebih dalam dan disesuaikan dengan standar baru tentunya.
ADVERTISEMENT
Pernyataan tersebut ditambahkan Andi dan Tita, survival mode to be creative adalah hal yang dapat menggambarkan. Meskipun semua serba tersendat justru menjadi momen untuk bertemu semakin banyak orang dari berbagai daerah yang bahkan tidak terbayangkan dapat terjangkau.
Ketiganya juga bercerita bagaimana cara membangun resiliensi masing-masing. Andi bercerita bahwa salah satu caranya dengan belajar dari mentor atau orang yang dianggap tepat dan sesuai kebutuhan dan kepribadian kita. Selain itu menerapkan prinsip gotong royong, sering berdiskusi dengan tim akan meningkatkan harmonisasi dan ide yang ada.
Lain halnya dengan Tita yang bercerita bahwa resiliensinya justru berasal dari motivasi dalam dirinya yang sudah ditanamkan sejak usia dini oleh ayahnya. Selalu percaya dengan kemampuan yg dimiliki dan terus berjuang untuk berkarya adalah kunci Tita untuk bisa bertahan di tengah pandemi.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Riri lebih banyak menyinggung bagaimana sejarah film ini lahir yaitu di era Perang Dunia 2, sehingga menurutnya dengan pandemi ini bukan menjadi hal besar yang ditakutkan karena dulu industri film justru lahir dan bisa besar dari puing-puing kehancuran di era perang dunia. Harapannya justru pandemi menjadi titik balik untuk industri film beradaptasi dan bangkit lebih jauh lagi.
Riri juga berpesan di masa depan anak muda adalah orang-orang yang semakin paham akan keragaman, tantangan, persoalan, kekayaan Bangsa Indonesia, sehingga cobalah untuk selalu mengasah sense, kepekaan, keterampilan untuk berkarya karena belajar adalah tugas sepanjang hayat yang harus dimiliki.
Andi juga berpesan kepada seluruh anak muda di Indonesia untuk menikmati seluruh prosesnya, percaya diri, fokus apa yang kita bisa dan sisanya improve secara perlahan.
ADVERTISEMENT
Terakhir dari Tita, kalau kita mau menangbersama, maka kita harus berjalan secara bersama jangan berjalan sendiri-sendiri. Jangan khawatir karena sebagai pekerja seni Tita siap membantu membagi kebahagiaan kepada teman-teman lewat seni utamanya agar tetap bahagia di tengah pandemi ini.