Konten dari Pengguna

Politik itu Penting

Pancar Setiabudi Ilham Mukarromah
Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional. Universitas Islam Indonesia. Koordinator Nasional relawan Orang Muda Ganjar (OMG). Penulis Buku Melihat Indonesia dari Mata Pemuda (2023).
3 November 2022 18:50 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pancar Setiabudi Ilham Mukarromah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi aktivitas politik/Sumber; Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aktivitas politik/Sumber; Pixabay
ADVERTISEMENT
Beberapa bulan lalu, media sempat gempar dengan berita ketua umum partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang mengkritik presiden Joko Widodo terkait pelbagai pembangunan Infrastruktur, banyak pihak menilai jika kritik dari AHY disebut salah sasaran. Lain hal dengan Giring, ketua umum PSI tersebut juga sering mendapat perhatian media karena mengkritik Anis Baswedan ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
Sebelum menjadi politisi, AHY memiliki karier mentereng di tentara, bahkan disebut-sebut memiliki potensi besar menjadi panglima TNI. Ia memilih hijrah ke dunia politik setelah mendapat petunjuk dari sang ayah, Susilo Bambang Yudhoyono. Sedangkan Giring, sebelum aktif di dunia politik memiliki profesi sebagai musisi. Ia hijrah ke dunia politik atas kesadaran dari hati untuk terlibat dalam urusan tata kelola negara.
Dua sosok di atas merupakan ketua umum partai politik di Indonesia, usia masih muda, dan memiliki kepedulian di dunia politik. Tentu kita menyorot mereka sebagai anak muda yang peduli dengan aktivitas politik. Terkait kinerja, kontribusi, dan prestasi dua ketua umum tersebut soal lain, toh publik bisa melihat sendiri bagaimana rekam jejak mereka. Selain itu publik juga bisa menilai apakah mereka pantas menjadi ketua umum atau tidak.
ADVERTISEMENT
Anak Muda dan Aktivitas Politik
Selain AHY dan Giring, masih banyak anak muda yang terlibat dalam aktivitas politik, misalnya pada tahun 2019 muncul Faldo Maldini sebagai pendukung Prabowo-Sandi dan Tsamarai Amany sebagai juru bicara Jokowi-Ma’ruf. Namun itu itu hanya sebagian kecil. Centre for Strategic and International Studies (CSIS) merilis hasil survei pada bulan Agustus 2022, yaitu anak muda yang tertarik menjadi anggota DPR/DPRD hanya 14,6%.
Anak muda yang tertarik menjadi kepala daerah hanya 14,1%. Sementara, 84,7% anak muda tidak tertarik menjadi anggota DPR/DPRD, dan 85,2% anak muda tidak tertarik menjadi kepala daerah. Sebagai gambaran, pada tahun 2020 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah generasi millenial mencapai 69,38 juta jiwa atau sekitar 25,87% dari populasi Indonesia. Sedangkan untuk generasi Z berjumlah 74,93 juta jiwa atau sekitar 27,94% dari populasi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dari sini kita bisa melihat minat anak muda terhadap aktivitas politik masih tergolong rendah. Lantas apa yang menjadi penyebab anak muda Indonesia abai terhadap aktivitas politik?
Menurut Muhammad Rosit, peneliti dari The Political Literacy Institute mengungkapkan, sikap apatis anak muda terhadap aktivitas politik karena mereka masih menilai politik sebagai sesuatu yang kotor, jahat, dan penuh kecurangan. Semua opini negatif tentang politik tersebut boleh jadi karena selama ini tidak ada pengorganisasian pengetahuan politik publik yang memadai, justru yang sering ada hanya debat-debat panas tetapi tidak membawa nilai pengetahuan.
Mulai sekarang anak muda harus aktif dalam kegiatan politik, baik politik aktif maupun politik pasif. Anak muda harus mampu menghadirkan politik kesatria, bersih, jujur, dan adil. Hal ini penting karena dua tahun lagi yaitu pada tahun 2024 Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi.
ADVERTISEMENT
Politik itu Penting
Mau tidak mau kita harus sadar jika politik itu penting, hal ini berlaku khusus untuk anak muda. Jika kita melihat ke belakang, sejarah Indonesia adalah sejarah anak muda dan sejarah politik. organisasi Budi Utomo merupakan bukti nyata jika kaum muda berkumpul menjadi satu himpunan, dampak yang timbul sangat besar.
Peristiwa serangan 10 November 1945 di Surabaya juga dominan dengan anak muda dan santri. Selain itu ada peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945, meskipun peristiwa tersebut merupakan penculikan terhadap Sukarno dan M. Hatta namun peristiwa itu bisa menjadi gambaran jika kaum muda zaman itu peduli dengan aktivitas politik.
Sebagai informasi, menurut Salim Said penculikan Rengasdengklok merupakan penculikan politik dengan tujuan pengasingan dari lingkungan korban penculikan, bukan penculikan untuk mendapat siksa fisik.
ADVERTISEMENT
Jika kita ingat pernah ramai di media sosial ada papan iklan Giring Ganesha menjadi presiden tahun 2024. Kala itu banyak masyarakat yang memberi komentar di media sosial terkait hal itu, ada yang tidak mendukung dan ada yang mendukung. Hal ini menunjukkan jika masyarakat memperhatikan aktivitas politik meskipun hanya melalui media sosial.
Pada tingkat mahasiswa, aktivitas demonstrasi tentang KPK, UU Cipta Kerja, dan demonstrasi isu presiden tiga periode merupakan angin segar yang membuktikan kontrol pemerintah dengan masyarakat berjalan dengan baik.
Sebagai penutup, saya sepakat dengan adagium “Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan”. Inti yang ingin saya sampaikan, memilih aktif di dalam atau di luar pemerintahan adalah hak setiap orang, yang penting kita tidak boleh abai terhadap aktivitas politik. Karena dalam dunia politik regenerasi kaum muda sangat dibutuhkan untuk membangun bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT