Konten dari Pengguna

Pendidikan: Komersialisasi dan Harapan Masa Depan

Asman Budiman
Nama Asman dilahirkan di pelosok desa Provinsi Sulawesi tenggara. kehidupan sebagai anak Desa membuat saya harus berpikir ekstra agar tidak menjadi seorang yang tidak memiliki cita-cita. saat ini sedang menjalani profesi sebagai mahasiswa UAD Yogya
24 Agustus 2022 14:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asman Budiman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber: dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun terakhir, proses pendidikan bangsa ini, mengalami beberapa masalah. Diantaranya masih di dominasi oleh masalah-masalah lama, seperti infrastruktur, sumber daya manusia, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang telah di publikasi oleh World Population review pada tahun 2021 Indonesia masih menempati peringkat 54 dari total 78 Negara yang masuk dalam pemeringkatan tingkat pendidikan dunia.
Peringkat tersebut tentunya menjadi sebuah ukuran bahwa proses yang selama ini dilakukan masih belum mencapai kepuasan. Sistem dan kualitas pendidikan Indonesia tentunya masih jauh dari apa yang di harapkan.
Sehingga perlu adanya kerja kolektif untuk mengusahakan kualitas pendidikan menjadi lebih baik. Pendidikan sejatinya menjadi sebuah alat untuk memberikan pencerahan kepada mereka yang mengaku pelaku pendidikan.
Bukan hanya peserta didik, namun pendidik dan segala sistem yang terdapat di dalamnya perlu mencerminkan kualitas dari pendidikan.
Pendidikan bukan hanya soal mengtransfer ilmu, melainkan ada suatu nilai yang harus tertanam dalam benak pelaku pendidikan untuk menjadi laku dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Bukan malah sebaliknya, pendidikan dijadikan sebagai alat untuk meraup keuntungan dari berbaga pihak untuk kepentingan pribadi dan kelompok.
Keadaan ini justru akan semakin menjadikan kualitas pendidikan bangsa ini menjadi terpuruk.
Howard Garner perna berkata “aku ingin anak-anakku memahami dunia ini, bukan karena dunia ini menyenangkan atau karena dorongan rasa ingin tahu saja. Aku ingin mereka memahami dunia ini sehingga mereka akan mampu membuatnya menjadi tempat yang lebih baik”.
Apa yang dikatakan oleh Howard Gardner merupakan satu pesan bahwa pendidikan sejatinya menjadi sebuah laku dalam tindakan, bukan sebaliknya menjadi dorongan untuk mengejar dunia.
Inilah yang juga kemudian di jelaskan oleh Al-Ghazali bahwa pendidikan seharusnya bukanlah untuk mengejar dunia semata, melainkan mampu menjadi sebuah penuntun dalam kehidupan.
ADVERTISEMENT
Kita bisa melihat di beberapa negara tentangga bagaimana kualitas pendidikan yang mampu menjadi penopang negaranya. Di Jepang, Singapura, Malaysia dan sebagainya memiliki kualitas pendidikan yang baik menurut berbagai survei.
Walaupun pada dasarnya kualitas pendidikan yang dimaksud masih menjadi perdebatan bagi sebagian kalangan. Sebab ada yang melihat kualitas pendidikan dari pekerjaan yang ia dapatkan dan ada pula yang melihat kualitas pendidikan dari kebermanfaatannya di masyarakat.
Kasus yang menimpa Rektor Universitas Lampung menjadi sebuah persoalan yang sangat merugikan dunia pendidikan. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi dunia komersialisasi yang terstruktur.
Bagaimana setiap lini dalam sistem pendidikan dijadikan proyek untuk mendapatkan keuntungan. Kasus penerimaan mahasiswa baru yang dijadikan komersialisasi di UNILA menjadi satu dari sekian masalah yang ada.
ADVERTISEMENT
Masih banyak kasus yang lainnya yang serupa terjadi di lembaga pendidikan lainnya. Maka dari itu perlu semua stakeholder melihat persoalan ini sebagai hal yang sangat mendasar.
Setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan oleh kita semua sebagai komponen pendidikan.
Pertama, perlu adanya kesadaran kolektif untuk melihat berbagai persoalan yang ada.
Kesadaran yang dimaksud ialah menjadi pengawas terhadap semua kegiatan akademik yang dilakukan oleh lembaga pendidikan sebagai kontrol dalam melaksanakan pendidikan.
Kedua, memberikan penyadaran kepada sumber daya yang ada dalam mengatasi kemungkinan adanya persoalan yang terjadi dalam lingkungan instansi pendidikan.
Ketiga mengaktifkan pengawasan internal dalam setiap instansi pendidikan untuk menjadi pengawas yang benar-benar melihat kinerja dan tindakan yang dilakukan oleh civitas akademika.
ADVERTISEMENT
Harapan Masa Depan Pendidikan
Ahmad Safii Ma’rif pernah mengatakan bahwa sejatinya semua manusia perlu menjadi rumah kearifan yang menampung segala aspirasi dan mencarikan jalan keluar dari berbagai persoalan yang ada.
Untuk mencapai seorang manusia yang arif, maka dibutuhkan kualitas pendidikan yang memadai. Kualitas pendidikan yang diharapkan tentunya sebuah laku kehidupan dalam sehari-hari.
Pendidikan sejatinya menjadi way of life untuk keberlangsungan kehidupan yang hakiki.
Kedepannya pendidikan perlu mengfokuskan kepada nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan arah paradigma bangsa yang telah menjadi pandangan hidup semua warga negara.
Setidaknya ada tiga hal yang menjadi penting untuk dijadikan sebagai nilai dalam pendidikan.
Pertama ialah nilai religiusitas. Nilai ini merupakan manifestasi dari rasa berketuhanan semua anak bangsa.
ADVERTISEMENT
Nilai-nilai religius akan menjadi pendorong dan pengawas dalam bertindak sehingga ada nilai ketuhanan yang menjadi dasar dalam melakukan segala aktifitas.
Kedua ialah nilai intelektual. Nilai ini akan menjadi penting karena seorang pendidik maupun yang di didik perlu meningkatkan kualitas intelektual untuk menopang pribadi yang memiliki kualitas mumpuni agar mampu menjadi intelektual yang insan kamil.
Ketiga sebagai nilai terakhir ialah nilai humanis. Humanis dalam kehidupan saat ini sangat di butuhkan dalam kehidupan modern.
Kehiudpan modern menjadikan manusia teralienasi diakibatkan bergesernya paradigma mengenai manusia.
Maka nilai humanis dalam pendidikan ialah mengstimulus komponen pendidikan menjadi seorang yang peduli dengan manusia lainnya.