Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Transformasi Paradigma Pendidikan Indonesia
22 Juni 2024 17:39 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Asman Budiman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah dinamika global yang semakin kompleks dan tuntutan abad ke-21 yang semakin tinggi, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas dari pendidikan akan sangat membantu dalam menjawab tantangan zaman yang kian kompleks.
ADVERTISEMENT
Sumber daya manusia yang dihasilkan dari output pendidikan, akan membantu sebuah negara untuk mampu mengelolah kecanggihan teknologi. Menurut Lestari Eko Wahyudi dkk (2022) bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih tergolong rendah. Sehingga, peserta didik seyogyanya diajarkan secara efektif dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Pendidikan akan membawa perubahan yang sangat efisien. Di dalam proses pendidikan, meningkatkan potensi manusia yang diberikan oleh Tuhan berupa akal pikiran akan membawa kepada cara pikir yang lebih maju. Selain itu, akal juga perlu dipertautkan dengan hati, agar akal mampu memikirkan sesuatu dengan hati sebagai pengontrol dari perilaku manusia.
Senada dengan semboyan pendidikan Ki Hajar Dewantara, yang tidak hanya menjadikan laku sebagai ukuran keberhasilan, namun bagaimana Tindakan yang dilakukan memiliki makna.
ADVERTISEMENT
Olehnya itu, Program Merdeka Belajar, yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tidak hanya muncul sebagai solusi inovatif untuk mentransformasi paradigma pendidikan di Indonesia, melainkan program merdeka belajar membawa misi filosofis pendidikan Indonesia.
Program ini tidak hanya menawarkan perubahan struktural, tetapi juga merombak cara pandang terhadap proses pembelajaran dan pengajaran.
Era Baru Pendidikan Indonesia
Sebelum era Merdeka Belajar, pendidikan di Indonesia cenderung kaku dan berorientasi pada hasil ujian semata. Kurikulum yang seragam dan sentralistik sering kali tidak mampu mengakomodasi kebutuhan dan potensi unik dari setiap siswa.
Model pembelajaran konvensional ini telah lama dikritik karena lebih menekankan hafalan ketimbang pemahaman mendalam, serta kurangnya ruang untuk kreativitas dan inovasi. Akibatnya, banyak siswa yang merasa terbebani dan tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka.
ADVERTISEMENT
Dahulu paradigma yang terbangun pada setiap tenaga pendidik ialah guru sebagai pelaksana dari kurikulum, bentuk dan isi yang sudah tercantum dalam kurikulum itulah yang akan dilaksanakan oleh tenaga pendidik di semua satuan pendidikan.
Menurut Dwi Nur Fauziah Ahmad dkk (2021) bahwa makna paling penting dari merdeka belajar ini ialah esensi dari kemerdekaan berpikir, dimana yang lebih dahulu mengubah pola pikir ialah tenaga pendidik yang akan memberikan pengajaran pada peserta didik. Merdeka Belajar hadir dengan visi untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih fleksibel dan berpusat pada siswa.
Salah satu komponen utama dari program ini adalah Kurikulum Merdeka yang memberikan kebebasan bagi sekolah dan guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan siswa. Ini berarti, guru tidak lagi terpaku pada satu buku teks atau metode pengajaran yang baku, tetapi dapat mengeksplorasi berbagai pendekatan yang lebih relevan dan menarik bagi siswa.
ADVERTISEMENT
Program ini juga memperkenalkan konsep pembelajaran berbasis proyek dan asesmen yang lebih komprehensif. Alih-alih hanya mengukur kemampuan siswa melalui ujian tertulis, Merdeka Belajar mendorong penggunaan berbagai bentuk asesmen, seperti portofolio, presentasi, dan penilaian teman sebaya.
Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih holistik tentang kompetensi dan perkembangan siswa. Selain itu, Merdeka Belajar juga menekankan pentingnya pengembangan karakter dan soft skills, yang sering kali terabaikan dalam kurikulum yang pernah ada.
Dengan fokus pada keterampilan abad ke-21 seperti kolaborasi, komunikasi, kreativitas, dan pemecahan masalah, program ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik.
Tantangan Perubahan Paradigma
Namun, implementasi Merdeka Belajar bukan tanpa tantangan. Perubahan paradigma ini membutuhkan penyesuaian dari berbagai pihak, termasuk guru, siswa, dan orang tua. Guru, misalnya, perlu mendapatkan pelatihan yang memadai untuk mengadaptasi metode pembelajaran baru dan menggunakan teknologi secara efektif. Sementara itu, siswa harus belajar untuk lebih mandiri dan proaktif dalam proses belajar mereka, dan orang tua perlu mendukung serta memahami perubahan ini.
ADVERTISEMENT
Beberapa tantangan yang dirasakan diawal penerapan kurikulum merdeka pertama ialah kesiapan dan kompetensi guru. Paradigma baru ini menuntut guru untuk mengubah metode pengajaran tradisional yang berfokus pada hafalan dan ujian menjadi pembelajaran yang lebih aktif dan berpusat pada siswa.
Menurut Syafrudin Hinelo (2023) guru perlu menguasai berbagai teknik pengajaran inovatif, seperti pembelajaran berbasis proyek, dan memanfaatkan teknologi digital. Kedua, Merdeka Belajar mengusung fleksibilitas dalam kurikulum yang memungkinkan sekolah untuk menyesuaikan materi dan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
Namun, perubahan kurikulum yang drastis ini memerlukan waktu dan upaya yang besar. Sekolah-sekolah perlu melakukan penyesuaian dan inovasi dalam penyusunan program pembelajaran, yang sering kali menemui hambatan birokrasi dan administratif.
ADVERTISEMENT
Ketiga perubahan paradigma pendidikan tidak hanya melibatkan sekolah, tetapi juga peran aktif orang tua dan masyarakat. Merdeka Belajar mendorong keterlibatan orang tua dalam proses belajar anak-anak mereka, namun tidak semua orang tua memiliki pemahaman dan kesiapan untuk mendukung perubahan ini.
Selain itu, dukungan dari masyarakat dan pihak-pihak terkait juga sangat penting untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif. Sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya program ini menjadi tantangan tersendiri.
Meskipun demikian, berbagai studi kasus menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang telah mengadopsi prinsip-prinsip Merdeka Belajar berhasil menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna.
Siswa menjadi lebih termotivasi dan terlibat aktif dalam proses belajar, serta mampu mengembangkan potensi mereka secara maksimal.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, Merdeka Belajar adalah langkah besar menuju transformasi pendidikan di Indonesia. Dengan menggeser fokus dari pengajaran yang seragam dan berpusat pada guru ke pembelajaran yang personal dan berpusat pada siswa, program ini berpotensi menciptakan generasi muda yang lebih kompeten, kreatif, dan siap menghadapi tantangan global.
Transformasi ini bukan hanya tentang perubahan kurikulum, tetapi juga tentang perubahan mindset dalam melihat pendidikan sebagai proses yang dinamis dan holistik. Dengan dukungan semua pihak, Merdeka Belajar dapat menjadi tonggak penting dalam perjalanan panjang menuju pendidikan yang lebih baik di Indonesia
Referensi
Dwi Nur Fauziah Ahmad, dkk. (2021). Merdeka Belajar Dalam Perspektif Hukum Indonesia. Indonesian Journal of Law and Policy Studies. Volume 2 No. 1 March 2021.
ADVERTISEMENT
Lestari Eko Wahyudi, dkk. (2022). Mengukur Kualitas Pendidikan di Indonesia. Ma'arif Journal of Education, Madrasah Innovation and Aswaja Studies (MJEMIAS) Volume 1, Issue 1, 2022 pp. 18-22.
Syafrudin Hinelo. (2023). Paradigma Baru Kurikulum Merdeka Menghadapi Abad 21. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banggai.