Kisah Keluarga Andong, dari Anak Gizi Buruk menuju Keluarga Sadar Gizi

CISDI Center for Indonesia Strategic Development Initiatives
CISDI adalah sebuah think tank independen yang berfokus pada perbaikan sistem pelayanan kesehatan untuk pencapaian SDGs Goal 3. Salah satu programnya, Pencerah Nusantara adalah gerakan pemuda yang bertujuan untuk memperkuat layanan kesehatan primer di daerah terpencil di Indonesia. Dikelola oleh CISD
Konten dari Pengguna
24 Februari 2019 14:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari CISDI Center for Indonesia Strategic Development Initiatives tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Doc: Pencerah Nusantara - Potret Andong dan Makanan Tambahan Balita
zoom-in-whitePerbesar
Doc: Pencerah Nusantara - Potret Andong dan Makanan Tambahan Balita
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada Juli 2018, seorang bayi berusia 9 bulan di Desa Ulu Onembute, Kecamatan Onembute, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, bernama Andong diketahui mengidap gizi buruk setelah dibawa sang ibu ke posyandu.
ADVERTISEMENT
Rumah yang cukup jauh dari posyandu, serta akses jalan yang dibatasi rimbunnya kebun merica, coklat serta nilam, tak menghalangi kayuhan sepeda ibunda Andong.
Betapa kaget kader dan tim Pencerah Nusantara waktu itu, ketika berat badan Andong ternyata turun drastis dari 5,7 kilogram di bulan sebelumnya, menjadi 3 kilogram. Badannya kurus, garis tulang terlihat, raut muka seperti orang tua, kepalanya sedikit membesar.
Begitulah kira-kira kondisinya saat itu. Bersama kader, keluarga Andong untuk pertama kalinya diarahkan ke puskesmas.
Dokumentasi Pencerah Nusantara 6 - Kondisi Andong Saat Gizi Buruk
Berbagai upaya dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari pegawai puskesmas, kader, juga mitra untuk memperbaiki status gizi Andong. Menurut data yang didapat, keluarga Andong tergolong minim pengetahuan tentang gizi.
Orang tua Andong, menerapkan pola asuh yang kurang tepat mulai dari luputnya pemberian ASI Eksklusif serta pemberian MP-ASI yang jauh dari anjuran. Akibatnya, Andong mengalami kekurangan zat gizi, yang pada akhirnya terdeteksi gizi buruk. Kasus yang terjadi pada Andong menjadi salah satu refleksi terkait kesadaran gizi yang masih belum terbangun di ranah keluarga.
ADVERTISEMENT
Tahun 2019, Indonesia memperingati Hari Gizi Nasional ke-59. Mengangkat sub-tema “Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif”, tahun ini menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peran keluarga dalam pembentukan gizi masing-masing anggotanya.
Upaya menekan angka malnutrisi di Indonesia termasuk ke dalam indikator tujuan pembangunan global atau Sustainable Development Goals ke-3, kesehatan dan kesejahteraan untuk seluruh lapisan masyarakat.
Membangun keluarga yang sadar gizi bukanlah hal yang tergolong mudah. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2017, keluarga sadar gizi adalah keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
Suatu keluarga disebut keluarga sadar gizi apabila berperilaku gizi yang baik, yaitu dengan menimbang berat badannya secara teratur, memberikan ASI Eksklusif, konsumsi makanan dengan kandungan zat gizi tinggi, termasuk menggunakan garam beryodium dan minum kapsul vitamin A.
ADVERTISEMENT
Upaya peningkatan status gizi Andong, didukung oleh banyak pihak, termasuk Kepala Desa Ulu Onembute, Pusdin Papa. “Saya minta, kau pantau benar-benar anakmu itu. Kasih makanan yang bergizi. Jangankan Jamkesmas, nanti akan saya kasih aliran listrik gratis ke rumahmu, kalau kau berhasil membuat anakmu jadi gizi baik,” ujar Bapak Pusdin.
Tergolong sebagai keluarga yang minim informasi terkait gizi, kader dan petugas kesehatan membantu melakukan pembinaan bagi keluarga Andong. Ibu Andong, ternyata luput memberikan ASI Eksklusif karena ketidaktahuan tentang pentingnya ASI Eksklusif.
Sejak usia 3 bulan, Andong sudah diberi makanan berupa bubur halus. Menindaklanjuti hal itu, petugas rutin berkunjung untuk memberikan edukasi tentang pentingnya memberikan ASI sampai usia dua tahun; MP-ASI yang mengandung gizi tinggi; juga tentang perilaku hidup bersih dan sehat, melihat kondisi lingkungan rumah dan sanitasi yang kurang baik.
ADVERTISEMENT
Seiring waktu, perbaikan gizi Andong mulai membuahkan hasil. Pemberian makanan tambahan selalu dilakukan setiap bulan oleh petugas dan konsumsi makanan bergizi tinggi, seperti ikan dan sayur, membuat berat badan Andong berangsur membaik. Desember 2018 lalu, berat badan Andong 8,5 kg dan status gizinya berubah menjadi gizi baik. Keluarga Andong yang dulu tidak tahu tentang gizi, kini semakin terpapar informasi.
Doc : Pencerah Nusantara 6 - Andong dan Ibunya setelah Kenaikan Status Gizi Andong
Menuju keluarga yang sadar gizi memang tidak mudah, perlu dukungan berbagai pihak. Akan tetapi, berawal dari keinginan diri sendiri untuk membuat keluarganya sadar gizi adalah modal awal yang harus dimiliki. Keterbukaan terhadap informasi baru mengenai gizi menjadi salah satu kunci menjaga status gizi anggota keluarga tetap baik.
“Ibu Bidan purani ta pangguruka. Maega manre nandre mamello. Riolo de’wissengi ko ana’lolo de’na wedding di aleng nandre mapeca. Makokoe uisenni akkarena analoloku. Ana loloku de’na na makojo”, ucap ibu Andong dengan bahasa bugisnya.
ADVERTISEMENT
Artinya: "Ibu bidan sudah mengajari saya banyak hal tentang makanan sehat untuk anak saya. Dulu saya tidak tahu kalau bayi usia tiga bulan tidak boleh dikasih bubur. Sekarang berkat ibu dan yang lainnya saya jadi tahu. Anak saya sekarang tidak kurus lagi.”
---
Penulis: Ulfatul Karomah, S.Gz - Pencerah Nusantara VI