Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Jangan Mengandalkan Nama Besar Kampus, Kalaupun Harus, Belajarlah dari India!
17 April 2023 18:18 WIB
Tulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ramai di Twitter dan sedang viral anggapan bahwa nama besar kampus akan menentukan jabatan karier yang akan diperoleh kelak. Bahwa alumni kampus-kampus top Indonesia akan berpeluang menjadi pejabat-pejabat di negeri ini. Tidak salah, namun harus dilihat kompetensi yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
Tidak bisa dimungkiri bahwa untuk menembus kampus-kampus top di Indonesia memang tidak mudah. Namun bukan berarti setiap alumni dari kampus-kampus "gurem" tidak punya potensi jadi bibit unggul calon pemimpin di masa depan.
Saat ini, ada istilah pintar saja tidak cukup. Untuk menjadi pemimpin. Perusahaan-perusahaan top dunia, malahan melihat negara tempat belajar sebagai garansi untuk mendapatkan pekerjaan. Misalnya perusahaan-perusahaan startup besar kebanyakan merekrut alumni-alumni dari kampus-kampus India.
Sedangkan untuk melamar jadi pengajar di kampus-kampus luar negeri, maka syarat yang disertakan salah satunya berasal dari kampus-kampus terkemuka kelas dunia. Contoh kecil saja, Universitas Brunei Darusallam secara reguler merekrut dosen skala profesor dan atau doktor dengan catatan dari kampus-kampus terkemuka di dunia.
ADVERTISEMENT
Banyak orang Indonesia yang bisa direkrut. Tapi rata-rata tamatan dari Amerika dan juga Eropa atau orang Indonesia yang tamatan kampus-kampus Brunei . Sehingga keliru jika hanya menjadikan nama kampus dalam negeri sebagai garansi untuk memperoleh pekerjaan untuk bekerja skala dunia.
Di saat-saat mahasiswa Indonesia sedang membanggakan almamater identik dengan pejabat dan orang penting di BUMN dalam negeri, lain lagi orientasi dan obsesi mahasiswa-mahasiswa India. Mereka berlomba-lomba mengincar Amerika sebagai tujuan dalam berkarier. Bukan rahasia lagi jika perusahaan-perusahaan startup skala dunia di Silikon Veley, CEO-nya kebanyakan dipegang oleh orang India.
Ada satu fenomena di India, di mana ibu-ibu di sana sangat ambisius untuk memasukkan anak-anak mereka kuliah di Jurusan STEM di kampus-kampus teknik terbaik di India. Pemerintah India fokus mengembangkan kampus-kampus STEM. Sehingga sedari dini anak-anak India berfokus untuk mempelajari matematika dan teknologi.
ADVERTISEMENT
Kampus-kampus India terbilang diakui dan berkelas untuk jurusan IT. Kampus-kampus India bahkan terlihat kusam dibandingkan kampus-kampus Indonesia. Namun, pengelolaannya mirip-mirip kampus Eropa, hanya saja biaya kuliah di India sangat murah.
Untuk kuliah master atau S2 bahkan ada yang hanya Rp 6 juta untuk satu tahun. Biaya hidupnya pun sangat murah di India. Tidak heran jika banyak mahasiswa asing yang membanjiri India.
Sementara biaya kuliah S1 untuk mahasiswa lokal jauh lebih murah lagi. Sedangkan untuk doktor di Kampus Jawaharlal Nehru, mahasiswa Internasional hanya membayar Rp 1,4 juta untuk satu semester menurut data tahun 2021 .Itu adalah biaya mandiri yang ditetapkan kampus untuk mahasiswa internasional. Sedangkan untuk biaya hidup sudah termasuk segala biaya hanya di kisaran 500 ribu per bulan. Mungkin tidak bisa dipukul rata tapi secara keseluruhan biaya kuliah di India termasuk yang paling murah di dunia.
ADVERTISEMENT
Meskipun murah meriah, namun garansi nama besar kampus India diakui di luar negeri terutama untuk yang bidang-bidang IT. Sehingga menjadi tamatan kampus India mungkin sudah saatnya jadi pertimbangan.
Kuliah master dan doktor dengan biaya yang sangat murah memungkinkan memilih India jika punya sedikit uang namun ingin mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Kampus-kampus India ditata dan dikelola secara Eropa karena selama 200 tahun negara itu dijajah oleh Inggris. Sehingga mungkin pemerintah Indonesia sudah saatnya memasukkan kampus-kampus India sebagai tujuan beasiswa LPDP.
Untuk apa memilih kampus-kampus bonafit dan mahal di Eropa dan Amerika sebagai tujuan yang menghabiskan dana miliaran satu awardee—jika dipakai kuliah di kampus-kampus murah namun bermutu saja—uang sebesar itu bisa menyekolahkan ratusan orang, ketimbang dipakai satu orang yang belum tentu mau pulang ke Indonesia setamatnya mereka menyelesaikan kuliah?
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, ada 413 awardee LPDP yang belum mau pulang ke Indonesia, pasca menyelesaikan studi. Hal ini , sangat disayangkan karena mereka dikirim kuliah untuk memajukan Indonesia seperti China dan Jepang di awal-awal tahun 70 an ketika mereka kemudian bisa alih teknologi.
Mungkin saja, kalau penerima beasiswa LPDP kuliah di Negara-negara non Amerika dan Eropa mereka tidak akan betah berlama-lama dan hanya datang untuk belajar dan kuliah sehingga ketika selesai akan segera balik ke Indonesia.
Murahnya pendidikan di India dengan mutu yang tidak main-main, sudah saatnya destinasi pilihan bagi untuk mahasiswa Indonesia belajar ke sana Pemerintah India membuat biaya kuliah yang murah namun berkualitas tinggi, sehingga tidak heran kampus-kampus India tamatannya menjadi incaran perusahaan-perusahaan skala dunia. Untuk itu India boleh bangga, alumni-alumninya tidak hanya jadi pejabat BUMN skala dalam negeri namun CEO-CEO skala dunia
ADVERTISEMENT