Maaf, Saya Perlu Melindungi Mental Saya Sendiri

Waode Nurmuhaemin
Doktor Manajemen Pendidikan , Penulis Artikel dan Buku Pendidikan
Konten dari Pengguna
14 Februari 2023 13:21 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : shutterstock Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : shutterstock Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mengelola suasana hati atau mood gampang-gampang susah. Terkadang di hari ini, kita begitu ceria di hari berikutnya kita uring-uringan tanpa alasan yang jelas. Kalau kita adalah tipe orang yang punya mood seumpama roler coaster, ada beberapa tips yang bisa dilakukan. Minimal hari cerah orang lain, tidak terkontantaminasi efek negatif mood buruk kita.
ADVERTISEMENT
Yang pertama, sadarilah tidak semua orang berhak menerima suasana hati kita yang buruk. Mereka juga individu seperti kita yang berusaha memulai hari dengan gembira. Mereka juga memilki masalah yang tidak kalah pelik dengan kita. Cukup lingkar satu kita saja yang merasakan buruknya suasana hati kita. Sebab tidak semua orang bisa memahami kita. Jangan menimpakan sesuatu yang tidak harus diterima orang lain.
Kedua, sebisa mungkin kita mendata hal-hal baik yang terjadi pada kita hari ini. Mensyukuri rahmat Allah bahwa kita masih sehat, masih bisa ibadah sehingga ada kesempatan menghapus dosa-dosa kita dengan kebaikan. Memandang hal-hal positif dari hidup dan tidak melebih-lebihkan hal-hal kecil yang sangat tidak penting.
Kalau misalnya mobil kita tergores di jalan, dan orang tersebut malahan ngebut tidak mau tanggung jawab. Cobalah berpikir positif mungkin urusnya menyangkut hidup dan mati. Sehingga goresan mobil kita mungkin hanya masalah yang sangat kecil dibandingkan masalahnya.
ADVERTISEMENT
Ketiga, percayalah orang lebih menyukai orang yang punya emosi stabil ketimbang mereka yang moody. Sekejap baik, sekejap marah. Jadilah orang yang tidak gampang menampakkan mood buruk kita terhadap orang lain. Orang yang moody rentan dijauhi.
Siapa, sih, yang mau dicuekin dan dibaiki semau-mau orang? Kalau hatinya lagi baik, dia baik sama kita. Kalau hatinya lagi buruk, kita dianggap tidak ada. Bagaimana kalau kita di posisi orang yang kita buat seperti itu? Apakah kita mau dicuekin tanpa sebab? Diabaikan? Pasti hati kita luka.
Saya sendiri sudah menandai mereka-mereka yang moody. Dan kalau berinteraksi, terlebih dahulu saya perhatikan air mukanya kalau full senyum barulah saya menyapa.
Saya perlu melindungi mental saya sendiri. Sakit karena perilaku orang itu, sangat tidak baik sehingga kita perlu protektif terhadap diri sendiri. Tidak mengizinkan hati kita terluka dan dilukai orang lain adalah hal yang harus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Kalau orang tidak akan pernah memikirkan apakah kelakuannya melukai atau tidak. Kitalah yang harus pandai-pandai menjaga diri dari bentuk-bentuk penyiksaan psikologi dari orang di sekitar kita. Simpan air mata kita untuk kesedihan-kesedihan yang lebih bermutu. Menangis untuk orang yang menyakiti kita tidak elegan dan sangat aneh.
Yang terakhir. Moody itu merusak produktivitas.Orang bisa bekerja dengan baik ketika mood-nya baik. Meminta orang lain mengerti mood kita juga tidak mungkin. Mereka bisa menata mood-nya kenapa kita tidak bisa?
Mengertilah orang suka kepada orang-orang yang gembira yang membawa energi positif bukannya yang jutek-jutek dan menyeret semua energi negatif. Kalau saya sendiri, jarang sekali menampakkan moody saya kepada orang lain. Prinsip saya, moody-ku bukan untukmu dan semoga saya tidak menjadi sasaran moody orang lain.
ADVERTISEMENT