Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mitos-Mitos Gelap Kuliah Doktor
24 Juni 2023 10:36 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Untuk yang kuliah dalam negeri, tentu saja ada berbagai macam mitos seputar perkuliahan khususnya di kalangan mahasiswa doktor. Ada teman yang lagi kuliah menceritakan dengan panjang lebar bahwa kampusnya terkenal dengan moto gelap "susah masuk kuliah dan susah keluar atau wisuda dari sana".
ADVERTISEMENT
Teman satu lagi bercerita bahwa kampusnya dikenal dengan moto gelap "gampang masuk kampusnya, susah keluar atau susah wisuda". Saya belum pernah mendengar yang di tengah-tengah itu, yang "gampang masuk, gampang wisuda". Entah kalau yang kampus-kampus luar negeri, karena sistem sangat beda dengan dalam negeri.
Sebenarnya stigma-stigma ini walaupun belum terbukti betul, akan sangat merugikan kampus yang bersangkutan. Terlebih untuk program S3. Bisa jadi penilaian ini, bias karena hanya dari sisi mahasiswa. Namun jika kebanyakan mahasiswa bercerita demikian, bisa jadi juga benar adanya walaupun persentasenya tidak kita ketahui.
Sebenarnya gampang saja menghilangkan stigma-stigma tersebut. Bahwa dalam semua proses akademik yang dipakai adalah standar akademik itu saja sudah cukup.
ADVERTISEMENT
Yang membuat semua menjadi rumit adalah ketika yang dipakai bukan lagi standar akademik. Mahasiswa juga demikian adanya. Untuk cepat beradaptasi dengan budaya kampus karena memang perubahan tidak akan bisa terjadi secara instan.
Kuliah S3 berdasarkan pengalaman saya pribadi adalah kemauan untuk memintarkan diri sendiri. Sebab kita sudah tidak lagi di level S1 bahkan S2 yang harus disuapi dengan ilmu-ilmu dasar.
Membandingkan perkuliahan di Indonesia dengan luar negeri juga tidak fair. Sekali lagi ada yang namanya budaya kampus. Maka, ketika dengan sadar kita sudah mendaftar di suatu kampus, terimalah segala proses perkuliahan sebagai sebuah keniscayaan. Kalau tidak cocok sebaiknya out di semester-semester awal.
Pada akhirnya kuliah S3 hasil akhirnya adanya menemukan "kebaruan" untuk bidang ilmu yang kita geluti. Carilah kebaruan itu sejak dari semester awal. Jangan terlena dengan yang di luar jalur-jalur perkuliahan.
ADVERTISEMENT
Kuliah S3 adalah seni menemukan teori baru walaupun dalam bentuk daur ulang teori lama. Saya yakin dan percaya, kalau kita bisa menemukan kebaruan, maka mitos-mitos gelap bahwa "kampus ini susah keluar", "kampus ini susah masuk dan keluar" mungkin bisa ditaklukkan—dengan catatan diri kita sehat secara fisik, mental, dan finansial.
Untuk yang baru mau melanjutkan S3 sebaiknya riset dulu secara mendalam. Dan, jangan hanya percaya cerita-cerita simpang-siur yang bermodal "katanya dan katanya". Kalau memang bisa kuliah ke luar negeri, sebaiknya dipertimbangkan. Begitu banyak beasiswa berhamburan.
Saya selalu berandai-andai, andai saya yang di posisi-posisi anak-anak muda saat ini, saya akan berburu beasiswa-beasiswa tersebut sekuat tenaga. Kesempatan terbentang luas, kampus-kampus kelas dunia menanti.
Pemerintah menganggarkan dana yang sangat besar bahkan ke Harvard pun dipermudah biayanya. Kampus yang dulu hanya mimpi untuk orang-orang miskin saat ini menjadi kenyataan.
ADVERTISEMENT
Orang-orang muda dengan tenaga yang masih full dan juga energi yang masih meluap-luap, serta kemampuan belajar yang masih kuat, mengapa tidak mencoba kuliah doktor keluar negeri?
Jadikan kampus dalam negeri sebagai alternatif. Bukan memandang enteng, namun merasakan pendidikan kelas dunia itu adalah sebuah privilege. Nanti setelah selesai kuliah pulang jadi dosen ke Indonesia sehingga budaya-budaya akademik kelas dunia dibawa dan diterapkan di sini.
Seiring pergantian zaman dan generasi mungkin suatu saat kampus-kampus kita ,mitos-mitos yang beredar akan begitu keren dan tidak gelap lagi. Semisal, kampus memang di Indonesia, tapi dosen-dosennya sekelas Harvard.
Sehingga makin banyak yang tertarik mendaftar di program doktor yang tentu saja akan mendongkrak mutu SDM kita.
ADVERTISEMENT