Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Paradoks Negara-Negara Paling Bahagia: Konsumen Tertinggi Obat Penenang
3 Juni 2023 9:15 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di bulan Februari 2023, Euronews menurunkan satu laporan tentang konsumsi obat penenang di negara-negara Eropa yang selalu memegang rekor sebagai negara-negara paling bahagia di dunia.
ADVERTISEMENT
Tidak tanggung-tanggung selama satu dekade dari tahun 2000 hingga tahun 2020 negara-negara itu mengkonsumsi obat penenang naik berkali-kali lipat. Penelitian menunjukkan bahwa lonjakan penggunaan obat penenang terjadi akibat depresi.
Melihat fakta di atas, tentu saja kita bersyukur. Ya walaupun negara-negara berkembang jarang menduduki peringkat satu dalam negara paling bahagia namun penggunaan obat penenang cenderung tidak tinggi di negara-negara tersebut mungkin penelitian tentang hal itu belum banyak dilakukan.
Namun paradoks di atas sudah cukup membuat kita bertanya-tanya faktor apa yang membuat mereka memerlukan obat penenang agar bisa hidup dengan normal.
Bukan rahasia umum lagi, jika banyak orang-orang Barat yang sudah tidak percaya lagi sama agama. Untuk sebagian mereka, agama adalah dongeng. Kekeringan spiritual mungkin saja jadi penyebab mengapa lonjakan konsumsi obat penenang terjadi.
Orang yang beragama cenderung memiliki kedamaian dalam diri. Orang yang percaya kepada tuhan, tidak akan meratapi hidup sebagai tragedi. Tuhan sudah menggariskan semuanya. Bahkan yang mengizinkan hidup adalah Tuhan. Pikiran-pikiran dan kepercayaan-kepercayaan bahwa kita hanya hamba dari yang maha kuasa, akan membuat segalanya lebih mudah diterima.
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat manusia terkadang menuhankan teknologi. Padahal kalau saja manusia bisa berpikir dengan kodrat ilahi, apakah manusia bisa menciptakan lalat? selama ini yang dilakukan manusia hanyalah mengubah genetika hewan atau tumbuhan namun secara murni manusia tidak pernah akan bisa menciptakan makhluk hidup. Pasti ada indukannya.
Dengan dua paraodoks di atas, mungkin sudah saatnya kita mengubah paradigma ketika melihat hasil survei negara paling bahagia. Justru negara-negara miskin tidak mengkonsumsi obat penenang agar dapat hidup tenang dan bahagia.
Ukuran kebahagian memang berbeda-beda. Ada yang bahagia ketika sudah bisa makan tiga kali sehari, ada yang bahagia ketika tidak dikejar-kejar pinjol, ada yang bahagia ketika SK tidak digadaikan di Bank. Sehingga mungkin ukuran kebahagian memang tidak bisa ditentukan.
Sederhana saja, bahagiamu bukan bahagiaku. Kebahagian terlalu absurd untuk digambarkan. Bahkan ada yang bahagia ketika japrinya di WhatsApp dibalas dengan cepat oleh atasannya. Jadi apakah kebahagiaan itu?
ADVERTISEMENT
Memang sedikit aneh, ketika indeks kebahagian dirilis beserta negara-negara paling bahagia kemudian menyusul indeks pemakaian obat penenang. Negara paling bahagia juga adalah negara yang paling tinggi memakai obat penenang.
Rata-rata orang Indonesia—karena orang yang tidak miskin versi pemerintah itu yang pengeluarannya di atas Rp 17.850 sehari—maka kebahagian orang Indonesia mungkin bisa setara itu dari satu sisi. Bisa makan, bisa ke mana-mana, bisa bayar sekolah anak, bisa bayar kontrakan.
Apa yang bisa dilakukan dengan uang Rp 17 ribu saat ini? Apakah ini menyamarkan jumlah penduduk miskin? Sementara Bank Dunia sendiri menetapkan bahwa orang yang tidak miskin adalah yang pengeluarannya setara/lebih Rp 50 ribu.
Mainlah ke Indonesia timur. Uang Rp 50 ribu sehari itu tidak ada artinya. Sehingga mungkin kebahagian orang-orang adalah ketika mendapatkan harga minyak goreng di bawah 25 ribu satu liter.
Dengan segala tetek bengek rumusan kebahagian di tengah gonjang-ganjing ekonomi, politik, dan kesulitan hidup, masihkah kita terkagum-kagum dengan negara-negara paling bahagia yang ternyata paling menderita?
ADVERTISEMENT
Juga di mana agar bisa hidup tenang mereka mesti mengkonsumsi obat penenang. Saatnya membiarkan indeks-indeks ukuran kebahagian berlalu begitu saja di beranda-beranda kita. Sebab banyak cerita-cerita gelap yang menyertainya.
Saya dan mayoritas masyarakat di sini sudah cukup bahagia bila BBM tidak naik. Sebab efeknya bukan hanya membuat tidak bahagia namun membuat pusing tujuh keliling, tujuh turunan, dan tujuh tanjakan.