Konten dari Pengguna

Pembakaran Sekolah: Alarm Keras Darurat Bullying

Waode Nurmuhaemin
Doktor Manajemen Pendidikan , Penulis Artikel dan Buku Pendidikan
9 Juli 2023 16:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Shuttertcok Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Shuttertcok Foto
ADVERTISEMENT
Kaisar Nero pernah membakar kota Roma. Kebakaran yang sangat legendaris itu bahkan berlangsung sampai 39 hari pada tahun 68 Masehi. Tidak banyak yang tahu motif sang kasiar membakar kota Roma. Namun yang jelas, setelahnya dia membangun kota Roma yang baru.
ADVERTISEMENT
Tidak seperti Kaisar Nero yang sampai hari ini masih menimbulkan spekulasi mengapa dia membakar kota Roma, pembakaran sekolah yang dilakukan oleh siswa SMP di Temanggung, Jawa tengah, bermotif terang-benderang sang siswa meluapkan emosinya karena kerap di-bully di sekolah.
Tak tanggung-tanggung, siswa yang berusia 14 tahun itu mengaku kerap di-bully oleh teman dan gurunya. Kalau hanya teman mungkin kita "masih bisa menerima". Namun di-bully guru? Pertanyaaanya hanya satu: Apa kabar dunia?
Keterangan bocah tersebut yang mengatakan kerap di-bully—seperti diejek dengan panggilan nama orang tuanya dan salah seorang guru pernah merobek-robek gambar karyanya di depannya tanpa alasan yang jelas—yang menyebabkan sang siswa merasa tidak dihargai.
Merasa tidak dihargai memang menyebabkan orang sering gelap mata. Bersyukurlah kita ketika mendapat orang yang sering kita tidak hargai, tapi sering membantu kita dan masih mau berbaik hati tidak melakukan tindakan-tindakan brutal yang merugikan kita.
Ilustrasi bullying di Korea Selatan. Foto: Rawpixel.com/Shutterstock
Sebab, kalau orang sudah sakit hati, sudah tidak bisa berpikir normal. Seperti siswa SMP tersebut. Kita berharap apa yang diceritakan si siswa ini tidak betul. Karena jika hal itu benar adanya sebaiknya para guru yang bersangkutan mengajukan pensiun dini atau dipensiunkan saja.
ADVERTISEMENT
Perilaku serta moralnya cacat, sehingga itu membuatnya tentu tidak cocok untuk seorang guru. Kenapa? Sebab, itu akan membuat mental siswa menjadi orang jahat ke depannya.
Kasus bullying di sekolah di Indonesia memang tidak ada matinya. Bahkan belum lama ada seorang anak SD di Medan sampai meninggal karena dipukuli oleh lima orang kakak kelasnya.
Pak Menteri Nadiem Makarim pun menggolongkan bullying di sekolah sebagai dosa besar pendidikan di Indonesia. Dalam rilis pers yang dilakukan polisi, anak di Temanggung itu mengakui bahwa dia sadar akan berurusan dengan polisi. Namun mungkin inilah jalan satu-satunya yang bisa dia lakukan agar pem-bullyan itu berhenti.
Bayangkan saja ketika dia di-bully teman-temanya, bahkan dia juga di-bully oleh gurunya. Lantas kepada siapa dia hendak mengadu?
ADVERTISEMENT
Ilustrasi perundungan atau bullying. Foto: AlejandroCarnicero/Shutterstock
Apa yang dilakukan siswa pembakar sekolah di Temanggung tersebut salah. Namun dengan cara itu, terbongkarlah apa yang selama ini terjadi. Bahkan, saya yakin sudah sampai kepada Menteri Pendidikakan.
Walaupun caranya sangat tidak dibenarkan, namun peristiwa ini berhasil menceritakan deritanya kepada dunia. Peristiwa ini adalah puncak gunung es di sekolah-sekolah di Indonesia.
Untuk para kepala sekolah, hal ini menjadi pelajaran berharga. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP itu dipertanyakan. Kepala sekolah tidak bisa melindungi siswa dari guru dan murid yang tidak berperilaku baik.
Sudah saatnya sekolah tersebut disidik oleh dinas setempat. Edaran Kemdikbud diperlukan untuk menciptakan satgas bullying dari tingkat SD sampai SMA.
Peristiwa ini adalah alarm keras bahwa dunia pendidikan tengah guncang dan darurat bullying. Jangan sampai siswa-siswa kita berubah menjadi Joker yang sangat terkenal dengan istilah "orang jahat adalah orang baik yang tersakiti".
Anak menghentikan bully. Foto: Shutter Stock
Mereka harus menjalani kegembiraan di sekolah. Inilah maksud Mas Menteri meluncurkan Kurikulum Merdeka agar siswa dan guru belajar dengan bahagia.
ADVERTISEMENT
Cukup kali ini peristiwa pembakaran, dilakukan oleh siswa karena kasus bullying. Apalagi jika bullying dilakukan oleh oknum bernama guru. Sungguh tidak masuk akal dan mengerikan.
Guru yang harusnya jadi penganyom malahan jadi penjahat di hadapan siswa. Kalau karya siswa tidak memenuhi standar, perbaikilah dengan cara yang baik dan mendidik bukan dengan cara brutal ala preman pasar.
Guru-guru yang mem-bully siswa itu juga sebaiknya diperiksa oleh polisi dan dokter jiwa. Merekalah pencetus sang siswa melakukan kejahatan yang tidak bisa dinalar ini. Mereka turut bertanggung jawab menjadi pemicu peristiwa tragis tersebut.
Peristiwa ini tidak hanya mencoreng nama dunia pendidikan. Namun juga membuka tabir hitam gunung es bully-membully di institusi terhormat bernama sekolah.
ADVERTISEMENT