Posisi Pendidikan Indonesia di Dunia Internasional

Waode Nurmuhaemin
Doktor Manajemen Pendidikan , Penulis Artikel dan Buku Pendidikan
Konten dari Pengguna
25 Februari 2023 9:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Shutterstock Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Shutterstock Foto
ADVERTISEMENT
Posisi pendidikan tinggi dan pendidikan menengah Indonesia di dunia internasional masih belum menunjukkan sinar yang gemerlap. Rangking kampus yang jadi rujukan Dikti yaitu QS WUR dan Times Higher Education (THE).
ADVERTISEMENT
Adapun dalam versi QS WUR menempatkan Universitas Gadjah Mada kampus terbaik Indonesia di peringkat 231 dunia. Sementara versi THE pun demikian, posisi kampus terbaik Indonesia yaitu Universitas Indonesia dan masih di peringkat 1001-1200 dunia.
Untuk pendidikan menengah yang dijadikan standar penilaian adalah rangking PISA. Sejak tes itu dilakukan, di tahun 2000 Indonesia sudah menjadi negara partisipan. Delapan kali sudah Indonesia mengikuti tes tersebut selama 22 tahun dan yang teranyar tes di tahun 2022 yang hasilnya akan diumumkan di tahun 2023 akhir.
Rangking Indonesia belum pernah melewati posisi sepuluh terbawah. Tentu saja hal ini berdampak pada reputasi pendidikan kita yang dianggap masih rendah secara kualitas.
Dengan alasan itulah Menteri Nadiem meluncurkan Kurikulum Merdeka di Februari 2022. Banyak harapan disandarkan pada kurikulum tersebut. Guru seperti mendapat angin segar. Siswa pun tidak kalah bahagia. Mereka tidak lagi menjadi objek tapi subjek.
ADVERTISEMENT
Semua berharap kurikulum ini akan membawa dampak signifikan dalam pendidikan Indonesia. Meskipun pada akhirnya kurikulum ini harus bersifat opsional. Masih banyak yang menolak penerapan kurikulum ini, karena belum ada pelatihan teknis untuk guru-guru secara tatap muka hanya melalui platform Merdeka Mengajar.
Ada banyak faktor yang menyebabkan mengapa pemeringkatan pendidikan kita ditingkat tinggi dan menengah rendah dalam perankingan dunia internasional. Untuk pendidikan tinggi, tentu saja masih banyak masalah-masalah yang dihadapi, terutama yang menyangkut kemampuan riset dan menulis jurnal para akademisi kita.
Budaya Joki sudah menenggelamkan nilai dan integritas akademik selama berpuluh-puluh tahun. Yang menjadikan nilai jurnal dan riset akademisi kita banyak yang hanya memperoleh skor rendah karena ketidakmaampuan mereka dalam menulis secara akademik.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan jurnal-jurnal akademisi Indonesia hanya berupa prosiding yang mengisi posisi-posisi Q4 di Jurnal internasional. Yang berdampak dan menyumbang skor rendah pada penilaian rangking kampus dunia.
Sedangkan untuk pendidikan Menengah nilai siswa-siswa kita juga cenderung turun dari tahun ke tahun di tes PISA yang menguji tiga keterampilan yang harus dikuasai siswa yang berusia 15 tahun yaitu membaca, matematika dan sains.
Nilai siswa-siswa Indonesia hampir selalu jadi juru kunci di sepuluh terbawah. Pemerintah tengah berusaha mati-matian meningkatkan nilai siswa-siswa kita termasuk juga mengubah UAN menjadi asesmen nasional. Tentu saja hal ini, tidak bisa dilakukan secara instan.
Harus ada kesadaran dari guru sebagai ujung tombak , eksekutor kurikulum di lapangan untuk meningkatkan kompetensinya. Guru harus menjadi duta-duta baca untuk siswa. Adalah lucu, menuntut siswa terampil dan suka membaca sedangkan guru hampir tidak pernah menyelesaikan membaca satu buku pun satu tahun, atau menjadi guru dengan "tragedi nol buku".
ADVERTISEMENT
Bangsa ini akan segera memasuki Indonesia emas di tahun 2045. Kita masih punya waktu 23 tahun untuk berbenah. Bonus demografi juga tengah berlangsung saat ini. Angka usia produktif dari 16 hingga 64 tahun lebih banyak dari usia non produktif. Sehingga diharapkan PHK tidak akan menyebabkan bencana demografi.
Tugas sektor pendidikan menjadi pabrik tenaga-tenaga terampil, bukan pengangguran terdidik. Dalam kurun waktu 23 tahun lagi, mungkin kita bisa menjadi negara maju. melompat dari status negara berkembang sesuai dengan revisi dari Bapennas pada visi Indonesia emas 2045.
Namun, lubang-lubang dan celah-celah faktor penyumbang rendahnya kemampuan akademik insan perguruan tinggi harus segera ditutup. Budaya Joki perlu dilibas hingga ke akar-akarnya sehingga yang tersisa adalah budaya integritas dengan kemampuan riset yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Di 2045 pada 100 tahun Indonesia Merdeka, kita berharap rangking PISA kita bisa duduk di atas 30 besar walaupun akan berat karena kita masih belum punya cetak biru pendidikan dan UU Sisdiknas pun masih belum juga menemukan titik temu.
Pemerintahan Ini akan berakhir di 2024. Akan ada pemerintahan baru di sana dengan visi dan misi yang akan sangat jauh berbeda. Mungkin pemerintahan baru itu akan mempertahankan semua program pendidikan dan mungkin juga akan menggantinya. Yang tentu saja, semua akan dimulai lagi dari nol jika diganti.
Hal itu semua akan semakin membuat terjal dan panjang arah jalan pendidikan nasional. Semoga di 2024, posisi-posisi kunci di pemerintahan diisi oleh mereka-mereka yang paham dan mengerti pendidikan. Selalu melakukan perubahan tanpa arah dan alasan yang jelas dalam bidang pendidikan adalah pertaruhan yang sangat mahal untuk negara ini.
ADVERTISEMENT