Konten dari Pengguna

Sejarah Panjang Yahudi Mencaplok Palestina

Waode Nurmuhaemin
Doktor Manajemen Pendidikan , Penulis Artikel dan Buku Pendidikan
11 Oktober 2023 16:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Shutterstock Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Shutterstock Foto
ADVERTISEMENT
Tanggal 10 Oktober adalah hari kesehatan mental sedunia. Tema kali ini adalah "Mental Health is a Universal Human Right" bahwa kesehatan mental adalah hak asasi manusia secara universal. Namun hari kesehatan mental kali ini sedikit berbeda. Dibumbui pertempuran sengit pejuang Hamas versus Yahudi.
ADVERTISEMENT
Warga Palestina adalah orang-orang yang bermental baja. Kebanyakan dari kita tidak memiliki hati yang teguh dan sekuat mereka. Saya sendiri melihat saja orang kecelakaan, terguncang beberapa hari. Bagaimana mereka yang setiap hari diteror dengan bom, peluru dan juga diperlakukan bukan sebagai manusia?
Bagaimana rasanya tiba-tiba seluruh saudara dan keluarga terenggut seketika bahkan ketika tidur pun mereka selalu dibayang-bayangi aroma kematian sadis yang bisa terjadi kapan saja. Israel adalah penjajajah tidak usah diputar balik fakta. Wilayah-wilayah yang diperuntukkan untuk rakyat Palestina dicaplok hari demi hari.
Menurut CNN 2021, Israel mencaplok tanah Palestina sejak 56 tahun lalu. Tanah Palestina yang direbut Israel mencakup Tepi Barat, Yerusalem Timur, Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan di Suriah, dan Semenanjung Sinai di Mesir.
ADVERTISEMENT
Seluruh wilayah palestina ini direbut secara paksa dalam kurun waktu enam hari dalam perang tahun 1967 atau Perang Juni. Mengutip dari sumber resmi Al Jazeera, hingga kini perang itu juga dikenal dengan nama Hari Naksa yang berarti 'Hari Kemunduran'.
Naksa adalah kelanjutan peristiwa besar pada tahun 1948, yang 'membuka jalan' bagi Perang 1967. Sebab di tahun 1948, pasukan Israel melakukan serangkaian serangan berujung pembersihan etnis Palestina yang disebut sebagai Hari Nakba. Tidak lain dan tidak bukan alasannya adalah untuk menciptakan 'Negara Yahudi', mereka kemudian mengusir sekitar 750 ribu warga Palestina dari tanah air mereka dan menghancurkan wilayah-wilayah Palestina.
Inilah keanehan paling tidak masuk akal abad 21 ini. Di abad modern ada negara yang kemudian menjajah negara berdaulat. Ketika rakyatnya angkat senjata mereka dicap teroris. Sementara negara yang membantai di cap apa? negara cinta damai? Orang waras pasti bisa melihat dan menilai siapa yang teroris dan siapa yang terteror.
ADVERTISEMENT
Banyak juga yang sinis terhadap orang-orang yang mensupport rakyat Palestina segala cacian disematkan "banyak minum kencing ontalah, kadal gurun lah, dll, mereka membuta tulikan diri mereka dengan fakta sejarah.
Bangsa Yahudi dahulu adalah bangsa yang terusir. Setelah capek diuber-uber Hitler di mana mereka dibantai secara sadis pada perang dunia ke dua, mereka difasilitasi oleh Inggris untuk tinggal di Palestina sebagai bangsa yang mencari perlindungan. Singkatnya pada tanggal 2 November 1917, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour, menulis surat yang ditujukan kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh komunitas Yahudi Inggris.
Dan membuat Perjanjian yang mengikat pemerintah Inggris untuk " Mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina" dan memfasilitasi "pencapaian tujuan ini". Surat tersebut dikenal dengan Deklarasi Balfour. Di kemudian hari, mereka justru mengusir orang-orang yang telah menampung mereka ketika terancam di bunuh oleh Hitler.
ADVERTISEMENT
Pada 1947, populasi Yahudi telah membengkak menjadi 33% di Palestina, namun mereka hanya memiliki 6% lahan. Kemudian atasi inisiatif Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang kemudian mengadopsi Resolusi 181, yang menyerukan pembagian Palestina menjadi negara-negara Arab dan Yahudi.
Jelas saja Palestina menolak rencana tersebut karena berakibat memberikan sekitar 56% wilayah mereka kepada Yahudi, termasuk di dalamnya adalah sebagian besar wilayah pesisir yang subur. Pada saat itu, sebelum dibantai dan diusir Yahudi, warga Palestina memiliki 94% wilayah bersejarah dan mencakup 67% populasinya. Pada April 1948, lebih dari 100 pria, wanita dan anak-anak Palestina dibunuh di desa Deir Yassin di pinggiran Yerusalem.
Kemudian tindakan yang mengerikan terus dilakukan oleh Yahudi, tahun 1947 hingga 1949, lebih dari 500 desa, kota kecil dan besar di Palestina dihancurkan dalam apa yang oleh orang Palestina disebut peristiwa Nakba yang berarti Bencana.
ADVERTISEMENT
Kurang lebih 15.000 warga Palestina terbunuh, termasuk dalam puluhan pembantaian. Insiden ini juga membuat Gerakan Zionis menguasai 78% wilayah bersejarah Palestina. Sisanya yang sebesar 22% dibagi menjadi wilayah yang sekarang menjadi Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza yang terkepung. Diperkirakan 750.000 warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Sampai di sini jelas sudah bagaimana tanah-tanah Palestina jatuh ke tangan Yahudi. Sebelum difasilitasi Inggris mereka adalah bangsa terbuang yang tidak punya tanah air. Mereka tersebar-sebar diberbagai negara tanpa punya kampung halaman.
Melihat sejarah di atas, masih bisa menuduh warga palestina yang berjuang mengusir penjajah sebagai teroris? Sangat mengerikan mereka menjadi pengungsi abadi akibat menampung mantan-mantan korban Hitler yang kemudian membantai mereka. Seharusnya mereka membungkuk hormat dan tahu berterima kasih. Seluruh dunia paham sejarah mengapa mereka sehingga mereka bisa kemudian memiliki tanah air. Tanah air yang dibangun di atas tetesan darah dan airmata rakyat Palestina.
ADVERTISEMENT
Kita semua yang waras berdoa dan terus mensupport rakyat Palestina, mengapa saya katakan yang waras karena ada juga yang beleng-beleng mencaci maki para pejuang Palestina. Sebaiknya para pembenci Pejuang palestina, supaya bisa merasakan jadi rakyat Palestina, cobalah seperti lagi Judika "Jadi Aku Sebentar Saja".
Teruslah berjuang rakyat Palestina. Kebenaran akan tetap menemukan jalannya. Rakyat Palestina mengajarkan kita untuk teguh membela hak dan kedaulatan negara. Entah sampai kapan mereka harus berjuang. Yang jelas selama negaranya masih dijajah selama itu pula mereka akan melawan. Jalur gaza adalah wilayah Palestina.
Ada jutaan yang hidup di sana, dan itu adalah penjara terbesar di dunia di mana Yahudi memblokade wilayah tersebut. Dan orang Palestina susah keluar dari sana. Jelas saja perang akan selalu ada. Mereka memperjuangkan hak asasinya sebagai manusia merdeka, tidak masalah jika perjuangan ini akan berlangsung sampai kapanpun sebab sejatinya manusia tidak ada yang mau hidup tertindas dan dirampas hak-haknya.
ADVERTISEMENT