Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Solusi Penggangguran Generasi Z Pendekatan Berbasis Teori "Broken Windows
14 Juni 2024 11:52 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ditengah hingar-bingar Visi Indonesia Emas 2045 yang memproyeksikan cita-cita besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang sejahtera pada tahun ke-100 kemerdekaannya. Namun, dalam perjalanan menuju tujuan tersebut, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks, salah satunya adalah tingginya tingkat pengangguran di kalangan Generasi Z, yang dapat menghalangi pencapaian visi tersebut. Data BPS terbaru yang mengatakan bahwa ada 9,9 Juta generasi Z yang mengganggur yang tidak sekolah dan tidak bekerja. Tentu saja hal in seumpama kerikil dalam sepatu menuju Indonesia emas.
ADVERTISEMENT
Banyak yang kemudian menunding pendidikan tidak mampu menjadi solusi atas persoalan ini. Kalau mau jujur, memang tidak salah , namun masalah penggangguran generasi Z yang angkanya cukup fantastis ini adalah masalah yang melibatkan kebijakan lintas sektoral yang rumit. Faktor pendidkan bukanlah faktor tunggal yang berdiri sendiri yang mengakibatkan kekacau balauan ini.
Kontribusi dari faktor pendidikan yang bisa disimpulkan sampai saat ini adalah tingginya biaya kuliah, kurikulum disekolah yang belum matching dengan dunia industri, komersialisasi pendidkan. Namun faktor lain yang jadi pemicu yang tidak kalah seriusnya adalah datang dari diri mereka sendiri.Mulai dari Pola pikir dan mindset serta banyak dari mereka menurut para pengusaha juga adalah model kutu loncat yang kurang betah berlama-lama pada suatu pekerjaan. Masih ingat dengan pengunduran diri 105 calon ASN secara berjamaah tiga tahun lalu? Jumlahnya didominasi Gen Z. Mereka tidak sanggup membayangkan betapa kecilnya gaji ASN.
ADVERTISEMENT
Pola gen Z dalam mencari pekerjaan berkontribusi besar terhadap meningkatnya angka penggaguran pada generasi yang suka healing ini. Generasi Z juga dikenal sebagai generasi yang tidak suka bekerja dengan gaya yang terlalu formal dan hanya mau mengerjakan pekerjaan yang menyenangkan menurut mereka. Untuk itu, mereka lebih memilih bekerja di tempat-tempat atau perusahaan –perusahaan startup yang glamor dengan gaya hidup anak Jaksel. Tentu saja hal ini sedikit mustahil ditengah-tengah angka PHK yang timggi memilih-milih pekerjaan sesuai selera belum tentu bisa mengakomodir keinginan mereka semua. Akibatnya menumpuklah penggangguran dari generasi ini hingga mencecah angka yang membuat mata semua kalangan melotot.
Dalam konteks ini, penerapan teori "Broken Windows" dapat memberikan pandangan strategis tentang bagaimana penanganan masalah kecil atau awal, seperti pengangguran Generasi Z, dapat berdampak pada pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
ADVERTISEMENT
Teori "Broken Windows" pertama kali diperkenalkan oleh James Q. Wilson dan George L. Kelling pada tahun 1982. Mereka mendapatkan bahwa ketidaktaatan terhadap norma sosial yang lebih kecil, seperti vandalisme atau pelanggaran kecil lainnya, dapat menjadi pemicu bagi peningkatan kejahatan yang lebih serius. Dalam konteks pengangguran Generasi Z, "jendela pecah" dapat dianggap sebagai ketidakpastian ekonomi dan kurangnya peluang kerja yang dihadapi oleh generasi muda.
Kaitannya dengan visi Indonesia Emas 2045 adalah bahwa penanganan masalah kecil atau awal, seperti pengangguran Generasi Z, dapat berdampak pada pencapaian visi tersebut. Jika ketidakpastian ekonomi dan kurangnya peluang kerja bagi Generasi Z tidak ditangani dengan serius, ini dapat menghambat kemajuan Indonesia menuju negara maju yang sejahtera. Oleh karena itu, menerapkan pendekatan proaktif berbasis teori "Broken Windows" dapat menjadi langkah strategis untuk mengatasi pengangguran Generasi Z dan mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
ADVERTISEMENT
Salah satu langkah penting dalam mengatasi pengangguran Generasi Z adalah investasi dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan yang relevan dengan tuntutan pasar kerja modern. Seperti yang sudah saya uraikan diatas, genarasi ini adalah generasi yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan generasi Milenial yang tumbuh dan hidup dalam kondisi memprihatinkan.
Sehingga pelatihan yang dirancang diupayakan sejalan dengan psikologi mereka. Dengan memberikan pendidikan yang berkualitas dan pelatihan keterampilan yang memadai, Generasi Z dapat memiliki kemampuan untuk bersaing di pasar kerja yang kompetitif. Selain itu, pembangunan infrastruktur ekonomi lokal dan dukungan terhadap usaha kecil dan menengah (UKM) juga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Gen Z memiliki ide-ide yang bisa memajukan UKM. Mereka adalah generasi digital yang paham akan perkembangan zaman.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi antara sektor publik dan swasta juga merupakan kunci dalam mengatasi pengangguran Generasi Z. Dengan membangun kemitraan strategis, pemerintah, perusahaan, dan lembaga pendidikan dapat bekerja sama untuk merancang kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja dan pengembangan keterampilan. Dengan cara ini, Indonesia dapat memastikan bahwa Generasi Z memiliki akses terhadap peluang yang adil dan inklusif untuk berkembang dan berkontribusi pada pembangunan negara.
Dalam rangka mencapai visi Indonesia Emas 2045, penting bagi Indonesia untuk mengatasi tantangan pengangguran Generasi Z dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Dengan menerapkan konsep teori "Broken Windows" sebagai dasar strategis, Indonesia dapat memperbaiki "jendela pecah" ekonomi gen Z yang mengganggu dan membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah bagi Generasi Z. Dengan demikian, Indonesia dapat menjaga momentum menuju cita-cita besar menjadi negara maju yang sejahtera pada tahun 2045.
ADVERTISEMENT