Konten dari Pengguna

Wacana Hilangnya Pertalite Menambah Buram Potret Penderitaan

Waode Nurmuhaemin
Doktor Manajemen Pendidikan , Penulis Artikel dan Buku Pendidikan
14 September 2023 14:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Shutterstock Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Shutterstock Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga beras bukan lagi naik tinggi, tapi sudah gila-gilaan. Bahkan satu karung ada yang naik hingga Rp 50 ribu. Bukan angka 50 ribunya, tapi yang sesungguhnya meresahkan di balik angka itu, ada perhitungan ekonomi yang mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
Ada angka kemiskinan yang hitung-hitungan statistiknya—yang bisa saja jadi faktor utama penghambat program penghapusan kemiskinan ekstrem di tahun 2024.
Seperti kita ketahui bersama, beras adalah komoditas pangan yang menjadi salah satu penjaga kestabilan harga, Jika beras naik, beberapa komoditas juga akan ikut naik. Alasannya sederhana: penyesuaian harga.
Mari kita melihat kenyataan. Direktur Pertamina beberapa waktu lalu membeberkan bahwa Pertamina hanya akan memproduksi Pertamax. Ini artinya Pertalite hilang atau dihapus. Dan dua minggu lalu, harga pertamax sudah naik.
Jika itu terjadi, maka konsumen akan sangat terpukul terutama mereka-mereka yang miskin dan setengah miskin. Harga Pertamax terendah saat ini di kisaran Rp 13.300.
Misalnya kalau Pertalite betul-betul hilang, maka semua moda transportasi akan menaikkan ongkos operasional. Sebagai efek dominonya, harga barang yang sudah naik sebelumnya akan lebih terkerek lagi dengan sadis.
Mulai 1 Juli 2022, beli pertalite dan solar di SPBU wajib daftar MyPertamina. Foto: Dok. Pertamina Patra Niaga
Memang BLT akan tetap diberikan kepada rumah tangga miskin. Tapi apakah akan mampu meng-cover kenaikan harga yang begitu tinggi?
ADVERTISEMENT
Saya tidak yakin angka kemiskinan ekstrem bisa ditekan sampai nol persen tahun depan. Malahan angka orang miskin akan bertambah karena mereka yang tadi-tadinya berstatus hampir miskin akan turun level ke kategori miskin. Dan, yang miskin ke miskin ekstrem yang entah berapa puluh juta angkanya.
Sehingga mungkin pemerintah perlu untuk menimbang semua faktor yang memberatkan masyarakat. Cobalah sekali-sekali bertanya kondisi hidup masyarakat miskin dan hampir miskin. Sangat susah.
Uang seratus ribu saat ini, bisa beli apa? Apalagi yang tidak punya penghasilan tetap akibat kemiskinan struktural yang sudah sekian lama terjadi. Berat nian untuk menjangkau semua kebutuhan hidup.
Tentang subsidi salah sasaran di mana BBM subsidi sering dipakai oleh orang mampu, saat ini zaman sudah sangat modern. Pasti ada jalan untuk bisa membedakan orang kaya dan orang miskin.
ADVERTISEMENT
Bahkan konon kabarnya orang kaya dan orang miskin bisa dilihat dari mukanya sehingga untuk sekadar membedakan yang mampu dan tidak mampu dalam pemakaian BBM, gampang saja. Banyak aplikasi yang bisa digunakan.
Tanpa Pertalite hilang pun, daya beli sudah sangat merosot. Apalagi jika hanya ada Pertamax yang harganya bikin enam pusing tujuh keliling. Bertambah muramlah wajah-wajah anak negeri.
Sehingga mungkin kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak sebaiknya ditimbang, dilihat baik-baik dan di buat analisis SWOT-nya sehingga keputusan yang diambil betul-betul berpihak kepada rakyat.